webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · ファンタジー
レビュー数が足りません
377 Chs

CH.58 Kebenaran Kejahatan

Mama membuatku begitu terkejut karena teriakannya tidak percaya. Aku juga tidak percaya bahwa bola itu akan pecah dan tetap menunjukkan hasil warnanya. Bahkan warnanya kali ini bukan hanya samar-samar seperti kejadian Senshi. Warna yang ditunjukkan ini benar-benar memenuhi pecahan bola masing-masing.

Entah aku harus bereaksi apa, tetapi ini membuatku sedikit merinding. Akan kah mama marah karena kejadian ini? Apakah justru mama senang karena hal ini? Walau kemampuan berpikirku begitu cepat dan luar biasa seperti yang mama katakan, tapi yang kali ini ada di luar kemampuanku.

"Bola sihir yang satu menunjukkan warna putih kekuningan, sihir Kebenaran cabang jiwa! Sedangkan yang satunya warna merah gelap, ini…." mama berhenti berbicara saat melihat pecahan bola yang lain.

Kurasa yang membuatku sedikit merinding adalah bukan karena mama tapi karena pecahan bola yang dengan diselimuti aura gelap. Apakah ini sebuah ketidakberuntungan buatku?

"Apa yang terjadi ma? Apakah ada yang salah denganku?" aku menggerak-gerakkan tangan mama untuk mendapat jawaban secepatnya.

"Nak, jangan pedulikan pecahan bola yang satunya. Mama sudah senang kau bisa mendapatkan sihir Kebenaran cabang jiwa. Soal bola ini lupakan saja ya? Mama juga tidak jadi bicara dengan Kioku, kalian tidur saja."

Dengan rasa penasaran yang masih memuncak aku tidak bisa berkata-kata apa pun selain menuruti ucapan mama. Kurasa ada yang salah dengan pecahan bola yang satunya. Kalau tidak mama tidak akan menyembunyikannya. Walau mama berkata mama senang, tetapi raut muka mama menunjukkan adanya keraguan.

"Mama akan pergi sejenak malam ini. Kalian jangan tidak tidur, awas lho ya."

"Baik ma…." aku berbalik arah menuju kamar bersama dengan Senshi.

Sebelum aku menutup pintu, aku melihat ke arah mama yang sedang memegang kedua pecahan bola itu. Bahkan ketika dipegang oleh mama, warna yang kutinggalkan tidak hilang. Takut kalau mama nanti menyadari bahwa aku masih mengamatinya, aku langsung saja menutup pintu itu.

Aku sedikit takut akan hasil yang ditunjukkan oleh bola itu. Bolanya pecah, warnanya tidak hilang. Untuk bola yang pertama tadi hasilnya sudah sangat bagus, tapi untuk bola yang kedua hasilnya membuatku sedikit gusar. Rasanya ada yang salah dan jantungku ini juga mengatakan hal yang sama karena jantung ini berdetak sangat kencang.

"Nee-san jangan dipikirkan lagi. Istirahatlah terlebih dahulu. Aku akan tidur lebih dulu." tanpa menungguku Senshi langsung tergeletak di atas kasur dan langsung otomatis tertidur.

"Kenapa aku gelisah sendiri ya? Tapi aku ingin tau lebih kenapa hal ini bisa terjadi. Apa aku harus menguping apa yang terjadi di luar?" sebuah ide muncul di otakku.

Karena mama sudah di luar sendiri sedang meneliti juga apa yang sebenarnya sedang terjadi, aku hanya bisa menguping tanpa melihat apa pun karena takut kalau melihat dimarahi mama tidak tidur. Kalau mama berbicara sendiri tidak dalam otak, mungkin aku bisa mendapatkan informasi yang bagus.

Jadi aku mendekatkan kupingku yang kanan kepada pintu yang mengarah langsung tepat di tempat mama berada. Aku berharap aku berhasil mendapatkan informasi berharga.

"Apa yang sebenarnya terjadi? Kioku punya kekuatan sihir yang sangat besar. Tetapi sihirnya yang bisa dipakai ada 2 sepertiku. Itu berarti dia sangat kuat. Namun kenapa ada dua cabang sihir dari dua kepribadian sihir yang berbeda?"

