webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · ファンタジー
レビュー数が足りません
377 Chs

CH.96 Menghiraukan

Dengan perasaan yang sedikit kesal karena orang itu, aku melanjutkan pekerjaanku yaitu memasak. Sekarang aku menjadi memasak 6 porsi karena orang yang menjengkelkan itu. Lagi tambahannya, dia terlihat tersenyum menunggu di pinggir luar dari dapur ini.

"Bagaimana, sudah selesai?" dan juga dia menyebalkan.

"Kalau kau bertanya terus-menerus aku tidak jadi membuatkan porsi untukmu."

Akhirnya dalam waktu 15 menit masakan yang kubuat sudah jadi. Selama itu dia tenang tak bersuara mengikuti kemauanku. Untung saja begitu, kalau tidak sudah aku menyuruh orang mengusirnya agar tidak menggangguku.

"Bawa satu porsi ini dan pergilah, aku tidak ingin melihat mukamu."

Namun setelah mengambil semangkuk porsi makanan buatanku, dia malah duduk membelakangi diriku. Memang sih aku tidak bisa melihat mukanya kalau dia membelakangi diriku, tetapi kenapa dia duduk dekatku?

"Apa yang kau lakukan? Makanlah di meja lain, jangan dekat-dekat diriku."

"Tidak mau, kau pertamanya hanya mengatakan pergi, tetapi tidak mengatakan bahwa aku harus pergi jauh darimu. Dan juga kau tak akan bisa melihat mukaku dengan cara seperti ini."

Kenapa dia harus begitu teliti akan hal ini? Cih, harusnya aku lebih teliti daripadanya agar tidak terganggu olehnya. Kalau saja bukan rencana mama untuk membuat diriku dan dirinya menjadi dekat selama di akademi ini.

"Ahh tidak tahu lah."

Kalau aku terus mengurusi dirinya aku akan merasa terganggu sendiri. Daripada kutanggapi, mending aku diamkan saja apa pun yang dia lakukan. Dengan mendiamkannya dia pasti akan berhenti suatu waktu nanti.

"Jadi inikah makanan buatanmu Kiraibu-san?"

"Benar, kalian makanlah, ini dulunya adalah makanan yang biasa dimasak oleh mama. Aku mencoba menyusun ulang resep walau aku tidak tahu apa enak rasanya."

"Jadi ini resep buatan ratu Ekiresia!? Tentu saja masakan buatanmu akan rasanya enak seperti masakan buatanmu yang lainnya nona Kioku."

Ucapan mereka menyentuh hatiku, akhirnya aku benar-benar memahami arti memiliki seorang teman dalam hidup ini. Kalau aku tidak ke akademi ini mungkin aku akan tetap hidup dalam kesendirianku entah akan terjadi apa padaku.

"Kalian terlalu melebihkanku. Mari kita makan."

Akhirnya semua orang dengan lahap memakan makanan buatanku. Bahkan orang-orang yang ada di sekitar tertarik untuk melihat apa yang sedang terjadi. Mungkin mereka juga menunggu reaksi orang yang memakan makananku.

"Enak! Benar-benar enak! Apa bahan dan nama makanan ini nona Kioku!?"

"Bahannya sih simpel, hanyalah menggunakan potongan daging dari beberapa hewan yang berbeda, beberapa daun herbal dan daun rempah. Nama makanannya adalah Exoisatie, sebuah makanan yang mengundang selera walau kau sedang tidak punya semangat untuk melakukan apa pun."

"Ahh jadi ini alasan Kiraibu-san memanggilku keluar dan menyuruhku untuk makan di kantin. Aku berterima kasih kepadamu Kiraibu-san."

Seperti dugaanku, aku berhasil mengembalikan semangat yang hilang dari Hojou-senpai. Untung saja aku sering melihat mama masak makanan ini sering-sering, jadi aku bisa menyusun ulang masakan buatan mama.

"Kau mengejutkanku tuan putri Kioku. Tidak kusangka tunanganku bisa memasak makanan seenak ini."

Walau dia memujiku, aku tetap mendiamkannya. Aku tidak akan memberikan balasan apa pun untuk ucapannya. Biarkan aku dibilang sombong atau apa, justru itu malah bagus karena niatku adalah membuatnya putus asa menikahi diriku.

