webnovel

RETRIBUTION -Cycle of the Rise and the Fall- (Indonesia)

Kebangkitan dan kejatuhan adalah sebuah siklus yang tidak pernah bisa lepas dari kehidupan. Dunia diciptakan dalam keadaan yang sangat baik dan harmonis. Akan tetapi, ada makhluk-makhluk atau kekuatan yang mencoba untuk membawa dunia kepada kehancuran. Dalam dunia seperti itu, kebangkitan tidak akan terjadi tanpa kejatuhan dan kebangkitan akan selalu berlanjut kepada kejatuhan. Ada dua orang bersaudara, Enral seorang kakak laki-laki yang dapat diandalkan dan punya tekad yang kuat serta Enity adik perempuannya yang memiliki kepribadian yang sulit ditebak tapi sangat membantu kakaknya. Di dalam dunia yang selalu berada pada siklus kebangkitan dan kejatuhan, ada sebuah kekuatan yang bersinar. Kekuatan tersebut adalah kekuatan dari sebuah pembalasan atau "Retribution". Dalam cerita ini, kita akan melihat bersama bagaimana Enral dan Enity menjadi pusat dari siklus dunia tersebut, bagaimana perjalanan mereka mengalami pertemuan dan perpisahan, bagaimana mereka melawan hal-hal yang mencoba menghancurkan kehidupan mereka dan bagaimana mereka menjalankan "Retribution" kepada dunia dalam melawan siklus dunia yang tanpa akhir.

Lamia_Amadeus · ファンタジー
レビュー数が足りません
6 Chs

Heading to the Near End

Part 1 "Nostalgic Illumination"

