webnovel

Rift Raider King

Kedamaian. ーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーーー Dahulu kala dunia ini dipenuhi kedamaian. Kedamaian itu hancur saat insiden terlarang itu terjadi. Dunia, tidak sama seperti dulu lagi. Ribuan tahun berlalu sejak tragedi itu. Manusia hidup dengan tentram. Suatu hari, serangkaian bencana melanda dunia kembali. Manusia yang berjuang melawan bencana itu disebut dengan Rifters. Di tengah bencana yang melanda, ada sebuah insiden yang menyebabkan sekelompok orang yang entah bagaimana berpindah dimensi ke dunia ini. Salah satu anggotanya, Daniel berjuang di dunia barunya untuk mencari keluarga dan juga temannya. Akankah dia berhasil mencapainya saat dia memiliki teman misterius yang belum pernah dia temui?

Lexifanyaa · アニメ·コミックス
レビュー数が足りません
10 Chs

Revealed

Tegang.

Ruangan yang awalnya hanya bersuasana serius sekarang menjadi tegang. 01 tidak habis pikir, kenapa targetnya, Daniel dan Sin bisa kabur dengan mudah. Sedikit lagi dia merasa bisa mengetahui identitas dibalik The Black Ghost. Dia kesal terhadap ketidak kompetenan 04 yang membiarkan mereka kabur.

"04, aku ingin penjelasan rinci. Bagaimana, mereka bisa kabur dengan mudah darimu?" 01 berusaha mengontrol emosinya.

"A-aku tidak tahu. Mereka menghilang begitu saja saat pasukanku mengepung kamarnya. Seakan mereka tahu kalau kita akan datang."

"Tenanglah, 01. Kurasa hanya ada dua kemungkinan untuk itu. Satu, ada kebocoran informasi di antara kita. Dua, mereka bisa melakukan teleportasi." 03 menahan 01 yang ingin meneriaki 04.

"A-apa? Mustahil. Aku belum pernah mendengar ada Artifact yang bisa membuat kita teleportasi." 02 terkejut mendengar opini 03.

"Yah, hanya itu yang bisa kupikirkan untuk masalah ini."

"Tidak, singkirkan dulu kemungkinan kedua. Mari kita fokus dengan kemungkinan yang pertama. Kebocoran informasi." Raizar angkat bicara.

"Organisasi kita belum pernah muncul ke permukaan. Kurasa sedikit mustahil kalau terjadi kebocoran informasi." 01 menanggapi.

"Yah, mau bagaimanapun untuk sekarang kita akan fokus dengan masalah kebocoran ini. Lalu kita bisa fokus untuk mengejar The Black Ghost."

"02 benar. Aku ingin kalian fokus di divisi masing-masing. Pertemuan ini selesai."

-

"Hm.. Warga negara asing kah. Baiklah. Ueno, kau urus berkas-berkasnya dengan Tuan Shinki. Aku dan Tuan Nieru akan keluar untuk menghirup udara segar. Haha." Gerard mengatakannya sambil merangkul pundak Daniel.

"Eh, Tuan President?! Hahh.. Baiklah, jangan terlalu berlebihan terhadap Tuan Nieru, Tuan President." Asistennya, Ueno terkejut mendengar kalimat terakhir dari Gerard.

Dia cukup mengenali Gerard, bahwa siapapun yang menarik perhatian Gerard maka Gerard akan pamit keluar dengan dalih menghirup udara segar. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi dengan orang yang menarik perhatian Gerard, tetapi orang itu selalu kembali dengan luka yang bisa dikatakan cukup serius.

-

Apa yang sebenarnya kau pikirkan, Gerard sialan. Seenaknya membuatku dalam situasi seperti ini. Sekarang di depanku ada Zero, anak buahnya. Dia bilang Zero merupakan Rifter terbaiknya. Doakan aku berhasil, Sin.

"Kalian bisa memulainya sekarang." Gerard memberi aba-aba.

Aku bisa melihat kalau Zero membungkuk cepat dan segera ke posisi bertarung. Kurasa tangan kosong lebih menguntungkan ku.

*whoos*

Dia menghilang?! Dari mana dia akan datang? ... Atas!

*whoos*

Aku berhasil menghindarinya. Phew..

*whoosh*

Dia datang lagi. Sekarang .. Dari belakang.

*dagh* *dagh duagh!*

Huh. Aku berhasil menangkis serangan pertamanya. Dan juga menyamai kecepatan pukulannya.

"Bersiaplah." Hah apa? Apa dia berbicara?

*whoosh!*

Sial!

*whoos*

Aku teleportasi ke belakangnya. Aku bisa melihat raut wajahnya kalau dia terkejut.

*duagh* *bugh bugh*

Ack..! Sialan, kalau ini berlanjut aku bakal kalah.

"Hyaah!"

*dagh bugh srrrt buagh!*

Ughuk! Dia membantingku.

"Waha, kalian selesai? Aku terkesan dengan reflekmu, Daniel. Bawa dia ke lift, Zero."

Zero memapahku untuk membawaku ke lift. Gerard berjalan di depanku sedangkan wanita tadi berjalan di belakangku. Baiklah, aku ceritakan apa yang terjadi, kenapa aku bisa di situasi seperti ini.

-

Gerard dan Daniel memasuki lift. Gerard menekan tombol yang menunjukkan underground.

"Uh, bisakah anda melepas tangan anda, President Gerard?" Daniel merasa risih dengan rangkulan Gerard.

"Aha, maafkan aku. Panggil saja aku Gerard. Semuanya di Rising Hope memanggilku begitu."

"Apa yang bisa kulakukan untuk anda Pr-.. Gerard?"

