webnovel

SAYANG TAPI MENYEBALKAN

Selesai sarapan wajah Mbak Syakila masih terlihat cemberut. Aku lebih baik mengalah dan tidak banyak bicara agar dia lebih tenang.

"Mbak Syakila, aku berangkat kerja duluan ya," ujarku pamit.

"Iya, hati-hati di jalan. Bilang ke Abi, aku masih marah dia menyebalkan!" tukas Mbak Syakila membuat aku hanya bisa senyum getir.

"Iya, Mbak." Ternyata pacarku sudah menunggu dia duduk di depan kontrakan tapi tidak mau memanggil sebab tahu jika Mbak Syakila masih marah padanya.

"Mau jalan atau naik motor?" tanya Mas Hari Abimanyu.

"Jalan saja seperti biasanya, aku tidak suka naik motor. Jika Mas Hari Abimanyu mau bawa motor silakan!" ujarku berjalan mendahului dia.

"Tunggu! Aku maunya bareng sama kekasih hatiku, masa naik motor sendirian lebih baik jalan kaki lebih sehat," jelasnya sambil senyum-senyum tidak jelas.

"Itu tahu jalan kaki sehat, makanya jangan ngajak naik motor," ujarku.

Angin terasa menyentuh di kulit pipiku, begitu nikmat berjalan kaki di pagi hari masih bisa menghirup udara segar sebab motor para pekerja belum banyak jika masih terlalu pagi.

"Chagiya kamu kelihatannya senang jalan kaki padahal capek, loh." Mas Hari Abimanyu berjalan di sampingku tanyanya menggandengku dengan lembut. Rasanya hangat dan nyaman seolah-olah dia bukan hanya sebagai pacar tapi seperti pelindung juga buatku. Tidak selamanya pacaran itu negatif kan? Tapi tetap saja ayahku akan marah jika tahu aku pacaran diusia muda.

"Ditanya kok bengong, jawab Chagiya!" Mas Hari Abimanyu membuatku tersenyum terus.

"Aku bahagia dong, bisa jalan kaki berdua dengan pacar menikmati udara segar," sahutku.

"Benarkah?" tanya dia lagi membuatku gemas tapi tetap aku jawab.

"Iya, benar. Menurut aku nih, jalan kaki sehat dan kita bisa merasakan kesejukan alam soalnya belum banyak kendaraan lalu-lalang," jelasku.

Aku rasa yang saya katakan benar jika salah tidak masalah sebab ini hanyalah sebuah pendapat, setiap orang akan mempunyai pendapat masing-masing?

Tidak lama terlihat kan ojek lewat dia membonceng Mbak Syakila, ternyata dia betul naik ojek untuk menghindari Mas Hari Abimanyu.

"Kakak kamu kenapa marah sih? Seperti anak kecil aja," gerutu Mas Hari Abimanyu.

"Biarkan saja nanti juga baik lagi kok, sepertinya dia lagi ada tamu," kataku.

"Siapa tamunya?" tanya Mas Hari Abimanyu kepadaku dia tidak paham dengan apa yang aku maksud.

"Itu si merah," jawabku.

"Siapa si merah apa aku kenal? Atau Azkaya main ke kontrakan kamukah? Kok aku tidak tahu," gumam Mas Hari Abimanyu membuatku tertawa kecil.

"Ih, bukan tapi kemungkinan Mbak Syakila itu sedang haid," sahutku.

"Oh, susah banget mau ngomong sedang haid saja berbelit," timpal pacarku yang menyebalkan tapi bikin rindu.

"Iya, aku malu," jawabku.

"Sama pacar sendiri jangan malu dong, memang kamu telanjang malu," ledeknya.

"Ya bukan begitu juga konsepnya Bambang, malu kan sebagian dari iman jadi lebih baik perempuan harus banyak malunya kepada lawan jenis," jelasku.

Udah mirip ustadzah belum ceramah pagi-pagi hehe ….

Aku bukan wanita yang pandai agama, masih banyak sekali kekurangannya dan dosa pun juga bagai debu yang tak bisa dihitung.

Dari kontrakan ke tempat kerja tidak jauh tapi aku dan Mas Hari Abimanyu sengaja jalan santai menikmati kebersamaan jika sudah di pabrik maka berpisah untuk sementara.