Lidex adalah seorang gadis yang terlihat sebaya dengan aku dan Enity, tapi dia memiliki banyak pengetahuan yang kami tidak pernah punya sebelumnya. Aku berpikir dengan penasaran, dari mana semua pengetahuan tersebut didapatkannya. Apa mungkin karena dia hidup di dalam perpustakaan yang penuh buku? "Hm? Karena aku hidup di dalam perpustakaan yang penuh buku, jadi aku punya banyak pengetahuan itu? Hahaha itu tidak mungkin!" kata Lidex. Sekali lagi Lidex membaca pikiranku, "jadi bagaimana kau bisa memiliki banyak pengetahuan itu?" balasku kepadanya. Waktu itu, kami sedang dalam perjalanan ke suatu tempat di mana ayah masuk menuju Purgatory. Beberapa menit yang lalu, Lidex menggunakan teleportasi untuk kami semua menuju ke suatu bagian di bawah gunung. Anggota kami adalah aku, Enity, Lidex, Vermillione, Scarx, Stav dan Darga. Sebelumnya, Lidex berkata gunung itu tidak bisa diakses secara langsung dengan sihir apa pun karena tempat itu adalah pusat peperangan yang pernah terjadi antara manusia dengan Purgatory yang membuat seluruh daerah itu dipenuhi dengan gas penangkal sihir. Karena itu, kami hanya dapat berjalan ke suatu tempat yang bernama "Key Altar." Kembali ke percakapan aku dan Lidex, "ceritanya sangat panjang, bahkan bisa lebih panjang daripada cerita sejarah peperangan manusia melawan Purgatory yang pernah aku ceritakan pada kalian….tapi, kalau disingkat menjadi tiga kata yaitu 'aku mengingat semuanya'." Mendengar hal itu, aku tidak tahu harus memberikan respons seperti apa. "Di dunia ini, tidak ada lagi orang mengetahui identitasku yang sesungguhnya," ucapnya dengan suara kecil sampai kami tidak bias mendengarnya dengan jelas. Tiba-tiba, Lidex seperti teringat akan suatu hal yang mungkin hanya dia sendiri yang mengetahuinya. *ingatan Lidex* ("Hm? Uhm…kamu siapa ya? Kenapa kamu bisa ada di rumahku?" kata seorang laki-laki. "Auuu….lapar….butuh makanan….hm? Hei kamu, berikan aku makanan!" kata seorang gadis. *beberapa hari kemudian* "Hah? Kamu! Siapa gadis yang menggunakan pakaian aneh itu? Dia keluar dari rumahmu….tunggu dulu, apa kalian pacaran??? Tapi, bukan berarti aku ingin tinggal dengan kamu atau ingin pacaran dengan kamu ya, bodoh!" kata gadis yang lain. "Apa maksudmu pakaian aneh? Ini adalah pakaian suci gereja yang hanya ada satu di dunia ini, pakaian ini menjaga agar supaya sihirku tidak meluap juga melindungi semua pengetahuan yang ada di sini!" kata gadis yang sebelumnya sambil menunjuk dahinya. "Apa yang kau bicarakan pendek? Aku tidak mengerti sama sekali!" kata gadis yang lain. "Siapa yang pendek, kamu dada datar! Kamu hanya terlalu bodoh untuk mengerti hal-hal seperti ini!" kata gadis yang sebelumnya. "Da…da… datar!?!?! Terlalu bodoh!?!?! Kau ajak berkelahi ya, pendek!?!" kata gadis yang lain. "Oh siapa takut, dada datar!" kata gadis yang sebelumnya. "HEI KALIAN, BERHENTI BERTENGKAR!!!! Untuk orang yang pertama kali kalian bertemu, seharusnya saling memperkenalkan diri dan saling membicarakan hal-hal yang lebih biasa untuk kehidupan sehari-hari" kata seorang laki-laki yang selama mereka bertengkar ada di tengah-tengah mereka sambil menjauhkan mereka satu sama lain.) "…dex? Lidex? Lidex???" aku memanggil Lidex yang terlihat bertatapan kosong. Lidex sadar akan aku yang memanggilnya, tapi dia berkata bahwa dirinya tidak apa-apa. "Tenang saja, aku hanya melakukan ini untuk menggenapi janjiku kepada ayah kalian" kata Lidex. "Huh? Kenapa kau tiba-tiba bicara tentang hal itu?" kataku padanya. "Suatu hari, ayah kalian menemukan perpustakaanku dan memintaku untuk mengurus kalian berdua, jika terjadi sesuatu pada dirinya" kata Lidex. *ingatan Lidex* ("Kamu tahu semuanya dari awal, benar? Karena itu, kamu tahu juga kalau hal itu pasti akan terjadi lagi" kata Rakh. "….Apa kau yakin untuk menyerahkan mereka berdua padaku?" kata Lidex pada Rakh. "Tidak ada orang lain yang bisa aku andalkan sekarang selain kamu, waktu kami juga sudah dekat….karena itu aku harus berbuat apa pun untuk melindungi mereka berdua" kata Rakh dengan nada yang penuh penyesalan.) Melalui peristiwa itu, Lidex dapat bertemu dengan aku dan Enity sekarang, meskipun kami belum mengenal Lidex lebih dari hal yang diceritakannya.

Part 2 "Key to the World of Nothingness"

