webnovel

Apakah ini adalah masalah? (Bagian 3)

Seluruh perwakilan kelompok itu pun keluar dari kelas.

Bu Sri kemudian berbicara kepada mereka.

"Baiklah bagi kalian yang ibu arahkan kesini, seperti yang ibu katakan sebelum nya bahwa kalian yang berkumpul ini adalah orang-orang yang jarang berbicara, bukankah begitu?"

Murid-murid yang berada di luar kelas menjawabnya dengan serentak.

"Iya bu."

"Baiklah, ibu ingin kalian nanti bercerita tentang masa lalu kalian kepada kelompok kalian masing-masing yang ada di dalam kelas, entah itu tentang prestasi kalian, pengalaman baik maupun buruk pada masa lalu kalian.

Sekarang kalian harus memikirkan apa yang ingin kalian ceritakan pada kelompok kalian masing-masing."

Murid-murid menjawabnya dengan serentak.

"Iya bu"

"Baiklah, kalian akan ibu beri waktu 15 menit untuk berpikir. Sembari kalian berpikir, ibu akan masuk ke dalam kelas dahulu lalu setelah 15 menit berlalu ibu akan kembali lagi kesini. Kalian semua Mengerti?

"Mengerti bu."

Semua murid yang ada di luar kelas mulai memikirkan apa yang ingin mereka ceritakan kepada anggota kelompok nya, begitu juga dengan Aira.

Disisi lain, Yulia, Dias, dan Adrian yang berada di dalam kelas saling mengobrol satu sama lain.

Dias menghadap ke arah Adrian dan mulai bertanya kepada nya.

"Adrian, menurutmu kenapa mereka disuruh keluar kelas?"

"Hmm, aku sendiri tidak tahu."

Mendengar jawaban tersebut dari Adrian, Dias kemudian melempar pertanyaan tersebut ke Yulia.

"Bagaimana denganmu Yuli?"

"Hmm, kalau aku sih.... sepertinya mereka akan masuk ke kelas lain dan mulai memperkenalkan diri mereka masing-masing ke kelas tersebut."

Adrian yang mendengar hal tersebut dari Yulia merasa jawaban itu tidak cocok dengan keadaan Aira saat ini.

"Kurasa kau salah Yulia."

Yulia spontan menghadap ke arah Adrian.

"Eh? Kenapa bisa begitu?"

"Coba pikirkan kenapa bu Sri menyuruh Aira untuk keluar kelas sedangkan kita harus berada di dalam kelas? Bu Sri menyuruh Aira dan murid-murid lainnya keluar kelas itu artinya Bu Sri kemungkinan ingin menguji keberanian mereka untuk berbicara dengan teman-teman yang lain di dalam kelas ini."

"Tunggu dulu! Bukannya tadi kamu bilang tidak tahu?"

"Iya, kau benar. Tapi coba pikirkan lagi.

Bu Sri awalnya mengatakan bahwa beliau ingin memberikan materi yang berhubungan dengan menghargai orang lain. Berarti secara garis besar yang dimaksud dengan menghargai itu adalah menghargai Aira yang saat ini masih berada di luar kelas."

Yulia dan Dias merasa bingung dengan pernyataan Adrian tersebut, dan Dias kemudian meminta bertanya kepada Adrian untuk menjelaskan maksud dari perkataan nya.

"Apa yang kau maksud Adrian? Aku tidak mengerti apa maksud dari penjelasan mu itu?"

Adrian menghadap ke arah Dias dan memberikan penjelasan yang lebih logis kepada Dias.

"Jadi begini, Aira saat ini masih berada di luar kelas, kemungkinan bu Sri menyuruhnya keluar untuk membuat cerita yang nantinya akan dia ceritakan kepada kita. Hal itu adalah sebuah solusi untuk Aira yang seorang pemalu untuk menghilangkan rasa malu nya untuk bercerita di depan kita."

"Jadi maksud mu, bu Sri ingin kita mendengarkan cerita Aira saat dia mulai bercerita di depan kita?"

"Iya. Menurutku itulah maksud dari menghargai orang lain yang bu Sri katakan sebelumnya."

Yulia melihat ke arah Adrian yang terlihat seperti orang yang kritis dalam menjawab pertanyaan.

Kemudian Yulia bertanya kepada Adrian.

"Jika kamu tahu dan bisa menyimpulkan semua ini, kenapa kamu tidak bilang dari tadi saja Adrian?"

"Tidak. Aku hanya sedikit memperbaiki kalimat mu saja."

Yulia berekspresi datar saat Adrian mengatakan hal itu kepada nya.

"Oh."

Tak lama kemudian bu Sri masuk ke dalam kelas dam mulai berbicara kepada semua murid yang berada di dalam kelas.

"Baiklah semuanya, ibu ingin kalian nanti untuk mendengarkan cerita yang akan dijelaskan oleh teman-teman kalian yang sekarang masih berada di luar kelas. Ibu memberikan mereka waktu 15 menit untuk berpikir cerita seperti apa yang akan mereka ceritakan kepada kalian. Jadi untuk kalian yang berada di dalam kelas, nanti usahakan kalian mendengarkan cerita nya dan berusahalah untuk berinteraksi dengan mereka. Kalian semua paham?"

