Makhluk purba itu dikenal Ren sebagai pahlawan keempat, memandang Valdel dengan geli. Baginya, memandang Valdel seperti melihat dirinya sendiri di hari-hari saat dia dipuji sebagai pahlawan. Pahlawan keempat telah memperhatikan mata jujur yang hanya bisa melihat keadilan, mata yang sama yang dia miliki saat itu sekarang bisa dilihat di Valdel.
Dia kemudian melihat ke arah ksatria yang akan menyerang Valdel. Jelas bagi pahlawan keempat bahwa pahlawan di depannya sedang di permainkan oleh bangsawan. Ini adalah pola yang biasa, permainan yang dilalui semua pahlawan.
Bisa jadi karena pengkhianatan seorang teman. Bisa juga karena seorang bangsawan menyukai teman masa kecil sang pahlawan. Bisa juga karena seorang anggota kerajaan merasa terancam oleh kekuatan sang pahlawan. Masih banyak lagi alasan yang bisa dikatakan, tetap tidak peduli alasannya, ini adalah adegan yang tak terelakkan dalam naskah yang disebut kehidupan pahlawan.
Ini membuat pahlawan keempat terkekeh. Meskipun para pahlawan dibuat seperti harus melawan tindakan takdir yang kejam, tampaknya merekalah yang benar-benar terikat olehnya. Betapa ironis dan menyedihkan.
"Sepertinya, aku berperan menjadi orang tua bijak yang kuat dalam kisahmu, Pahlawan Muda." Valdel tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh pahlawan keempat saat dia terkekeh di depannya. Sementara Valdel memikirkan apa yang harus dilakukan selanjutnya, pahlawan keempat melangkah maju. Para ksatria entah bagaimana bisa mengetahui bahwa makhluk purba ini, tidak berada di pihak mereka, tetapi di pihak Valdel.
Mereka ingin menyerang tetapi tekanan yang tidak terlihat membuat mereka tidak bisa bergerak. Pahlawan keempat melingkari mereka dengan mana, dia kemudian mengangkat tangannya menyelimuti semua ksatria di sekitarnya dengan mana. Kemudian setelah selesai dia menjentikkan jarinya dan semuanya menghilang.
Valdel yang melihat seluruh adegan terjadi di depan matanya sangat terkejut. Bahkan dalam menghadapi kekuatan yang begitu besar, Valdel masih sempat berbicara tentang keadilan sebagai ungkapan pertama yang keluar dari mulutnya. Meskipun mereka adalah musuh, dan dia siap untuk mengalahkan sebanyak yang dia bisa. Kemunafikan Valdel muncul, dia tahu dia tidak punya pilihan, tapi dirinya bukanlah seseorang yang akan merasa keberatan untuk mengalahkan para ksatria itu tanpa membunuh mereka.
"Apa yang telah kamu lakukan dengan mereka!" Mendengar amarah dalam suara Valdel, karena musuhnya seakan – akan ia lenyapkan tanpa jejak membuat pahlawan keempat itu tertawa lagi.
'Keadilan yang begitu lemah ... apakah ini juniorku? Pahlawan baru? Keadilan tanpa kekuatan akan berubah menjadi kemunafikan, ternyata berarti perkataan raja iblis itu memang benar.' Pahlawan keempat kemudian teringat akan teman, saingan, dan musuh moralnya di masa lalu.
Melihat pahlawan keempat tersenyum dan terkekeh dengan riang, membuat Valdel semakin marah. Dia akan mengatakan sesuatu lagi, tapi pahlawan keempat berbicara lebih dulu.
"Jangan khawatir pahlawan kecil. Aku tidak akan membunuh mereka jika itu yang kamu khawatirkan. " Mendengar jawaban pahlawan empat itu, membuat Valdel berdiri di sana terkejut dengan jawabannya. Setelah mendapatkan kembali akalnya, dia dengan hati-hati bertanya.
"Lalu apa yang terjadi pada mereka?"
"Aku memindahkan mereka keluar gua dan menghapus ingatan mereka selama dua hari terakhir." Ketika Valdel mendengar apa yang dilakukan pahlawan keempat, dia kagum. Ia adalah orang pertama yang mengejutkanku dan memiliki kemampuan jauh melampaui Ren.
Pahlawan keempat berjalan melewati Valdel yang kagum dan membuka pintu yang tersembunyi di balik dinding.
"Pahlawan kecil ikutlah makan denganku."
...
Valdel mengikuti pahlawan keempat ke dalam ruangan. Ketika dia memasuki ruangan, dia kagum dengan apa yang dia lihat di dalam. Banyak harta karun yang ditumpuk di salah satu sisi ruangan. Artefak yang kuat menghiasi dinding, dan di tengah ruangan ada meja dengan tiga kursi, yang merupakan satu-satunya furnitur di ruangan itu.