Tempat yang belum pernah kami lihat atau dengar, "Key Altar." Kami masih dalam perjalanan menuju tempat tersebut dan aku sendiri tidak tahu kapan kami akan sampai di sana. Kami terus naik gunung di mana Key Altar itu berada. "Key Altar berada di bagian paling puncak gunung ini, dan Purgatory berada di bagian paling bawah gunung ini" kata Lidex. Di suatu waktu, kami semua merasa kesulitan untuk bergerak maju. Hal ini dikarenakan ada tekanan energi yang membuat seluruh tubuh kami sulit untuk bergerak. "Sancrity!" Lidex dan Vermillione dengan mudah mengeluarkan tekanan energi itu dari tubuh mereka, kemudian membantu aku, Enity, Scarx, Stav dan Darga mengeluarkannya juga. "Apa itu Sancrity?" tanyaku pada Lidex dan Vermillione. "Sancrity adalah sebuah kemampuan tenaga dalam yang dapat melepaskan semua jenis energi negatif yang membuat tubuh diri sendiri dan orang sekitar tidak bergerak dengan bebas" jawab Vermillione. "Dalam kasus tertentu, Sancrity juga dapat mengembalikan mana atau energi sihir yang selama ini dikeluarkan dari tubuh" ditambah Lidex. "Tekanan energi negatif tadi itu adalah berasal dari puncak gunung ini, ini menandakan bahwa kita semakin dekat dengan Key Altar" lanjut Lidex. Beberapa waktu kemudian, kami sampai di puncak gunungnya dengan aku dan Enity yang sangat kelelahan. Aku melihat di sekitar kami, tapi tidak ada apa-apa, selain lubang hitam yang tidak terlalu besar maupun kecil yang mengambang di atas di lubang puncak gunung. "Hm? Perasaan aneh apa ini?" bisik Vermillione. Lidex seperti menyadari sesuatu kemudian berjalan dengan perlahan ke depan sambil berbicara sesuatu yang tidak bisa aku dengar dari tempatku. Kedua matanya tiba-tiba bercahaya dengan lingkaran sihir berwarna biru di bawah kakinya. *crack* *crack* *crack* Kami mendengar suara seperti kaca yang mulai retak. "Hehe, sepertinya kau menganggap remeh kekuatanku ya, anak muda!" Dan *sprash* suara kaca yang sebelumnya retak, sekarang menjadi pecah. Oleh karena perbuatan Lidex, kami bisa melihat sesuatu yang sebelumnya tidak terlihat. Pada awalnya, aku berharap Key Altar adalah tempat seperti altar yang aku dan Enity temukan di hutan sebelum bertemu dengan Vermillione. Akan tetapi, Key Altar melebihi ekspektasiku. Key Altar ternyata adalah satu tempat yang aku