webnovel

RE: Creator God

Bermula dari kehidupan biasa yang tidak sengaja masuk ke dalam takdir yang tidak biasa yakni masuk ke organisasi tersembunyi, dilanjutkan takdir yang lebih tidak masuk akal lagi dalam waktu singkat yaitu dijemput oleh seseorang yang tidak dikenal dari dunia lain, tetapi mengaku istrinya. Sampai akhir hayatnya pun dirinya tidak dibiarkan tenang karena tugas utamanya belum selesai. Tujuan hidupnya hanya satu, menemukan kebenaran tentang kehidupannya. Seseorang yang bernama Sin juga punya identitas rahasia yaitu Alpha dan identitas lainnya dari dunia lain yaitu Lucifer dan ketika mati dia menjadi....

GuirusiaShin · ファンタジー
レビュー数が足りません
377 Chs

CH.184 Hasil Kerja Keras

Setelah kemarin aku dan Shin juga Lala pergi bertarung bersama, hari ini aku dan mereka berdua menuju ke perusahaan yang didirikan oleh Shin. Namun sebelum itu kami menuju tempat yang menerima mayat monster untuk ditukar dengan uang.

Tidak kuduga jumlah monster yang kuburu akan menghasilkan jutaan Vousx. Tidak mengherankan juga sih sebenarnya, karena portal yang kemarin itu mendatangkan banyak monster jumlahnya ratusan walau lemah. Jadi kalau ditotal jumlah uang dari hasil buruan kami bertiga di atas 10 juta Vousx.

"Pantas saja kalian tidak bosan, sambil bertarung, sambil bersenang-senang, dapat uang juga. Kalau begini sih orang hidup gampang."

"Eits, jangan salah kita dapat melakukan itu bertiga karena kemampuan kita bisa dibilang jauh di atas rata-rata. Juga kemarin kita sama sekali tidak menahan diri, ya kecuali kau Rie. Kalau orang biasa, normalnya memburu satu atau dua sendirian saja sudah kesusahan, apalagi kalau lima menggerombol."

Hoo, jadi standar dunia ini cukup rendah juga untuk orang yang bisa menggunakan sihir. Berarti di dalam ketidakmampuanku menggunakan kekuatan penuhku, masih banyak orang yang jauh lebih lemah daripadaku. Aku rasa lain kali aku harus menghargai mereka dan tidak membabi buta seperti yang kemarin.

Dalam perjalanan menuju perusahaan Shin, aku melihat kota ini lebih damai dan tidak terlalu ramai dibandingkan dunia, negara, dan kota yang kutempati. Kalau di dunia Logiate, tidak banyak hal yang bisa dilakukan selain bekerja. Paling kalau ingin menyenangkan diri hanya ada mall dan taman bermain satu di setiap kotanya. Namun di dunia ini, ada taman hijau, taman bermain ada, tempat hiburan juga tidak sedikit.

"Kurasa semakin lama aku di sini, aku jadi semakin ingin tinggal di sini. Namun rasanya juga aku ingin mengubah dunia Logiate seperti dunia ini."

"Itu mimpi dan tujuan yang besar untuk bisa mengubah Logiate seperti Heresia. Mungkin Rie butuh bertahun-tahun kalau lancar, puluhan tahun kalau tersendat, dan ratusan kalau dipersulit."

"Benar kata papa, tetapi Rie harus ingat untuk tidak memaksakan diri. Lakukanlah semampumu. Dirimu dewa, tetapi bukan mahakuasa, jadi ada yang pasti kita tidak bisa lakukan."

"Kalian itu memang ya orang tua yang begitu bijak. Rasanya kalau berbicara dengan kalian aku diajari dan diarahkan seperti seorang anak."

Sifat orang tua mereka juga tidak kalah dengan sifat mereka yang suka bersenang-senang menikmati hidup dan bercanda. Kalau mereka sudah masuk mode serius, pencerahan pun aku bisa dapatkan. Mereka berdua memang pribadi yang luar biasa hampir dalam segala hal. Tidak tanpa alasan aku iri kepada mereka.

Kurasa yang hidup lebih lama pun tetap harus mendengarkan yang lebih muda daripadanya. Tidak berarti sudah hidup lebih lama berarti lebih baik dan lebih bijak. Secara total umur hidupku memang lebih banyak, tetapi usia mentalku naik turun terus menerus disepanjang kehidupanku. Sudah saatnya bagiku untuk berhenti seperti ini dan menjadi dewasa sungguhan.

