webnovel

ARTCHIES PROJECTS

[ CERITA INI HANYA FIKSI BELAKA. JIKA ADA KESAMAAN TOKOH, TEMPAT, KEJADIAN ATAU CERITA, ITU ADALAH KEBETULAN SEMATA DAN TIDAK ADA UNSUR KESENGAJAAN ]

Karya orisinil Ookamisanti_ jikapun ada kesamaan mohon maaf dan mungkin tidak sengaja.

><><><

Tak lama kami menaiki elevator menuju ke lantai atas. Tuan Takigawa bercerita kalau Artchies Projects ini sudah berjalan sekitar lima belas tahun. Banyak artis yang dikontrak di sini. Entah lima sampai sepuluh tahun, bahkan ada yang lebih lama lagi. Setiap tahunnya mereka merekrut seseorang untuk dijadikan bagian dari agensi ini. Tentu saja yang mereka ajak adalah orang yang berbakat dalam bidang musik. Tak harus seorang penyanyi, asalkan dia pandai bermain musik, seorang penulis lagu ataupun composer sekalipun, mereka akan direkrut oleh mereka dan dijadikan terkenal.

Sesampainya di lantai ke tiga, kami berjalan di lorong menuju ke suatu tempat. Ku dengar banyak suara di tempat ini. Kata Tuan Takigawa, di lantai tiga ini adalah tempat di mana para orang berbakat melakukan pelatihan. Banyak ruangan yang berhubungan dengan musik seperti studio rekaman, studio musik, studio dance dan studio vokal. Semua tempat pelatihan ada di lantai ketiga ini. Tak lama Tuan Takigawa menyuruh kami untuk menunggu di sebuah ruang tunggu yang nyaman. Ada beberapa sofa, televisi, meja dan beberapa meja hias. Agaknya ini tempat santai setelah melakukan pelatihan.

Aku meminta izin kepada Shiori untuk pergi ke toilet. Aku pun berkeliling untuk mencari tempat itu. Tak sengaja mataku melirik ke sebuah ruangan. Ada seorang gadis berambut panjang berwarna cokelat kemerahan sedang melakukan rekaman. Suaranya hampir terdengar keluar. Dia bernyanyi dengan penuh semangat, menyanyikan sebuah lagu yang enak didengar. Aku sampai mengetuk-ngetuk jariku ke dinding sembari menikmati apa yang dia nyanyikan. Lagu apa itu? Mengapa lagunya sampai ke dalam diriku? Seperti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan melalui lagu tersebut.

"Rizer!" seru seseorang membuatku terkejut. Tuan Takigawa menepuk pundakku. Dia melihat apa yang aku lihat.

"Dia adalah Miyazaki Maika seorang pendatang baru yang memiliki suara emas. Aku yang menemukannya. Miyazaki seorang musisi jalanan. Saat itu aku merekrut dia berada di gang Shinjuku dan sedang menyanyikan lagu yang dia buat sendiri. Karena aku tertarik dengan suaranya, makanya aku rekrut dia," kata Tuan Takigawa. Aku menganggukkan kepalaku.

"Sudah berapa lama dia di sini?" tanyaku.

"Dua bulan. Sekarang dia sedang sibuk dengan debut pertamanya. Ayo! Kita berkenalan dengannya serta para staff di dalam sana," jawab Tuan Takigawa sekaligus mengajakku masuk ke dalam. Aku sempat menolak tetapi dia memaksaku. Kami pun masuk ke dalam sana. Sial! Aku jadi malu sendiri saat dilihat oleh orang asing seperti mereka.

"Selamat siang!" sapa Tuan Takigawa. Mereka menghentikan rekaman dan membalas sapaan pria ini.

"Aku ingin mengenalkan teman baru kita yang hari ini baru saja bergabung. Dia bernama Reizero Rizer, asal Hokkaido." Tuan Takigawa mengenalkan aku kepada mereka. Aku pun menyebutkan namaku sendiri sembari membungkukkan badan. Mereka membalasnya, begitupun dengan gadis berambut cokelat kemerahan itu. Kami tersenyum satu sama lain dan saling menundukkan kepala.

Tuan Takigawa menyuruh mereka untuk melanjutkan aktivitas yang sebelumnya dihentikan. Mereka kembali beraktivitas, kami memperhatikan apa yang mereka lakukan.