tidak bisa jelaskan dengan kata-kata. Key Altar adalah satu altar yang mungkin dua atau tiga kali lebih besar dari altar di hutan sebelumnya serta dikelilingi oleh tujuh batu nisan raksasa dengan simbol masing-masing. "Hm? Simbol-simbol ini….sama dengan yang ada di salah satu sisi koin waktu itu…apa arti dari simbol-simbol ini?" tanyaku. Lebih dari pada itu, total luas seluruh bagian Key Altar itu sama dengan lubang dari puncak gunung tersebut. Enity, Darga, Scarx dan Stav juga terkejut melihat hal yang sangat fenomenal ini. Karena terkagum dengan Key Altar, aku sudah tidak memikirkan apa yang dilakukan Lidex sebelumnya. "Ayo, kita pergi ke bagian atas altarnya….di sini sihir sudah dapat digunakan kembali" sambil mengatakan itu, Vermillione membawa kami semua dengan melayang ke bagian atas altarnya. Di bagian atas altarnya, kami melihat ada lubang hitam yang sebelumnya, terlihat dapat menghisap kami semua di waktu itu juga. "Sebelumnya, lubang ini tidak ada…tapi ketika Purgatory menghancurkan segelnya, lubang hitam ini tercipta dan melalui lubang ini kita dapat langsung sampai di bagian paling bawah dari gunung ini, yaitu tempat Purgatory berada" kata Vermillione. "Apakah kalian sudah siap? Jika tidak, sekarang waktu paling tepat untuk mundur…" tanya Lidex. Aku dan Enity mengangguk kepala kami sebagai tanda bahwa kami sudah siap. "Aku tidak siap!" kata Darga sambil perlahan menjauh dari kami. "Baiklah, semuanya siap ya!" kata Lidex dengan percaya diri sambil menahan tubuh Darga dengan sihir. "Hei, kau tidak mendengarku, Lidex?" kata Darga dengan nada yang cemas. "Semuanya, masuk!" kata Vermillione dengan suara yang kuat. "KAU---AKAN---TETAP---IKUT---YA!" kata Lidex dengan nada yang mengecam sambil menatap Darga. "Hiiiiih!!!! Baiklah…." kata Darga dengan merasa tidak bisa berbuat apa pun lagi. Dari belakang, aku melihat Darga yang terlihat putus asa dan mulai mengeluarkan air mata karena tidak berhasil kabur dari genggaman Lidex. Aku dan Enity saling memandang dan tersenyum sambil berpikir sebenarnya apa yang sebenarnya terjadi dalam relasi antara Lidex dengan Darga. Sebentar lagi, kami akan bertemu dengan ayah dan lainnya, dan kami akan menyelamatkan mereka. Akan tetapi, hal ini tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan.