"Paham bu."

15 menit telah berlalu.

Bu Sri keluar kelas untuk menyusul mereka yang masih berada di luar kelas.

Setelah sampai di luar, bu Sri berbicara kepada mereka.

"Baiklah, waktu telah habis. Bagaimana? Apakah kalian sudah menentukan cerita apa yang ingin kalian ceritakan sebentar lagi?"

"Iya bu."

"Kalau begitu sekarang kalian boleh masuk kedalam kelas dan ceritakan pengalaman kalian ke anggota kelompok kalian masing-masing."

Mereka semua berjalan ke dalam kelas.

Aira merasa sedikit gugup saat berjalan ke dalam kelas, dan tak lama mereka semua berada di dalam kelas termasuk bu Sri.

Aira berjalan mendekati anggota kelompok nya dan duduk di sebelah Yulia.

Yulia, Dias, dan Adrian mulai menatap Aira, hal itu membuat Aira malu untuk bercerita di depan mereka.

Namun Aira sudah sangat yakin dengan dirinya sendiri bahwa dia bisa mengalahkan rasa malunya tersebut.

Aira mulai bercerita didepan mereka bertiga.

"Suatu ketika, aku bertemu dengan seseorang. Dia adalah orang yang baik dan sangat perhatian kepadaku. Saat itu, usia ku masih 7 tahun dan aku sering sakit-sakitan. Pada saat aku sakit, dia selalu datang ke rumahku dan selalu menghiburku. Aku hanya bisa berbaring di tempat tidur sambil mengobrol dan bercanda dengan nya."

Dalam sela-sela cerita Aira, Adrian merasakan ada sebuah ingatan yang tiba-tiba terlintas di benaknya.

"(Entah kenapa, aku merasa seperti tidak asing dengan cerita ini. Tapi aku tidak ingat jelas seperti apa ingatanku dulu.)"

Dias dan Yulia menatap ke arah Aira seakan mereka ikut dalam alur cerita Aira.

"Setelah beberapa minggu, aku sudah sembuh dan bisa bangun dari tempat tidurku. Setelah itu, kami berdua bermain bersama dan menghabiskan waktu di sebuah taman bermain. Hal tersebut membuatku senang karena hanya dia yang mau bermain denganku saat itu. Namun, beberapa bulan kemudian penyakit ku menjadi parah dan aku tidak dapat menggerakkan tubuhku sama sekali. Saat dia melihatku dalam kondisi tersebut, dia langsung bergegas membawaku ke rumah sakit terdekat."

Karena penasaran,Yulia kemudian bertanya kepada Aira.

"Aira, memangnya penyakit seperti apa yang kamu derita saat itu?"

Aira terlihat sedih saat Yulia bertanya kepada nya.

"Aku sendiri juga tidak tahu detail penyakit seperti apa yang kuderita saat itu. Tapi yang jelas penyakit ku tersebut sama seperti orang yang sedang terkena demam tinggi."

Aira kemudian melanjutkan cerita nya lagi.

"Saat aku berada di rumah sakit, para dokter disana hanya dapat menolongku dalam skala kecil dan mereka menyarankan untuk membawa ku ke rumah sakit di pusat kota. Akhirnya, pihak keluarga ku bergegas membawaku kesana dan aku tidak sempat berbicara kepadanya. Pada akhirnya, aku tinggal disana bersama keluarga ku dan tidak bisa kembali lagi ke rumah kami yang sebelumnya. Dan sekarang aku..."

Aira tidak dapat melanjutkan kalimat nya lagi karena air mata sudah membasahi pipi nya.

Dias dan Yuli terlihat sangat panik karena Aira tiba-tiba mengeluarkan air matanya saat bercerita disamping mereka.

Adrian merasa terkejut bahkan hampir tidak dapat berkata apapun saat Aira bercerita tentang masa lalu nya.

Murid-murid yang lainnya beserta bu Sri melihat ke arah Aira.

Bu Sri yang berada di bangku nya seketika bertanya kepada kelompok Adrian.

"Kelompok Adrian, ada masalah apa kalian disana?"

Dias kemudian langsung berdiri dan menjelaskan masalahnya.

"Ini bu, Aira sedang bercerita tentang masa lalu nya, lalu tiba-tiba dia mengeluarkan air mata nya."

Adrian yang mendengar jawaban yang dikatakan Dias langsung berdiri dan menjelaskan pula maksud dari perkataan Dias.

"Maksud kami adalah Aira bercerita tentang cerita sedih di masa lalunya sehingga secara tidak sadar dia mengeluarkan air mata tanpa dia sadari bu."

Bu Sri yang mendengar jawaban mereka berdua akhirnya menyuruh mereka berdua untuk duduk kembali.

"Jadi begitu. Baiklah kalian berdua duduklah."

Adrian dan Dias kemudian duduk kembali.

Yulia mencoba menenangkan Aira dengan menepuk-nepuk bahunya.

Setelah beberapa saat, Aira kemudian kembali tenang.

Yulia,Dias, dan Adrian merasa lega melihat Aira kembali tenang.