Juga di atas meja itu ada makanan lengkap, itu seperti pahlawan keempat sudah menduga kedatangan Valdel, dan menyiapkan ini sebelumnya. Valdel dalam keadaan kebingungan hanya berdiri di pintu masuk ruangan. Pahlawan keempat yang sudah duduk memanggil Valdel.
"Pahlawan kecil masuk dan duduklah. Aku ingin mendengar beberapa cerita tentang petualangan mu. " Valdel terbangun oleh panggilan pahlawan keempat dan menuju ke meja.
"Maaf, dan terima kasih yang terhormat. Saya minta maaf untuk menanyakan hal ini selarut ini, tapi bagaimana saya bisa memanggil Anda? " Valdel mengatakan ini dengan hormat sebisanya.
"Namaku ... sudah lama sekali sejak ada orang yang memanggilku dengan nama asliku, bahkan aku sudah melupakannya. Tetap saja, ada julukan yang diberikan pria itu padaku, tapi itu bukanlah julukan yang bagus. Juga mengingat aku bukan lagi pahlawan jadi julukannya sudah tidak pantas, mari kita lihat nama ya ... "
Valdel hanya duduk di sana sambil melihat pahlawan keempat, yang tiba-tiba mulai bergumam pada dirinya sendiri. Valdel tidak dapat memahami sebagian dari apa yang dikatakan pahlawan keempat, tetapi dia mengerti bahwa orang di hadapannya dulunya adalah seorang pahlawan.
"Sepertinya aku tidak punya nama untuk diberikan padamu, tapi kamu bisa memanggilku Shin."
"Begitu ... Kalau begitu, Sir Shin, saya Valdel, dan keduanya adalah roh dari senjataku." Zwei dan Nika mengambil bentuk manusia mereka dan membungkuk di depan Shin. Melihat roh-roh yang membungkuk, Shin hanya mengangguk menanggapi Zwei yang membungkuk, tetapi ketika dia melihat Nika dia terkejut.
"Begitu, jadi kamu juga selamat dari berlalunya waktu." Mendengar apa yang Shin katakan padanya, Nika hanya memiringkan kepalanya dengan bingung. Melihat reaksinya membuat Shin menyadari sesuatu saat dia tersenyum lembut dan berbisik. "Jadi kamu tidak memiliki ingatan lengkap mu dan ingatan mu tentang masa lalu tidak ada lagi. aku rasa ini lebih baik dari pada mengingat masa lalu yang mengerikan itu. "
Shin kemudian terdiam karena dia sedang memikirkan sesuatu.
Valdel melihat bahwa Shin tidak akan melanjutkan percakapan mereka, sebagai gantinya memulai topik baru untuk percakapan.
"Sir Shin, saya tidak bisa tidak memperhatikan bahwa Anda terus mengatakan bahwa Anda adalah seorang pahlawan di masa lalu. Saya telah mendengar banyak pahlawan tapi sepertinya Saya tidak ingat pahlawan dengan sayap naga. "
Shin tersenyum lelah saat mendengar apa yang dikatakan Valdel.
"Pahlawan kecil, dulu aku tidak terlihat seperti ini. Dulu ketika aku menjadi pahlawan, aku adalah manusia baik dalam bentuk maupun roh. Pada saat itu ratusan pahlawan datang dan pergi. Ada banyak pahlawan di masa ku. Pahlawan yang dipilih, Pahlawan yang dipanggil, Pahlawan yang dinubuatkan, dan banyak lagi. Nah pada saat itu, umat manusia dengan keserakahan dan biasnya yang biasa membuat para pahlawan yang berhati murni menjadi makhluk yang menjadi ... tidak usah membahas lagi hari-hari yang sudah lama berlalu. Pahlawan kecil bagaimana kalau menceritakan kisahmu saja. "
Valdel yang sudah siap mendengarkan kisah epik pahlawan dari masa lalu yang sudah lama terlupakan malah kaget mendengar bahwa Shin justru ingin mendengar ceritanya.
"Saya tidak punya banyak cerita untuk diceritakan." Valdel tampak agak malu menceritakan kisahnya, dari pahlawan yang begitu tua dan kuat.
"Pahlawan kecil, fakta bahwa kamu dikejar-kejar oleh para ksatria sudah menjadi cerita yang menarik. Jadi jangan malu, pahlawan kecil, ceritakan saja kisah mu, dan mulailah dari awal. Mulailah saat kamu meninggalkan rumah untuk memulai petualangan mu sendiri. "
Melihat bahwa Shin sedang ingin mendengarkan kisahnya, Valdel hanya bisa menghela nafas saat dia mulai menceritakan kisahnya.