Part 3 "Collapsing Visions"

*Enral* Aku melihat di sekitarku hanya ada kegelapan dan tubuhku juga adalah kegelapan. Aku tidak ingat apa pun tentang diriku, dari mana aku datang sampai bagaimana aku bisa ada dalam kondisi seperti ini. Lebih parahnya, aku tidak bisa bergerak selain di tempatku dan aku tidak mengingat siapa diriku. Hal yang aku rasakan sekarang adalah hanya kegelapan dan keinginanku untuk tidak berbuat apa-apa. Sampai pada suatu saat, aku merasa tidak ingin dalam kondisi ini lebih lama lagi. Suatu suara kecil berbicara di telingaku, "kamu ingin bebas dari tempat ini, bukan? Kamu tidak ingin diselimuti oleh kegelapan lagi, bukan? Kamu berpikir tidak merasakan apa pun lebih baik dari merasakan ketiadaan, bukan?" Setelah suara itu berbicara, ada benda yang muncul di depanku, yaitu pisau. "Benda ini adalah solusi dari semua masalah yang kamu hadapi sekarang, dengan benda ini kamu dapat bebas!" lanjut suara itu. Benda itu semakin mendekat dan tanpa berpikir hal yang lain karena aku hanya ingin bebas dari tempat dan kondisi ketiadaan ini, aku memegang benda itu, lalu "benda ini harus ditusukkan ke dalam dada di bagian sini" lanjut suara tersebut sambil menunjuk satu bagian dada di sebelah kiri. Aku akan melakukan sesuai dengan perkataan suara itu dan *clang* sebelum pisau itu menyentuh dadaku, sesuatu terjadi. Aku menyadari pisau yang sebelumnya aku pegang telah hilang, suara yang tadi sudah hilang dan aku melihat cahaya berwarna merah muncul di depan mataku "kelihatannya aku datang tepat waktu…" terdengar seperti suara perempuan yang muncul dari arah cahaya itu. Di situ, aku menyadari kalau aku mencoba untuk bunuh diri. Lalu, cahaya itu tiba-tiba berkata dengan nada suara yang tinggi, "kamu gila ya!!! Kenapa kamu ingin mengikuti suara yang tidak jelas seperti itu? Inilah yang terjadi kalau ada orang asing mencoba datang ke Purgatory, Lidex!" Mendengar perkataan cahaya itu, aku langsung terfokus pada dua nama yaitu Lidex dan Purgatory sambil berkata dalam hati "apa maksud dari nama-nama itu?" Lalu, aku bertanya kepada cahaya itu "kamu siapa? Dan tempat apa ini?" Kemudian, cahaya itu menjawab "namaku Ako, dan tempat ini bernama Veroid yang dapat disebut sebagai sungai yang membawa semua yang mencoba pergi menuju Purgatory. Tempat ini dipenuhi dengan energi negatif yang dapat membuat makhluk hidup yang tidak memiliki energi sihir yang sedikit untuk kehilangan kewarasannya." Setelah mendengar itu, aku melihat ternyata ada empat sosok yang muncul dalam area penglihatanku. Pertama aku melihat seperti dua makhluk raksasa yang terlihat berdekatan, lalu mereka didatangi dua cahaya berwarna biru dan hijau. Kemudian, aku melihat satu sosok laki-laki yang didatangi oleh cahaya berwarna abu-abu. Selanjutnya, aku melihat satu sosok manusia yang mungkin seumuran dengan aku dan perempuan yang kemudian didatangi oleh cahaya berwarna kuning. Aku merasa tidak mengenal mereka, tapi aku tidak tahu mengapa, setelah melihat mereka, aku merasa bahwa diriku berusaha untuk menuju kepada sosok-sosok tersebut, terutama satu perempuan itu. Akan tetapi, tubuhku tidak bisa bergerak. Sambil seperti itu, ternyata cahaya itu masih melanjutkan penjelasannya kepadaku tapi aku tidak menyadarinya. Lalu, *pout* "hei kamu tidak mendengarkan perkataanku ya?" Anehnya setelah itu aku menyadari cahaya itu sepertinya marah kepadaku, padahal aku tidak dapat melihat ekspresinya karena itu terlihat seperti cahaya biasa. "Sudah tidak berterima kasih, ditambah lagi tidak mendengar penjelasanku….kenapa aku harus membantu orang seperti ini?" kata cahaya itu. "….." suasana diam menyelimuti antara aku dan cahaya itu selama beberapa waktu. "Baiklah….aku minta maaf karena tidak mendengarkanmu, dan terima kasih karena telah menolongku…apa ini cukup?" kataku kepada cahaya itu. "Hm, kalau kamu sudah sampai seperti itu, aku tidak ada pilihan lain untuk menerima" balas cahaya itu. Kemudian, cahaya itu melanjutkan "ya mungkin semuanya ini akan menjadi sia-sia setelah kamu keluar dari tempat ini…." Aku tidak mengerti maksud dari perkataan cahaya itu. "….Sudah saatnya kamu kembali, Enral. Suatu saat, kita pasti akan bertemu kembali." Di saat itu, seketika saya mengingat namaku yaitu Enral. Akan tetapi, sebelum aku dapat merespons sesuatu kepada Ako cahaya merah itu, penglihatanku dipenuhi dengan warna putih. Setelah itu, aku sudah tidak mengingat hal apa pun yang terjadi selama berada di tempat yang dipenuhi kegelapan itu.