"Hoo, mendiamkanku? Baiklah." justru ketika aku mendiamkan dirinya, dia malah terkikik seolah ada tontonan menarik.

Aku tidak paham pikiran seorang laki-laki, untung saja Senshi mudah dibaca pikirannya karena dia adalah orang yang terbuka kepadaku. Sekarang ketika aku memikirkannya aku jadi ingin dalam pelukan mama dan Senshi. Sampai saat ini pun ketika aku sudah memiliki teman aku tetap merasa dalam pelukan keluarga lah aku bisa merasa tenang dan aman.

"Hojou-senpai, apakah senpai mengikuti pelajaran atau apa pun itu di sekolah? Kelihatannya senpai ada di dalam perpustakaan terus setiap waktu."

"Kurasa kasusku pun sama seperti kasusmu Kiraibu-san. Aku mendapat izin khusus dari kepala sekolah sendiri untuk bisa belajar di perpustakaan. Di dalam kelas aku tidak mendapat apa pun selain cemoohan."

Walau sedikit aku bisa merasakan apa yang dialaminya. Bukan masalah diriku menghadapi masalah yang sama, tetapi perasaan disakiti orang lain itu membekas dalamku. Tidak secara langsung, tetapi dari memori tiga orang itu.

"Begitu ya… bagaimana kalau kita minta izin ke kepala sekolah dan aku akan membawamu pergi ke suatu tempat?"

"Eh bolehkah?"

"Kurasa boleh, tidak ada salahnya kan mencari udara segar sekali-sekali?"

Niatku adalah membawa Hojou-senpai menuju Heiyu untuk sementara. Itu adalah tempat terbaik yang pernah aku tempati. Simpel memang, tetapi dari kesimpelan itulah kau bisa mempelajari bagaimana membuat hidup yang begitu kompleks menjadi simpel. Kalau jadi simpel kan semuanya jadi mudah menyelesaikannya.

"Ehhh kalian berdua saja, kita bertiga?"

"Kalian nanti kuajaki sendiri. Berjuanglah untuk menjadi lebih pintar dan sekali-sekali kuajak pergi."

"Tapi kami maunya sekarang."

Fuukou, Midori, dan Eriana, orang yang barusan kutemui, tetapi kelihatan seperti teman dekat. Mereka bahkan memandangku seperti teman biasa bukan tuan putri. Namun itulah yang kusukai, kalau sudah begini bagaimana bisa menolak?

"Baiklah, baiklah, nanti kucarikan izin untuk kalian juga."

"Yeaaay, terima kasih tuan putri nona Kioku."

Perasaan niatnya ingin menenangkan Hojou-senpai, malah jadi pergi bersama. Adududuh, lain kali aku harus berhati-hati dalam mengajak seseorang pergi denganku. Kalau saja teledor sedikit, mungkin yang lain akan protes.

"Bagaimana denganku? Apakah aku boleh ikut?"

Tentu saja, 'tunangan'ku itu mencoba mengikutiku. Tentu saja tidak boleh dan tidak bisa. Satu, tidak boleh karena aku memang ingin menjauhi dirinya. Dua, tidak bisa karena aku akan menggunakan sihirku dan menghilang dengan cepat.

"Hmp, coba saja kalau bisa."

Setelah selesai makan, aku meminum teh herbal yang sudah kubuat untuk diriku. Ah aku lupa menawari mereka berempat apakah mau teh herbal juga.

"Ahh maaf lupa menawari kalian. Apakah mau teh herbal? Ini daun dari hutan tempat aku tinggal dulu, bertahan 1 tahun tanpa layu asalkan dekat dengan kekuatan sihir yang pekat saja."

"Ohh! Apakah ini jadi kebiasaan nona Kioku?"

"Tentu saja, aku dulu sering meminumnya di sore hari di pinggir danau."

Danau Zuunsui, tempat di mana aku bisa melihat matahari mulai tenggelam. Dari atas pohon Kinsei juga terlihat indah melihat pemandangan pagi dari sore hari. Benar-benar tempat aku tinggal selama 10 tahun itu membuat memori yang tak terlupakan. Anehnya walau aku melakukan hal yang sama setiap hari, tetapi aku tidak pernah merasa bosan.

"Danau? Memang di dekat sini ada danau ya?"

"Ah bukan di sini, tempatnya dekat dengan tempat aku mau membawa kalian. Nanti kutunjukkan sekalian."