Dua kepribadian sihir? Apa itu yang dimaksud mama dengan sihir Kebenaran dan sihir Kejahatan? Kalau begitu sihirku yang satunya lagi dari… sihir Kejahatan? Tetapi aku tidak pernah berniat berbuat jahat.

"Bagaimana ini, bagaimana ini?? Kejadian ini bahkan tidak pernah terjadi beberapa tahun silam. Apa aku harus menyembunyikannya dari Kioku dan Senshi? Tetapi Kioku adalah anak yang cermat, dia bisa mengetahui sebuah kesalahan yang terjadi."

Huh? Kenapa mama tiba-tiba membahas soal aku anak yang cermat? Apa karena aku bisa memikirkan sesuatu dalam waktu yang cepat? Atau karena aku ini memang jenius. Semua itu jawaban salah, yang benar adalah karena rasa penasaranku yang besar ini. Aku selalu ingin tau hal baru yang tidak aku ketahui.

"Sudahlah, mending ajarkan Kioku sihir Kebenaran saja. Kalau Kioku belajar sihir Kejahatan aku takutnya sihir itu akan melahap jiwanya." setelah kalimat itu, suara mama hilang total.

Rupanya benar bahwa sihir yang satunya lagi adalah sihir Kejahatan. Sudah terlihat sebenarnya dari aura bola yang setengah kedua itu begitu menyeramkan. Tetapi aku tidak mengira kalau menggunakan sihir Kejahatan akan melahap jiwa penggunanya. Tetapi kalau tidak salah, bukan kah sihir Kebenaran ku itu cabang sihir jiwa ya? Ahh sudahlah, tidur saja dulu pusing memikirkannya dengan otak yang terbatas seperti ini.

Tubuh raga ini begitu penat belajar sesuatu yang sangat sulit. Menggunakan sihir lebih ribet daripada yang aku duga. Tetapi mengetahui aku bisa menggunakan sihir Kebenaran dan Kejahatan rasanya ada yang salah dengan diriku. Entah itu apa, tetapi aku tidak tau. Hah~ sudahlah tidur saja, berpikir membuat pikiranku semakin penat.

Tak butuh mimpi indah atau pun kenangan masa lalu. Yang ada di mimpiku justru sesuatu yang tidak pernah aku lihat, kenal atau bahkan sapa saja. Ada 3 sosok, dan semuanya begitu menakutkan. Belum sempat mereka membuka mulut untuk bersuara, aku tiba-tiba terbangun. Seluruh keringat mengalir di atas tubuhku. Ini bukan keringat biasa, ini keringat dingin. Sesuatu yang bisa membuatku takut muncul juga.

"Hah? Kok masih malam?" ketika aku melihat sekitar, aku sadar bahwa hari masih malam.

Tidak ada penunjuk waktu yang jelas, tetapi aku bisa mengerti bahwa bulan sudah melewati batas tengahnya. Berarti hari baru sudah muncul. Tetapi karena jarak bulan dan batas tengah tidak terlalu jauh, artinya belum terlalu jauh dari perpindahan hari. Anggap saja baru jam 1 atau 2 malam.

"Duh… mana bisa aku tidur kalau begini caranya…." ketakutan atas mimpi itu membuatku tidak bisa tertidur lagi.

Atau lebih tepatnya aku terlalu takut untuk tertidur. Sedangkan Senshi dengan sangat pulasnya tidur tanpa terganggu apa pun. Huh, aku kesal. Bagaimana ini? Apa aku ke kamar mama meminta mama menemaniku? Ah tidak, itu tidak mungkin.

"Ugh, aku butuh istirahat, tapi aku tidak ingin bertemu tiga sosok yang membuat diriku bisa takut ini." bulu kudukku berdiri walau tidak bertemu tiga sosok itu di dunia nyata.

Mimpi saja bisa membawaku sampai seperti ini. Rasanya ke depannya akan semakin banyak hal yang menjadi hal yang kutakuti. Semoga ketakutan ini bukan lah hal yang akan menjatuhkanku. Ah sekarang gimana? Tidur sama mama aja deh biarin dikatain masih bayi.

Dengan perlahan aku membuka pintu kamar mama dan masuk ke dalam. Tentu saja mama sudah tertidur. Tetapi mau bagaimana lagi, aku harus membangunkan mama. Gak mungkin kan aku teriak begitu, jadi aku hanya memanggil pelan dan menggerakan pelan tangan mama.