"Ehhh, iya kah? Mungkin karena kami sering mendidik anak-anak kami, jadi terbiasa untuk memberi nasihat dan saran kepada orang lain juga seperti kasus Rie."

"Terima kasih… berkat kalian aku jadi membuka pikiranku untuk belajar lebih banyak hal. Rasanya ada pencerahan yang datang di dalam hidupku yang kelam."

Seketika itu Lala yang ada di sampingku memeluk dengan begitu hangatnya. Tubuh ini tubuh android, seharusnya inderaku tidak bekerja sepenuhnya, tetapi kali ini aku bisa merasakannya dengan seluruhnya. Aku merasa hangat dipelukan Lala yang sudah menjadi mama bagi anak-anaknya selama ratusan tahun.

Mungkin ini perbedaannya pelukan orang lain dari pelukan seorang yang menjadi mama yang luar biasa. Juga mungkin ini alasan kenapa aku bisa tenang di dalam pelukan ini. Shin yang sudah bersama Lala sejak lama pasti tidak bisa melepaskan diri dari pelukan ini.

"Tidak apa-apa, ke mana pun Rie berjalan, selama kami masih ada, kami akan senantiasa membantu. Kita sudah jadi teman sejak dulu bukan? Teman selamanya bahkan keluarga.��

Senyuman dari seorang Lala tidak bisa diremehkan, baru saja aku melihatnya dalam pelukannya, air mataku hampir tumpah. Untung saja aku bisa menahan diri sebelum aku menangis. Lala memang begitu pintar tentang mengetahui perasaan orang ya?

"Seberapa lama lagi kau akan memelukku Lala. Hanya dengan pelukanmu dan senyum darimu mampu membuat diriku yang tidak pernah menangis hampir menangis."

"Wah, wah, istriku memang hebat, seorang Rie atau Sin hampir menangis? Itu luar biasa. Kurasa dibanding kekuatannya bertarung, mama lebih tepat untuk menangani perasaan. Papa juga selalu tenang dalam pelukan mama, dan tidak pernah bisa bosan untuk melihat mama tersenyum."

"Issh, jangan buat mama malu ah pa."

Sesampainya kami di perusahaan Shin, kami bertiga langsung turun dan aku melihat betapa luar biasanya perusahaan Shin dibandingkan perusahaan yang kupimpin walau itu milik keluarga Akaterasu. Kurasa kerja kerasku selama ini tidak membuahkan banyak hasil, lain kali aku akan coba lebih keras supaya tidak sia-sia.

Perusahaan Shin itu layaknya rumahnya juga, desainnya sekitarnya membuat siapa pun yang bekerja dan ingin beristirahat di sini menunjukkan hasil terbaiknya. Siapa coba yang tidak ingin bekerja di perusahaan dengan gedung luar biasa dan masih ada sisa tanah di sekitarnya untuk didesain memiliki banyak pohon dan lainnya yang bisa dijadikan tempat istirahat para staff. Perusahaan yang berdiri tegak tanpa ada gedung lain di sekitarnya ini begitu luar biasa.

"Shin… kuakui kalau selama ratusan tahun hidupmu bisa membuat seperti ini adalah luar biasa. Kurasa sampai kapan pun kau tidak berhenti menunjukkan hal-hal luar biasa kepadaku ya tentang semua yang kau punyai."

"Jangan berkata begitu, pada saatnya pasti Rie bisa menyusul bahkan menyelipku meninggalkanku maju ke depan. Jangan pesimis hanya karena kau melihatiku seperti ini. Karena bukan berarti orang mulai terlebih dahulu akan selalu menang dengan yang barusan berusaha."

Benar juga, memang pengalaman dan hasil usaha orang yang mulai terlebih dahulu tampak luar biasa dan pasti sulit dikejar. Namun orang lain pun punya kesempatan untuk menyusul asal ada keniatan dan usaha keras yang akhirnya membuahkan hasil yang lebih dari orang yang sudah mulai lebih dahulu.

Berhenti bekerja untuk sementara kali ini dan pergi ke Heresia selama dua minggu membukakan diriku pada banyak wawasan yang sebenarnya sudah aku miliki, tetapi tidak pernah kuterima. Kebiasaan burukku yang keras dan tidak pernah menerima hal yang kuanggap tidak penting membuatku menutup diri dari menanamkan wawasan yang kumiliki agar aku berkembang.