"Hahaha.. Tidak usah dipaksakan, aku tahu itu membutuhkan waktu. Omong-omong soal rekomendasi dari Rising Hope, kau tidak memakai bantuan orang dalam kan? Bisa kulihat dari wajahmu."

"Sebenarnya, saya memakainya hanya untuk mempercepat administrasi saja, President Gerard."

"Oh. Ini baru menarik. Kenapa seperti itu? Ada sesuatu yang terjadi?"

"Saya sedang mencari sesuatu dan seseorang."

"Hm. Kau bisa ambil kartu namaku dulu. Karena kita sudah sampai, kita bicarakan ini lain waktu."

Setelah Daniel menerima kartu nama Gerard, mereka telah tiba di ujung lorong dengan pintu besar menanti. Gerard segera membukanya dengan sidik jarinya. Daniel terkejut melihat isi dibalik pintu itu. Terlihat semacam ring gladiator dengan segudang peralatan terpajang rapi di tiap dinding. Di sana ada dua orang, pria dan wanita sedang berlatih tanding.

"Hei! Minta perhatian. Kita dapat Rifters baru." Gerard memanggil mereka.

"Huh? Baiklah, kita lanjutkan nanti." Suara sang wanita terdengar kesal.

"(Kenapa dia pergi dari ring? Jangan katakan kalau aku akan menggantikannya.)" Daniel merasakan hawa yang tidak enak.

"Baiklah, kebetulan kau di sini, Zero. Kau bisa berlatih dengannya."

"(Tentu, kenapa tidak? Sialan.)"

-

"Huo, aku menemukan kabar tentang Black Ghost. Insiden salah satu apartemen di Distrik Saitama berkaitan dengannya." Lao menutup laptopnya.

"Kau sudah kirimkan orang ke Jepang?"

"Tentu saja, mereka sudah sampai di Prefektur Saitama tadi pagi."

"Baiklah, aku menunggu kabar baik darimu."

-

"S-sudah selesai, President Gerard?" Suara Sin menyambut kedatangan Gerard dan yang lainnya.

"Tentu. Kau bisa membawanya pergi."

"Kalau begitu saya permisi, President Gerard."

"Hati-hati, aku dengar ada rumor tentang pria misterius di sekitar Saitama."

Sin membawa Daniel pergi meninggalkan Rifters Hall. Dia memanggil taxi dengan tujuan guildnya. Dia mengajak Daniel ngobrol namun Daniel ingin meminta waktu untuknya beristirahat. Waktu berlalu, mereka telah sampai di depan gedung Guild Rising Hope. Sin membawa Daniel memasuki gedung.

"Arisu, t-tolong bawa dia ke ruang kesehatan. Aku akan bertemu dengan Chief."

Selesai berbicara, Sin langsung meninggalkan temannya, Arisu dengan Daniel untuk dirawatnya. Arisu langsung pergi membawa Daniel ke ruang kesehatan. Menaruhnya di sofa lalu memeriksa lebam dan luka Daniel. Daniel yang masih separuh sadar menyadari kalau wanita muda dengan ponytail putihnya, bukan Sin yang merawatnya. Terbesit dalam pikiran Arisu.

'Apa mereka habis berkelahi?'

"Kau sadar? Bagus, aku akan merawat wajahmu dulu."

"S-siapa kau?" Daniel mengambil posisi duduk.

"Temannya Shinki."

"Di mana dia?"

"Mungkin sedang mengurus apartemennya. Kurasa itu tidak butuh waktu yang lama. Namamu?"

"Nieru. Terima kasih, maaf merepotkanmu."

"Hm.. Si pendiam itu tiba-tiba menjadi begitu bersemangat, kurasa kalian itu teman dekat. Jadi ya, begini."

'Che.. Dia masih kurang bisa bergaul.'

"Apa kau rifters juga?"

"Huh.. Ah, tentu. Kau bisa lihat di database Rifters."

Arisu berjalan menuju terminal di sebelah rak. Mengutak-atik sebentar lalu keluar.

'Hah?' Daniel ditinggal dalam kebingungan.

-

'Phew. Meskipun semua barangku di apartemen lamaku, setidaknya aku, Artifact ku dan Daniel selamat. Sekarang, di mana Arisu merawat Daniel?'

Sin menaiki lift lalu menuju lobby. Setibanya, dia langsung mencari di setiap ruangan lantai lobby. Di dapur, dia menemukan Arisu sedang berkutat dengan sesuatu.

"A-arisu, di mana dia?"

"Oh, kau sudah selesai. Temanmu ada di Ruang Perawatan 2. Ini, bawalah untuknya."

"Aku sangat berterima kasih, Arisu."

Sin menerima gelas Arisu dan langsung menuju Ruang Perawatan 2. Setelah sampai, Sin melihat Daniel sedang mengutak-atik terminal di sana.

"Apa yang kau lakukan, Niel?"

"Aku mencari informasi lain yang tidak kutemukan di bukumu."

*(Cari seperlumu, Manusia. Aku bisa memberi tahumu pengetahuan yang kau butuhkan.)* Daniel seketika menghentikan aktifitasnya.

'Suara? Kau bangun?'

*(Berhenti menyebutku Suara. Panggil aku Zed.)*

'Baiklah.'

"..-y! Hey, Niel!"

"Y-ya.. Bagaimana dengan urusanmu?" Daniel sadar dari kedalaman pikirannya.

"Ah, oh.. Aku diberi apartemen di Tokyo. Kenapa, kau punya urusan lain?"

"Maaf, aku tidak bisa menemanimu ke Tokyo."

"Baiklah, sampai jumpa."

"Jaga dirimu, Sin."

*whoos*