*Enity* Aku lupa siapa diriku. Aku mencoba untuk melihat, tapi aku tidak tahu apakah aku sedang melihat atau tidak. Aku dapat merasakan kalau aku mencoba untuk membuka dan menutup mata, tapi yang aku lihat hanya kegelapan. Aku sempat berpikir dan bertanya dalam hati apakah aku telah menjadi buta dan tidak dapat melihat apa-apa. "Kamu tidak buta, wahai jiwa yang tersesat…." Aku mendengar suara kecil yang berbisik. Aku tidak mengenal suara itu apakah perempuan atau laki-laki. "Kamu hanya berada di suatu tempat yang dipenuhi kegelapan tanpa akhir….dan kamu hanya sendirian di sini….kamu tidak akan bertemu dengan siapa pun di sini selain aku…." Mendengar perkataan suara itu, dalam pikiranku tiba-tiba muncul beberapa sosok yang aku tidak kenal. Akan tetapi, aku menyadari kalau mereka adalah orang-orang yang berharga buat diriku. Setelah melihat sekitarku, aku ternyata memang sendirian dan tidak ada siapa pun di sekitarku selain aku dan suara misterius itu. Setelah menyadari hal itu sepenuhnya, tubuhku tidak merasa tenang lalu menjadi ketakutan. "Kamu takut sendirian, bukan?" kata suara itu. Aku memang takut ketika merasa sendirian. Selama perasaan takut itu semakin kuat, wajah-wajah orang yang sebelumnya terus bermunculan di pikiranku. "Kamu ingin bertemu dengan mereka, bukan? Ikut suaraku ke sini…." Mendengar suara itu, aku melihat lubang berwarna hitam yang lebih hitam dari kegelapan yang ada di sekitarnya. Aku mengikuti suara itu dan bertanya, "apakah dengan aku menuju ke sana, aku tidak akan merasa sendirian lagI?" Kemudian suara itu menjawab, "benar sekali, hanya dengan mengikuti aku ke sana, kamu tidak akan pernah satu kali pun merasakan sendirian lagi…." Suatu saat ketika sedang mengikuti suara itu, seperti ada sesuatu yang menahanku dari belakang, dan pada saat yang sama lubang hitam yang sebelumnya ada telah menghilang. Aku membalikkan tubuhku lalu melihat ada cahaya berwarna kuning di hadapanku. "Kamu siapa?" tanyaku kepada cahaya kuning itu. "Namaku Kilya…." jawabnya. "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanyaku. *sigh* "Itu seharusnya menjadi pertanyaanku, Enity. Tapi, jawabannya sebenarnya sudah jelas. Kamu berada di tempat ini, Veroid karena kamu berusaha untuk pergi menuju Purgatory." Setelah mendengar perkataan itu, "oh iya, namaku Enity ya….Purgatory….nama-nama yang rasanya belum lama mendengarnya, lalu Veroid…? Aku tidak tahu nama itu…." Setelah itu, aku langsung teringat dengan gambaran yang aku dapatkan sebelum bertemu dengan Kilya yaitu tentang orang-orang yang aku tidak kenal, tapi aku merasa mereka adalah orang-orang yang berharga bagi diriku. "Apakah aku datang sendirian atau ada orang-orang lainnya?" tanyaku kepada Kilya. "Tenang saja, kamu datang bersama beberapa orang lain, buktinya adalah diriku yang diperintahkan oleh salah satu dari mereka untuk melindungimu di tempat ini" jawab Kilya. Kemudian, aku melihat di tempat itu ternyata ada sosok lain. Aku melihat dua sosok raksasa dengan cahaya hijau dan biru, sosok laki-laki tinggi dengan cahaya abu-abu dan sosok laki-laki yang terlihat sekitar seumuran denganku dengan cahaya merah. Aku tidak tahu mengapa, ketika aku melihat laki-laki dengan cahaya merah itu, diriku merasa lebih tenang dan hangat. "Kamu tidak boleh berlama-lama di tempat ini, jadi sudah saatnya kamu kembali kepada orang-orang yang kamu kasihi dan mereka mungkin sudah menunggumu…" kata Kilya kepadaku. "Lalu bagaimana dengan kamu, Kilya?" tanyaku dengan nada yang sedikit menunjukkan rasa sedihku. Meskipun baru bertemu dalam waktu singkat, aku merasa sudah terhubung dengan Kilya. "Enity, kita tidak akan berpisah lama, bagi dirimu mungkin akan terasa bahwa kita akan bertemu lagi besok….intinya kita pasti akan bertemu lagi" balas Kilya. Aku tidak mengerti maksud dari perkataan itu, lalu sambil Kilya berkata demikian, pandanganku berubah menjadi warna putih semua dan aku tidak mengingat lagi peristiwa yang terjadi di dalam Veroid, baik suara misterius maupun pertemuanku dengan cahaya kuning bernama Kilya itu.

