Ren bersama Lara, Hilda, dan lima rekan baru pergi ke luar kota, mereka tidak mengambil misi apa pun dan hanya menuju ke suatu tempat. Saat mereka berjalan Iselv dan Kithra saling mengobrol satu sama lain.
"Hei, menurutmu pelatihan macam apa yang akan dia berikan untuk kita?" Iselv bertanya pada Kithra yang berada di dekatnya.
"Apakah benar-benar penting jenis pelatihannya? Selama itu akan membuat kita lebih kuat, siapa yang peduli. "
"Tapi berpikir seberapa anonimnya dia, membayang dia akan melatih kita secara pribadi memberikan pirasat buruk padaku. Aku tidak yakin apa itu, tapi cara dia mengatakannya, entah bagaimana tidak menyenangkan. " Iselv kemudian teringat wajah Ren yang menyeringai yang membuatnya merasa tidak nyaman.
"Heh, jadi Raja Bandit yang ditakuti sebenarnya takut dengan beberapa latihan." Kithra terkikik saat mengatakan ini, yang membuat Iselv mengerutkan kening.
"Apakah kamu benar-benar yakin ingin berbicara denganku seperti itu? kamu tahu bahwa aku berhubungan dengan keluarga kerajaan. "
"Kamu mungkin berhubungan. Tetapi bahkan jika itu benar – benar nyata pada akhirnya kamu masih menjadi bawahan Ren. " Kithra mengangkat bahunya saat dia menjawab.
Dua mantan bos dunia bawah Grenton mulai bertengkar setelah itu. Saat mereka berbicara, pemuda yang tampaknya menyukai Kithra sedang melihat ke arah Ren. Dia sangat marah dengan kenyataan bahwa dia di jatuhkan di tempatnya di depan wanita yang disukainya. Tidak hanya itu tetapi dia juga disadarkan akan perbedaan kekuatan yang luar biasa antara dia dan Ren.
Dia bahkan tidak bisa melawan pria itu. Ren bahkan tidak menyerang, yang dia lakukan hanyalah membanjiri dirinya dengan kehadirannya. Dia menatap Ren dan meskipun dia ingin dia tidak bisa lagi memancarkan niat membunuh padanya. Sepertinya pikirannya menolak ide untuk menentang Ren.
Namun itulah yang paling membuatnya kesal, ternyata ia adalah saingannya dalam cinta, walaupun sebenarnya bukanlah saingan. Ren membuatnya sangat jelas bahwa dia sama sekali tidak tertarik pada Kithra.
'Sial! Baiklah, aku tidak peduli jika aku lemah sekarang. Aku hanya akan menjadi lebih kuat, dan aku akan menggunakannya untuk membuat diriku lebih kuat. Apapun pelatihannya, aku akan melakukannya! "
...
Dengan pemikiran yang berbeda, kelompok itu menuju ke lapangan kosong. Ini adalah tempat biasa di mana Valdel melatih ilmu pedangnya. Kelompok itu melihat sekeliling dan menjadi bingung. Tidak ada apa-apa di sini, kecuali ruang terbuka yang luas.
"Apa yang harus kita lakukan di sini?" Iselv bertanya pada Ren saat dia melihat sekeliling, dan menyadari bahwa tidak ada satupun mosnter di dekatnya.
"Pertama-tama, aku ingin melihat kemampuan orang-orang mu. Hilda dan Lara akan bersiaga. Yang aku ingin kalian lakukan, untuk saat ini, adalah menyerang ku. "
"Jadi, kamu ingin menguji kami satu lawan satu?"
"Satu lawan satu? Tidak, aku tidak akan menguji kalian seperti itu karena kalian semua sangat lemah. Jika kita melakukan satu lawan satu, itu bukan lagi ujian, dan aku tidak akan bisa mengukur kemampuan kalian. Dan bukan itu yang aku inginkan, jadi aku ingin menuji kalian semua bersamaan. Jangan khawatir aku akan menahan diri. aku tidak akan menggunakan senjata apa pun selain tinju ku, dan aku hanya akan menggunakan sihir peningkatan tubuh. Jadi ayo, serang aku! "
Iselv dan Kithra yang melihat sekilas kekuatan Ren beralih ke posisi bertarung mereka. Pemuda dan kedua gadis itu hanya berdiri di sana tercengang karena kejadian itu yang tiba-tiba.
"Sarah, Nina, Hanz! Serang Ren dari jarak jauh menggunakan sihir, dukung Iselv! " Mendengar teriakan Kithra yang tiba-tiba, ketiganya akhirnya menempatkan posisi. Iselv dengan kapak di tangan menyerang ke arah Ren, yang hanya berdiri di posisinya.
Saat Iselv berlari, Kithra dan tiga lainnya mulai menembakkan mantra serangan dasar. Bola Api, Tombak Es, dan Tombak Tanah. Kecepatan casting mereka berbeda, begitu pula kecepatan mantra yang bergerak menuju Ren, terbilang cukup cepat.