"Haish, berapa banyak lagi nasihat yang akan kau berikan padaku Shin, Lala? Dalam waktu kurang dari seminggu saja kalian sudah membukakan mataku kepada banyak jalan yang tidak kulihat sebelumnya."

"Baguslah, karena kami memang bertujuan untuk membantumu pada dasarnya. Jadi kalau kami berhasil menyadarkanmu akan hal itu, kami senang."

Mereka sangat perhatian sekali walaupun aku tidak mendatangkan keuntungan apa pun bagi mereka. Kebaikan mereka sudah di luar batas normal, daripada aku, lebih tepat kalau mereka bisa dikatakan dewa dan dewi yang sesungguhnya. Betapa bodohnya aku tidak menyadari ini lebih awal, hah~.

Tidak kusangka mereka bekerja keras hanya untuk membawaku ke titik ini untuk menyadari banyak hal. Jujur mereka memang tidak bisa diremehkan, kekuatan bertarung, kekuatan mental, kekuatan perasaan, dan semua macam kekuatan mereka miliki dan kuasai. Pantas saja sejak ratusan tahun yang lalu bahkan setelah Shin meninggal untuk pertama kalinya, Lala dan ketujuh anaknya berdiri dengan tabah dan kuat.

"Sudahlah, semakin aku berpikir tentang kalian, banyak emosi dan perasaan macam-macam yang masuk ke dalam pikiranku. Cepat tunjukkan saja apa yang ingin kau tunjukkan Shin."

"Ehhh, baiklah."

Aku mendorong mereka ke depan agar menunjukkan jalannya bagiku, itu yang seharusnya mereka sadari. Namun dibalik aku mendorong mereka, sebenarnya aku menangis tanpa mereka melihat. Mendorong mereka memang sengaja aku lakukan untuk menutupi mereka dari melihat ke arah belakang di mana aku menangis.

Sebenarnya aku tidak tahu aku harus berkata apalagi, aku kehabisan kata-kata. Tidak ada satu pun alasan bagiku untuk membantah ucapan mereka yang seharusnya aku bisa bantah. Sejak dulu aku terlatih untuk memegang kuat jalan hidupku, dan itu yang membentukku untuk memberikan alasan yang tidak sedikit untuk mempertahankan jalanku.

Namun dalam waktu seminggu, semua usahaku hancur lenyap oleh mereka berdua karena kebaikan dan nasihat mereka. Memang usahaku untuk mempertahankan jalanku hancur, tetapi karena itu aku akhirnya beralih ke jalan yang lebih benar. Hahaha, aneh ya? Butuh buatku hidup selama ini hanya untuk mengubah kepribadianku yang sudah kubiarkan sejak dulu.

"Tidak perlu mendorong kami, pasti kami akan kasih tahu kok."

"Bukan itu papa, Rie mendorong kita ke depan supaya kita tidak melihat dirinya menangis."

"Lho? Kok mama bisa tahu?"

"Jangan remehkan perasaan perempuan, apalagi yang sudah hidup selama ratusan tahun dengan pengalaman yang tidak sedikit."

Sudah kuduga aku memang tidak bisa menutupinya dari Lala, sungguh cerdik sekali. Sebenarnya tindakanku sudah terlihat jelas karena tiba-tiba aku mengalihkan perhatian. Jadi aku tidak terkejut bahwa Lala akan menyadarinya, walau Shin tidak karena dia bodoh soal perasaan dan kepekaan. Awalnya aku berharap mereka tidak menyadarinya, tetapi apa boleh buat.

Air mata yang bernilai semua kesedihanku selama puluhan ribu tahun keluar di saat itu. Semua, semuanya tumpah dan aku tidak bisa menahannya lagi. Dalam pelukan Lala, aku mengeluarkan semua tekanan dan melepas beban yang kutanggung selama ini. Sejak dulu aku terus dan terus saja menahan diri untuk tidak menangis apa pun alasannya. Namun sekarang….

"Menangislah sepuasmu Rie, lepaskanlah semua beban dan tekanan yang ada. Kami tahu hidup memang berat, maka ringankanlah bebanmu sekarang dan kami akan membantumu."

"Hua…!!"

Terima kasih… terima kasih… terima kasih…. Tiada kata yang bisa mengekspresikan rasa terima kasih dan bersyukurku kepada mereka. Hanya aku bisa mengucapkan terima kasih tiada jemunya. Aku… bebas.