Part 4 "Crumbling Visions"

*Scarx* Aku sendirian di hutan yang dipenuhi dengan kabut yang sangat tebal. Aku berjalan terus untuk mencari dan memastikan apakah aku sendirian di hutan ini atau sebenarnya aku tidak sendirian. Sampai pada satu tempat di mana tidak terlihat pohon lagi, aku berpikir ini mungkin aku sudah sampai di luar hutan, tapi kabut yang sangat tebal masih menyelimuti pandanganku. Aku tidak mengetahui siapa namaku, dari mana aku berasal dan untuk apa aku berada di sini. Tiba-tiba, aku merasa seperti tanah sedang bergoyang lalu muncul bayangan dari balik kabut. Itu adalah raksasa batu yang sedang mengamuk. Aku mendengar suara "oh pelindung hutan….tolong kami!!!!" Mendengar suara itu, aku menyadari bahwa aku adalah pelindung hutan di situ dan aku sepertinya harus melawan dan mengalahkan raksasa batu yang sedang mengamuk. "Dia itu sudah menghancurkan desa kami dan sebagian besar daerah di hutan ini!!!! Oh, pelindung hutan, tolong kalahkan dia! Tolong hancurkan dia!" teriak suara itu yang aku tidak tahu asalnya dari mana. Aku terpaksa untuk bertarung melawan raksasa batu yang mengamuk itu. Kami bertukar serangan sihir, tinju, tendangan maupun lemparan suatu benda. Sampai pada satu saat, kami berdua sudah berada dalam kondisi sangat sekarat dan sepertinya dalam satu serangan terakhir, kami berdua akan hancur. Kami saling menunjukkan tinju kami lalu segera berlari menuju ke arah satu sama lain. Sebelum kami saling memukul, tiba-tiba ada dua cahaya yang muncul di depan kami. Pada saat itu, aku mendengar suara seperti kaca yang pecah di sekitar, lalu dunia berubah menjadi gelap gulita. "Kakak beradik tidak boleh saling membunuh…." kata-kata yang muncul dari arah salah satu cahaya yang berwarna biru. "Uh, uh, uh….kakak, apakah memang benar, mereka tadi itu akan saling membunuh???" dilanjutkan oleh cahaya yang berwarna hijau yang kelihatannya adalah adik dari cahaya biru. *sigh* "Bagaimana adikku bisa seperti ini…? Jeanne, tadi sudah jelas-jelas kamu lihat sendiri mereka saling berkelahi dan akhirnya mereka akan hancur dengan serangan terakhir kalau kita tidak mencegahnya. Tapi, kamu menanyakannya lagi?" kata cahaya biru. "Oh iya, maafkan aku kak Bisque, aku hanya ingin memastikan saja…" kata cahaya hijau. Jadi mereka adalah kakak beradik yang bernama Bisque dan Jeanne. Berbicara tentang kakak beradik, aku langsung teringat dengan peristiwa sebelumnya dan maksud mereka tentang "kami" yang saling membunuh. Aku melihat di sampingku ternyata ada satu sosok yaitu Stav yang adalah adikku terlihat tidak sadarkan diri dan tadi kami sempat saling membunuh. "Kalian menolong kami…?" tanyaku. "Sudah sewajarnya sebagai orang yang memiliki adik untuk mengerti dan menolong orang lain yang dirinya dan adiknya sedang kesusahan" jawab Bisque. "Uh, uh, uh….iya dan sekarang saatnya kalian untuk keluar dari tempat ini" kata Jeanne, "dan tetap lindungi adikmu seperti bagaimana sosok seorang kakak terhadap adiknya" lanjut Bisque. Setelah itu, aku tidak mengingat apa pun yang telah terjadi.