Melihat Kithra yang paling cepat mengucapkan mantranya, itu juga mantera yang pertama kali tiba. Dia adalah orang yang membuat bola api. Ren melihat serangan yang datang mulai melapisi tangan dan kakinya dengan mana. Dia kemudian meninju bola api yang mendatanginya. Setelah bersentuhan dengan mana yang lebih kuat, mana yang membentuk bola api tersebar.
Tiga serangan lainnya datang hampir bersamaan. Ren menangkap dua tombak es dan menendang sisa tombak Tanah. Sementara dia fokus pada hal itu, Iselv sudah berada tepat di depannya.
Iselv menggunakan kapaknya untuk memotong Ren, dan Ren hanya menghindar dengan mengayunkan tubuhnya ke kanan. Ren kemudian menangkap tangan kanan Iselv, menendang kaki kanannya, dan menarik tangan kanan yang dipegangnya. Ini membuat pria raksasa Iselv jatuh tertelungkup.
Ren kemudian melihat bahwa pemuda itu telah selesai malafalkan mantra juga, dan siap menggunakan mantra besar. "Burst Flame!"
Ren memindahkan tubuh Iselv ke belakangnya dan menginjak tanah dengan sedikit tekanan mana. Tanah yang diinjak Ren, terdorong ke atas sehingga menjadi dinding. Tembok tanah ini mampu menerima mantra Burst Falem dari pemuda itu.
Melihat mantranya gagal, pemuda itu hendak merapal mantra lain. Ren kemudian menendang tembok tanah nya dan mengirimnya terbang ke arah pemuda itu, yang tidak dapat mengelak tepat waktu.
"Petir!" sambaran petir turun dari langit. Ini adalah mantra tingkat lanjut dan orang yang merafalnya tidak lain adalah Kithra. Namun bahkan dengan kecepatan kilat dari petir, refleks Ren terbukti lebih unggul. Saat dia merasakan mana yang berkumpul di awan, Ren sudah bisa menebak apa yang akan datang.
Mengantisipasi petir itu akan menyambar di tempatnya, Ren mampu menghindar terlebih dahulu. Setelah mengelak, dia berlari menuju Kithra. Kedua penyihir pemula, melihat Ren yang sedang bersiap meluncur tidak bisa melafalkan mantra apa pun, jadi mereka menggunakan tubuh mereka untuk memblokir Ren mencapai Kithra.
Ren mampu melewati keduanya dan memukul mereka di belakang leher nya. Mereka bahkan tidak bisa menunda Ren lebih dari satu detik. Namun bagi seseorang seperti Kithra, penundaan saat itu sudah cukup baginya untuk menggunakan mantra lain.
Tembok Tanah. Sesuai dengan namanya, mantra yang membuat dinding dari tanah mengelilingi Kithra, dia ingin menunda Ren selama beberapa detik agar dia bisa merapal mantra yang lebih kuat. Namun sebelum dia bahkan bisa mengumpulkan mana yang dibutuhkan, Ren meninju dinding tanah itu.
"Aku menyerah!" mengingat tidak ada gunanya bertempur lagi. Kithra menyerah.
....
Setelah tiga orang yang pingsan bangun, Ren melihat ke arah kelompok yang menghadapnya dan menghela nafas.
"Aku tidak berharap banyak, tapi itu jauh lebih buruk dari yang aku perkirakan. Hanya dua penyihir pemula yang melampaui apa yang aku harapkan. Meskipun mereka lebih lemah dari kalian semua, mereka berdua sebenarnya menggunakan tubuh mereka untuk memberi Kithra lebih banyak waktu untuk mengucapkan mantranya. Selain mereka berdua, kalian bertiga mengecewakan. "
Ren memandang Iselv, Kithra, dan pemuda itu dan menghela nafas.
"Aku mengharapkanmu Iselv dan Kithra memiliki kemampuan yang lebih hebat dari ini, mengingat kalian berdua dulunya adalah bos yang ditakuti di distrik Utara dan Selatan Grenton. Namun kalian tidak bisa berjuang sepenuhnya, terutama kamu sendiri yang menahan diri! Betapa mengecewakan dan juga menggelikan, orang lemah seperti dirimu seharusnya tidak menahan diri. "
Mendengar perkataan Ren, Iselv mengertakkan gigi, sementara Kithra mulai memikirkan apa yang Ren katakan. Dia tidak kecewa karena dia lemah, karena jelas di mata Ren kebanyakan orang lemah, tapi yang membuatnya kecewa adalah ternyata dia tidak menggunakan potensi penuhnya. Itu berarti jika dia bertarung dan dia lemah ternyata itu semua adalah kesalahan dirinya
Saat kedua bos mulai merenungkan kata-kata Ren, Ren sekarang menatap pemuda yang dibawa Kithra.
"Aku lupa aku tidak pernah menanyakan namamu, siapa namamu?"
" Hanz."
"Hanz ya ... berdasarkan bagaimana kamu bergerak di dekatku untuk merapalkan mantramu, memberitahuku bahwa kamu tidak tahu cara bertarung. Aku tidak berharap banyak, tapi setidaknya aku berharap kamu tahu dasar-dasar bertarung sebagai penyihir .. kalau begitu, sekarang setelah merasakan betapa lemahnya kalian, kita bisa mulai berlatih. "