Di tengah jalan ada motor berhenti dan sepertinya aku mengenali motor tersebut, itu milik Mas Azkaya. Ada apa gerangan dia datang kemari? Beliau mendekat kamu berdua.

"Assalamualaikum," ujarnya setelah turun dari motor.

"Waalaikumsalam, kamu mau ngapain?" tanya Mas Hari Abimanyu tanpa basa-basi.

"Aku mau kerja di pabrik bareng sama kalian," ujarnya.

Apa kerja? Apa mungkin dia ingin mengejar cinta Mbak Syakila? Bisa jadi. Wah keren Mas Azkaya baru kenal langsung jatuh cinta pada pandangan pertama seperti aku.

"Serius Mas Azka mau kerja bareng kita? Wah, aku senang sekali mendengar kabar baik ini," ungkapku.

"Iya serius, doain ya semoga hari Syakila luluh dan bisa menerima cinta suciku," tuturnya.

"Mbak Syakila sedikit tomboy dan kasar tapi hatinya baik kok. Insya Allah dengan keseriusan karena Allah dimudahkan jalannya, semangat Mas Azka!" Aku memberikan dukungan penuh untuk Mas Azka dia laki-laki yang baik dan layak untuk jadi suami Mbak Syakila.

"Terima kasih Aryna sudah memberikan dukungannya, kamu juga semoga cepat ke pelaminan ya?" ucap Mas Azka membuatku gugup.

Mana mungkin di usia 18 tahun aku akan menikah, kedua orang tuaku masih ingin aku kerja untuk mereka. Lagi pula menikah bukan tujuan utama dalam hidupku, meskipun diriku mewajibkan menikah untuk menyempurnakan agama.

"Doain Azka, mungkin kita akan menikah tiga atau empat tahun lagi," timpal Mas Hari Abimanyu.

"Jika tiga atau empat tahun lagi berarti umurku baru 21 tahun dan 22 tahun dong, masih terlalu muda," timpalku lagi.

"Tidak masalah asal kita sama-sama siap untuk membina rumah tangga dan juga mendapat restu dari kedua orang tua," jawab Mas Hari Abimanyu dewasa. Dia benar juga sih, tapi jodoh hanya rahasia Tuhan walaupun manusia tetap harus berdoa dan berusaha.

"Aku duluan naik motor ya," ucapas Azka.

"Iya, sampai bertemu di sana," jawab Mas Hari Abimanyu.

Sejak Nirwana pacaran dengan Kak Afkar dia jarang berbuat jahat kepadaku, itu bagus tapi aneh. Apa mungkin Kak Afkar menjadi pengaruh positif bagi Nirwana?

Tiba-tiba aku teringat Kak Afkar sebab melihat dia naik motor berdua dengan Nirwana. Laki-laki paling ajaib baru menyatakan perasaannya pada satu wanita belum ditolak atau diterima sudah resmi pacaran dengan perempuan lain di hari yang sama ketika dia menyatakan cinta kepadaku.

"Kenapa kamu lihat Afkar sampai bengong? Kamu tidak naksir kan sama dia?" tanya Mas Hari Abimanyu

Dia melirik tajam seperti sedang cemburu saja padahal aku punya mata wajar melihat kedepan dong.

"Mereka baru jadian dan terlihat romantis banget, tapi jika aku diposisi Nirwana malu." Wajahku memerah seperti apa ini? Jika sedang malu.

"Sudah biasa kok pacaran naik motor terus sama pacarnya dipeluk dari belakang, itu hanya pegangan biar tidak jatuh," tukas Mas Hari Abimanyu.

"Pegangan apa pelukan? Aku bisa tidak peluk," sahutku meringi.

"Soalnya boncengin kamu sama persis seperti bawa pelepah pisang," ejek Mas Hari Abimanyu. Mungkin dia merasa kesal ketika kemarin naik motor aku tidak mau peluk dia, malu.

Sampai gerbang ….

"Akhirnya sampai juga kita Mas setelah mendaki gunung, menyebrangi lautan," ujarku bercanda.

"Itu jadi kayak lagu film kartun, Alhamdulillah kita sudah sampai tujuan dengan selamat. Selamat kerja Chagiya, jangan lupa Bismillahirrahmanirrahim," ungkapnya seraya mengusap kepalaku

"Siap! Selamat bekerja juga, Chagiya." Aku masuk ruangan dengan bahagia, tapi sialnya bertemu dengan Pak Cakra duda genit yang sangat menyebalkan.