*Darga* Aku merasakan hal buruk sedang terjadi, dan hal yang lebih buruk akan terjadi. "Hohoho, insting yang kamu miliki itu sangat menakjubkan…bagaimana kamu bisa merasakan bahwa hal buruk sedang terjadi padamu?" tanya sebuah suara yang misterius. "Hmmm, aku tidak tahu, tapi aku merasakannya dengan kuat!" balasku. "Ya, sebenarnya aku tidak peduli dengan itu….kamu memang sedang berada di Veroid karena kamu memiliki sihir yang sedikit dan mencoba untuk masuk ke Purgatory" kata suara itu. "Oh mungkin karena itu, tubuhku tidak merasakan apa-apa dan aku lupa dengan siapa diriku…" balasku. "Kamu ingin mengetahui kembali siapa dirimu?" tanya suara itu. "Hmm….kalau ditanya seperti itu, aku hanya dapat menjawab 'iya'" balasku. "Baiklah, kalau begitu kamu harus ikut aku pergi ke—" sebelum suara itu selesai bicara, "MINGGIR KAMU!!!!" muncul suara yang baru dengan nada yang tinggi. Aku melihat ada cahaya berwarna abu-abu lalu suara misterius sebelumnya sudah tidak terdengar lagi. "Akhirnya aku menemukanmu, Darga!" kata cahaya abu-abu itu. Itu adalah suara perempuan yang cukup familiar tapi juga menakutkan. "Aku tidak akan membiarkan kamu menghilang dari hadapanku!" kata cahaya itu. Aku bertanya kepada cahaya itu, "siapa kamu???" Cahaya itu menjawab "….mungkin kamu bisa memanggilku Halyx…" Setelah beberapa saat diam menyelimuti kami, Halyx langsung menarikku sampai pandanganku menjadi berwarna putih. Di saat yang sama, Halyx sempat berbicara sesuatu, "sampai jumpa lagi di luar, di dunia yang lebih baik dari tempat ini…."

Part 4.5 "Reality Incoming"

*Unknown* "Sepertinya mereka berhasil melewati Veroid…." suara dari satu sosok. "Apakah kamu lupa, Darking? Perempuan itu ada di antara mereka, jadi sewajarnya mereka dapat melewati Veroid dengan mudah…" kata dari satu sosok lainnya. "Hmm, apa yang kamu maksudkan itu Lidex?" kata Darking. "Kalau berbicara dengan Lidex, memang Zekkes yang paling cepat merespons…bagaimana menurutmu, Jerra?" kata suatu sosok yang lainnya. "Cukup sampai di situ saja, Joker! Dari dulu, kamu suka menjahili Zekkes….oh iya Zebul, bagaimana dengan kedua orang itu?" kata dari satu sosok lainnya lagi. "Tenang Noran, Walx dan Yuam sudah mengurusnya…tapi dua orang lainnya masih dikejar oleh Gradiora dan ada dua orang selain rombongan Lidex semakin mendekat dengan kita…" kata sosok yang bernama Zebul. "Perubahan rencana…kita hari ini akan sangat sibuk…" kata sosok yang bernama Darking. Mendengar itu, sosok-sosok lainnya seperti tertawa kecil. Di suatu tempat yang sangat gelap dan panas, ada dua sosok yang sedang dirantai dengan dua sosok lainnya di samping masing-masing sosok yang dirantai. Di tempat lain, ada dua sosok yang sedang bersembunyi dari kejaran Gradiora. Di tempat lainnya ada dua sosok yang sedang bergegas ke suatu tempat. Di samping itu, rombongan Lidex yang baru melewati Veroid sedang berada dalam satu bola sihir yang dibuat oleh Vermillione dan secara perlahan mengikuti jejak yang ditinggalkan oleh dua orang yang sudah terlebih dahulu masuk dalam Purgatory. "Kalian semua! Kita harus siap dengan semua yang akan terjadi di depan kita dan sudah tidak bisa kembali lagi…." kata Lidex. Suasana di sekitar kami semakin terasa berat dan kami semua seperti semakin banyak memiliki tekanan tersendiri. Masalahnya adalah sebagian besar dari kami tidak memiliki pengalaman di saat-saat yang sangat berat seperti ini. Hanya Lidex dan Vermillione yang mungkin dapat memberikan perlawanan, jika kami bertemu dengan lawan yang sangat berbahaya. Akan tetapi, keinginanku dan Enity tetap tidak berubah, yaitu ingin menyelamatkan ayah dan semua orang dari kerajaan Odiyn.