Akhirnya aku membuatkan masing-masing orang secangkir teh herbal. Rasanya membuat seluruh beban hidup menjadi begitu ringan dan hilang dalam sekejap. Kalau kau meminumnya tiap hari, tindakanmu akan semakin hati-hati.

Setelah semuanya selesai makan dan minum, kami pergi ke ruang kepala sekolah. Tentu saja, orang itu masih mengikutiku dari belakang. Sudahlah, mau kuhentikan juga percuma, aku tak punya hak untuk menghentikannya juga. Pula dia adalah seorang pangeran dari kerajaan lain, aku tak mau cari masalah yang menyebabkan mama terkena dampaknya juga.

"Permisi kepala sekolah."

"Ahh tuan putri kah? Oho, sudah bersama teman-temannya dan kau… ah aku ingat Hojou Nanami bukan?"

"Suatu kebanggaan kepala sekolah bisa mengingat namaku."

"Masuk-masuk, pasti ada sesuatu yang kalian ingin bicarakan."

Kami semua masuk dan berdiri di hadapan kepala sekolah. Dengan menjelaskan semua alasan dan maksud kepergian kami, akhirnya kepala sekolah menyetujuinya. Namun dengan tambahan bahwa kepala sekolah sendiri ingin ikut melihat aku memakai sihirku.

"Hanya itu saja syarat kami boleh pergi?"

"Tidak ada yang akan berkurang dan tidak ada yang akan bertambah, perkataanku tetap."

Saat kami mendapat izin dari kepala sekolah, kami langsung menjadi senang dan ceria. Tidak kusangka proses minta izin kepada kepala sekolah berjalan lebih lancar dari yang aku duga. Kalau begini ke depannya minta izin lagi lebih gampang nih.

"Jadi kapan kalian akan berangkat?"

"Sekarang kalau bisa. Apa kepala sekolah keberatan?"

"Hmm, jam sekolah ya? Aku kabari wakil kepala sekolah dulu untuk menjaga sekolah selama aku tidak ada."

Kepala sekolah membuat panggilan suara untuk jangka waktu pendek sampai akhirnya semua hal yang membuat kami menunggu selesai. Karena tidak memperlukan apa pun, maka kami langsung saja ke halaman depan atau bisa kukatakan lapangan.

"Sudah siap? LeFiera. Guast."

Dua mantra sihir singkat yaitu sihir terbang dan sihir pemercepat aku gunakan di saat yang bersamaan. Setelah sihir teraplikasi untuk semua orang, kami langsung saja melesat ke udara dengan cepat. Aku pastikan, banyak orang yang melihat karena ini masih jam istirahat.

"Tuan putri, sihir anda luar biasa! Bahkan ini sihir yang tidak pernah aku lihat sebelumnya, yang mirip saja tidak ada!"

Tentu saja, ini sihir buatanku sendiri, dengan bantuan tiga kepribadianku tentunya. Tidak mengherankan kalau banyak atau bahkan semua orang terkejut akan sihir ini.

"Terima kasih pujiannya kepala sekolah. Kalian semua ikuti aku dari belakang. Erie, arahkan mereka jika ada yang tersesat."

Sebelum aku pergi, aku juga memastikan empat monster penjagaku ikut pergi. Hutan Heiyu adalah tempat asal mereka tumbuh. Tanpa bantuan mereka hidupku akan sulit, walau aku masih bisa bertahan hidup.

"Gawk!"

Kami langsung terbang menuju ke hutan Heiyu tanpa berbelok ke mana pun. Sepanjang perjalanan entah teman-temanku atau bahkan kepala sekolah merasa terkagum akan pemandangan dari langit ini. Memang awalnya akan mengerikan karena belum terbiasa, tetapi lama-lama setelah menjadi terbiasa akan membuat hari senang.

"Nue, Erie, Kumaro, Kongo, jaga empat penjuru hutan seperti biasanya. Kalau ada orang yang mencurigakan masuk langsung berlari kepadaku dan memberi tahuku secepatnya."

Sesampainya kami di pinggir hutan masih mengudara, aku membuat empat penjagaku memisahkan diri dariku dan teman-teman serta kepala sekolah. Hutan Heiyu, walau beberapa bulan saja kutinggalkan aku sudah merasa kangen lagi. Bersyukur aku masih punya tempat indah seperti ini.