"Ma… mama…." dengan mata yang masih mengantuk aku memanggil mama.

Untung saja mama tidak seperti Senshi yang sangat sulit dibangunkan. Dipanggil 3 kali saja sudah langsung bangun. Ugh… padahal aku tidak ingin membangunkan mama, kasihan. Pasti mama sudah capek seharian kemarin.

"Huh? Kioku…?" mama terbangun dan melihat ke arahku.

"Ma… aku bermimpi buruk. Boleh aku tidur sama mama?" dengan muka yang paling berharap yang sering kuandalkan aku memohon.

"Mimpi buruk? Ya udah sini tidur sama mama."

Setelah mama memperbolehkan aku langsung naik ke atas kasur, tidur di sebelah mama, dan memeluk mama. Kehangatan tubuh mama membuat segala pikiran burukku hilang. Ahh… aku sungguh mengantuk.

"Mama, bisa elus kepala Kioku? Kioku takut kalau Kioku mimpi buruk lagi."

"Baiklah nak, tidur yang tenang ya?" mama mengelus kepalaku dengan lembut.

Setiap belaian tangan mama membuatku semakin jatuh tidur. Aku semakin terlelap dan akhirnya tertidur total. Namun siapa sangka kalau aku akan kembali… menemui tiga sosok itu.

"Eh tunggu jangan pergi meninggalkan kami seperti tadi lagi. Kami bukan ingin menyakiti dirimu atau menakuti." sebuah sosok yang paling kanan menahanku sebelum aku kembali terbangun.

Sebenarnya aku masih sedikit takut, tetapi apa boleh buat kalau ini bukan mimpi. Tunggu bukan mimpi, berarti mereka…. Ah lupakan untuk sesaat, aku tanya saja nanti. Dari yang paling kiri, dia punya perawakan yang sedikit menakutkan. Di sekujur tubuhnya ada gambar naga dan rambutnya pun berantakan menyerupai naga. Apakah dia seorang naga?

Yang di tengah seperti seorang malaikat, tapi mirip iblis juga. Punya sayap dua pasang yang atas putih kekuningan dan yang bawah hitam kelam. Di sekujur tubuhnya juga ada banyak guratan hitam tidak jelas. Sedangkan yang paling kanan yang berbicara kepadaku punya perawakan layaknya manusia. Semuanya itu adalah laki-laki. Kenapa di hadapanku ada tiga laki-laki dewasa semua lagi.

"Kami datang karena kamu memulai belajar sihir Kioku." yang seperti malaikat dan iblis itu tiba-tiba berbicara kepadaku.

"Huh? Kalian kenal aku?" otomatis saja aku kebingungan karena mereka mengetahui namaku.

"Ya, perkenalkan yang mirip naga itu Ryuuou panggil saja dia Ryuu. Aku yang katamu seperti malaikat dan iblis ini adalah Lucifer. Sedangkan yang manusia biasa di kiriku ini adalah Sin. Kami bertiga adalah kepribadian dirimu di kehidupan sebelumnya."

Begitu aku mendengarkan penjelasan dari orang bernama Lucifer itu, aku hampir saja jatuh pingsan. Tapi mana bisa karena ini adalah dunia mimpiku, mungkin?

"Dunia ini bukan mimpi nak Kioku. Ini adalah alam bawah sadar dirimu yang mengumpulkan semua kesadaran kehidupan masa lalu dan masa sekarang." yang seperti naga itu menjawab pikiranku.

Tunggu, pikiranku? Mereka bisa membaca pikiranku!?

"Tepat, karena kita adalah satu kepribadian, jadi ingatan kita pun sama."

Masalahnya bukan itu. Kalau aku punya ingatan mereka berarti… aku dulu seorang laki-laki? Aghh, bagaimana aku bisa membaca ingatan seorang laki-laki. Nanti dikatakan mesum lagi. Tidak mau, tidak mau ah.

"Kioku, tenanglah, kami di sini mau membahas sesuatu tentang dirimu." yang manusia biasa membuatku tenang walau masih sedikit buyar pikiranku.

"Tentang apa? Kalau soal memori jangan harap."

"Tentang sihir yang kamu pakai di dunia Kimino ini. Sihir Kebenaran dan sihir Kejahatan."