Sesampainya di rumah, aku langsung mandi dan ganti baju, ke kamar ibu untuk memastikan apa semuanya baik baik saja. Ayah sedang duduk di samping ibu, entah sedang membicarakan apa, aku termangu heran, lalu pergi. Aku masuk ke kamarku sendiri, berdoa agar hubungan buruk kedua orang tuaku cepat berakhir. Aku merebahkan badan di kasur sambil memikirkan keadaan ibu, tapi lama lama fikiranku melantur kemana mana, mikirkan RMARE dengan senyumnya, kata katanya. Dan semua kejadian menyebalkan di sekolah.
Aku membuka Hp, melihat notifikasi, sepi. Aku membuka instagram dan melihat foto teman teman alumni SD dan SMP, rindu... aku ingin bertemu lagi dengan mereka, tapi dengan adanya kemungkinan mereka berubah, aku tak mau. Lebih baik tak pernah bertemu tapi dengan kenangan terbaik, daripada bertemu tapi dengan perubahan terburuk. Aku menutup laman instagram, membuka Whattsapp. Beberapa chatt mendadak masuk, ya. Lagi lagi orang yang penasaran dengan hubunganku dan RMARE, sudahlah... mereka sengaja sekali mencari cari nomerku hanya untuk bertanya semua itu, yang jelas jelas aku abaikan. Aku membuka kontak Adit, yang di atasnya ada tulisan 'online'. Aku mengajaknya chatt sejenak
Rey: "Hai!"
Beberapa lama tak di baca, hingga akhirnya adit menjawab
Adit: "too..., tumben tumben nge WA duluan? What happen?"
Rey: "kamu lagi sibuk enggak???" Ucapku basa basi
Adit: "enggak kok, waktu makan siang, tugas udah beres dan perut udh kenyang :p"
Rey: "oh. Baguslah, gw lagi butuh jawaban"
Adit: "sure? ok. Why?"
Jantungku berdetak cepat, ingin menanyakan soal RMARE, karena selama ayah sibuk dengan para polisi dan ibu dengan sakitnya, aku tak bisa menanyakan ini pada mereka.
Rey: "kalau suatu waktu ada orng yg bilang kalau tipe lu tinggi dan dia gak bisa masuk dalam kriteria lu, menurutlu gimana?" Aku mengetiknya sambil mencari kata kata terbaik, tak ada.
Adit: "gimana? Replay"
Rey: "kalau ada yg cewek yg bilamg kalau tipe lu tinggi dan dia gak mungkim masuk kriteria lu, menurutlu si cewek itu kenapa? Kok dia ngomong gitu?"
Adit: "Ahh... itumah biasa! KKPL namanya!"
Rey : "KKPL apaan?"
Adit : "Kode keras perangkat lunak!" Jawabnya terlihat santai
Rey: "maksud lu???" Aku masih tak mengerti apa yang ia bilang
Adit: "ya... semacam modus buat dapet perhatian, terus kita nya jadi mikirin dia mulu, ujung ujungnya suka" jelasnya
Rey: "oh ya? Gak ada arti lain gitu?" Aku tak percaya dengan apa yang dia kirim
Adit: "yang gw tahu sih cuma itu. Emg knp? Lu di tanya kyk gitu? Sm siapa?" Dia mulai curiga
Rey: "ohh... enggak kok!, cuma nanya, thks y!"
Rey: "Ehh... Btw kalau perangkat kerasnya apa ya?"
Adit: "kalau perangkat kerasnya bisa mecem macem, mulai dari kata" yang maksa, caper yang keliatan bangef sampe maksa secara fisik. Kalau perangkat lunak kan cuma mempengaruhi secara emosional."
Wah wah wah... dia telaten sekali menjelaskan! Seolah dia ini tahu segalanya, atau mungkin memang pernah menglami semua itu?
Rey: "merci!"
Adit: "ya, udh dulu ya, dosen dah masuk kelas."
Rey: "ok"
pesanku tak di jawab lagi, mungkin dia sibuk, kembali kuliah... sedangkan aku sudah di rumah... betapa sibuknya dia. Ah, sudahlah... abaikan.
Tiba tiba ayahku mengetuk pintu, minta izin masuk, setelah masuk, ia duduk di depanku, basabasi. Hingga pada topik utama yang selama ini sungguh ku tunggu tunggu
"Rey, ayah sama ibu udah baik aja kok. Kamu g usah khawatir ya!, fokus belajar aja..." ucap ayahku sambil mengelus kepalaku
Alu senang sekali, berteriak lepas. Ayahku menyuruh diam, takut di dengar tetangga. Aku berterimakasih pada ayah, karena mau berbaikan sama ibu. Akupun ke kamar ibu, memeluk ibu yang langsung merintih saat di sentuh, kesakitan. Aku minta maaf, lalu menanyakan apa benar mereka sudah kembali damai?, ibu meng iya kan, tersenyum.
Sungguh... hari ini aku senang sekali! Setelah semua kejadian menyebalkan di sekolah, ini adalah kado terbaik. Ternyata benar ya.. bahwa tuhan selalu tahu apa yang terbaik. Terimakasih banyak ya Allah...
Besoknya aku kembali sekolah, dengan wajah sumringah karena tadi pagi di antar ayah, meski pulangnya aku harus jalan, tak apa lah... yang penting aku bisa di antar lagi sama ayah. Sudah bertahun tahun aku berangkat sendiri, rindu...
saat sampai di kelas, sudah banyak murid yang datang, terutama yang perempuan, mereka mendekatiku. Mereka semua meminta maaf atas semua yang mereka lakukn, atas ke salah fahaman kemarin, dan mereka bilang kalau mereka janji tak akan tanya tanya lagi. Aku memaafkan mereka, tentu saja... dengan semua suasana hati yang membaik. Eh? Tapi... kenapa ya? Biasanya mereka ini sukar mimta maaf!, lalu apa yang membuat mereka ber bondong bondong minta maaf padaku? Apa jangan jangan...
RMARE masuk kelas, baru datang. Ia menempati bangku paling belakang, lagi. Ia melewati kerumunan ku dengan cuek, tapi aku yakin dia yang melakukan sesuatu pada mereka.
Saat RMARE datang, kerumunan ku otu langsung bubar seketika, seolah ada sesuatu, berlarian ke tempat duduk masing masing, atau yang pergi ke kelas masing masing, kecurigaan ku semakin kuat.
*Merci: terima kasih.