"Rizer, aku masih ada urusan. Bisakah kau menungguku? Hanya satu jam saja," kata Tuan Takigawa. Aku menganggukkan kepalaku. Dia pun pergi begitu saja meninggalkan aku di ruangan ini. Seorang staff menyuruhku untuk duduk. Sepertinya memperhatikan gadis itu bernyanyi membuat hatiku lebih tenang. Lebih baik baik aku duduk di sini sembari menunggu Tuan Takigawa selesai mengurusi urusannya.

Seketika saja aku mendapatkan sambungan telepon dari Hotaka, aku pun keluar dari ruangan itu dan mengangkat teleponku.

"Tuan Rei, di mana kau? Apakah urusanmu di Tokyo sudah selesai?" tanya Hotaka di seberang sana.

"Belum, sepertinya masih lama. Ada apa?"

"Ada seorang tamu yang ingin bertemu denganmu, dia bersikeras untuk bertemu. Bisakah kau selesaikan urusan di sana secepat mungkin? Dia sudah mengomeliku sejak tadi," katanya. Aku mengernyitkan dahiku. Siapa tamu itu? Mengapa dia ingin sekali bertemu denganku?

"Katakan padanya jika aku tak bisa bertemu dia hari ini. Urusanku di Tokyo masih banyak. Kemungkinan aku akan sampai di Hokkaido nanti malam," ucapku. Hotaka pun mengatakannya kepada tamu yang ada di sana.

"Besok dia akan kembali, segeralah ke sini. Aku muak mendengar omelan dan ocehannya." Ku anggukkan kepalaku dan berkata iya kepadanya. Telepon pun terputus. Ku tarik nafasku lalu membuangnya pelan. Ada-ada saja masalah yang harus ku tangani sendiri. Tidak bisakah Hotaka saja yang menanganinya? Dia selalu membuatku kerepotan.

Aku terkejut saat aku membalikkan tubuh untuk kembali masuk ke studio rekaman. Gadis itu keluar dari sana bersamaan saat aku membalikkan tubuhku. Kami sama-sama terperanjat. Aku mengembangkan senyum untuk menutupi rasa maluku, begitupun dengannya.

"Apakah kau baru hari ini datang ke sini?" tanya dia. Aku mengangguk.

"Ya aku baru datang. Tolong kerja samanya," jawabku. Dia mengangguk lalu mengulurkan tangan.

"Namaku Miyazaki Maika," katanya. Dengan segera aku membalas uluran tangan gadis ini. Tangannya begitu lembut, tetapi semua ujung jarinya terasa kasar. Ku sebutkan namaku untuk kedua kalinya kepada dia.

"Kau bukan orang Jepang ya? Namamu berbeda dari kebanyakan orang Jepang," ucapnya setelah kami saling melepaskan genggaman tangan kami.

"Ayahku Inggris dan ibuku Jepang. Aku lahir di Hokkaido," jawabku seadanya. Dia mengangkat kedua alis.

"Wah … jarang sekali aku melihat orang lain menggunakan nama asing. Bagaimana aku harus memanggilmu?"

"Panggil saja Rei." Dia nampak mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Rei," katanya. Aku menganggukkan kepalaku. Kami pun tertawa bersama. Tak lama dia pun berpamitan karena ada urusan. Ku lihat dia menghilang setelah berbelok ke lorong lain, aku pun memilih untuk ke toilet yang kebetulan tak jauh dari tempatku berdiri tadi.

Aku kembali ke Shiori, dia sempat mengomeliku karena aku terlalu lama. Ku jelaskan bahwa aku tersesat karena luasnya lantai tiga ini. Dia hanya mendengkus. Ku katakan kepadanya bahwa kami akan menunggu sekitar satu jam lagi. Shiori pun memilih untuk pergi membeli makan, dia meninggalkan aku sendirian di tempat ini. Ku sandarkan tubuhku di sandaran sofa.

Tak sengaja aku melihat segerombolan gadis berjalan beriringan melewatiku. Pakaian yang mereka kenakan cukup unik dan penuh warna. Aku yakin mereka adalah grup idol. Selain grup idol, aku juga melihat seseorang atau beberapa orang membawa gitar dan alat musik lainnya. Aku cukup terkesan dengan Artchies Projects ini, banyak orang berbakat di dalamnya. Selain itu, gedungnya juga luas. Aku sedikit penasaran dan ingin berkeliling sebentar. Aku pun bangkit dari dudukku dan berjalan menelusuri lantai tiga ini.

Bersambung ...

><><><

ATTENTION : [ Please, jangan lupa tinggalkan komentar dan collection! ]

Arigatou! Thank you! Nuhun! Terima kasih! Obrigada!