Sekitar pukul 20.00 waktu setempat, Casanova tiba di rumah judi incarannya. Ia turun cara dengan dibukakan pintu mobilnya oleh seorang karyawan wanita, dan setelah melihat cincin pemikat Casanova karyawan tersebut segera gugup.
"Ee ... se-selamat datang di Be Win House, Tuan."
Casanova mengangguk kecil, mengambil sebatang rokok dari sakunya dan melirik kepada wanita yang sedang membungkuk itu.
"Apa kau punya korek?"
"Eh? Maaf, saya tidak membawa korek..."
"O, kalau begitu, malam ini kau harus tidur denganku."
"Apa?" Karyawan itu menelan savila, hampir tersendak liurnya sendiri, "Mm, ba-baik, Tuan. Tapi, aku hanya karyawan biasa, bukan perempuan penghibur profesional," jawabnya gugup tak terbilang.
Casanova tersenyum miring, "Itu malah bagus. Karena tak punya pengalaman, itu akan membuatmu lugu. Dan jika lugu, itu mala bagus. Aku sangat suka dengan perempuan muda, lugu, polos, apa lagi jika sedang gugup sepertimu," wajah tampannya mendekat, membuat karyawan itu hampir copot jantungnya.
Casanoa tertawa. Dan sepertinya waktunya bermain-main sudah selesai. Sehingga ia memutuskan pergi meninggalkan karyawan itu, dan menuju ke dalam rumah judi mewah yang sudah menunggu di depannya.
BE WINNER HOUSE, adalah surganya para penjudi, sebab ini salah satu rumah judi terbesar yang ada di Kota Venesia, buka 24 jam, serta tidak pernah sepi dikunjungi oleh orang-orang kaya dan wanita-wanita penghibur kelas atas.
Rata-rata yang berjudi di sini adalah orang-orang dengan srtata ekonomi kelas menengah-atas. Biasanya pengusaha, pejabat politik, bahkan beberapa perwira juga tampak mengunjungi tempat ini. Sebab, di sini juga menyediakan ruangan khusus untuk rapat-rapat privasi. Maka tak heran, di sini kerap diadakan pertemuan-pertemuan tertutup antara orang-orang besar guna merundingkan sesuatu.
Namun, tak semuanya yang datang ke sini hendak berjudi atau rapat. Kadang-kadang ada juga seseorang yang memang sengaja sekadar ingin menghamburkan uang, dengan cara membeli minuman keras dan menginap di hotel lantai 5 yang terletak di lantai atas sana. Serta, tentu saja menyewa wanita-wanita malam untuk dicumbui. Kadang-kadang satu lawan satu. Kadang-kadang dua lawan satu.
Sungguh menyenangkan!
Dan begitulah kira-kira, sehingga meski terkenal sebagai rumah judi, namun di dalamnya tak bisa terlepas dengan adanya kegiatan bisnis miras dan prostitusi. Gemerlap lampunya yang terpancar dari mesin-mesin judi segera menyambut kedatangan Casanova. Ketampanan pemuda itu langsung menarik perhatian bagi para wanita yang ada di sana.
Tapi Casanova dingin saja. Ia tidak tertarik dengan para wanita yang berusaha menyapa, atau menarik perhatian kepadanya. Sehingga pemuda itu terus melangkahkan kaki berjalan lurus guna menuju bagian tengah yang paling istimewa dari rumah judi ini, yaitu lokasi judi kartu di atas meja, alias judi Poker!
Tapi tunggu dulu, "Kenapa semua karyawan di sini adalah perempuan?" Pemuda itu membatin selagi melirik sekilas mencermati keadaan sekitar. Tidak salah memang. Mulai dari karyawan bar, cleaning service, bandar di meja, bahkan sampai petugas security semuanya adalah perempuan.
Casanova lekas membuka catatan kecilnya yang selalu ia saku. "Keluarga Miss Selena Franco, bisnis terbesarnya adalah rumah judi yang tersebar di seluruh penjuru Italia." Ia mengangguk membaca itu.
"Oh, jadi ini rupanya salah satu bisnis rumah judinya. Maka tak heran kenapa semua pegawainya adalah perempuan," ucap Casanova menyaku kembali buku catatan kecilnya. Ia lanjut berjalan hingga sampai berhenti di depan sebuah meja judi yang berisi 4 orang, 3 laki-laki dan 1 perempuan. Casanova merasa tertarik. Ia berdiri santai di belakang meja seraya mengamati sebentar permainan mereka.
"Check."
"Check."
"Check."
"Raise!" Seseorang memakai topi mendorong seluruh keping koin yang ada di depannya.
"All in?" tanya si bandar memastikan.
"Ya, all in!" jawab si pria bertopi menegaskan.
Ketiga orang lainnya tampak berpikir, sekilas, melihat kembali kartunya masing-masing. Lalu 2 orang pria menghela, melempar kartunya ke arah bandar, tanda menyerah dan tidak ikut dalam permainan babak ini. Sedangkan satu orang lagi, seorang perempuan berpakaian seksi masih bertahan. Ia memandang tajam musuhnya yang barusan menaikkan angka taruhan.
"Kau berani ikut, Nona?" gertak pria bertopi, dengan nada yang menyepelekan.
"Tentu saja berani, karena aku tahu kau hanya menggertak," balas perempuan itu tak gentar sedikitpun, dengan masih menatap tajam.
"Kalau begitu taruh uangmu semuanya!"
"Oke, aku ikut, all in!"
Pertandingan makin memanas!
Sang bandar cepat bertindak, mempersilakan semua uang taruhan dari kedua penjudi yang sudah bersepakat untuk digeser ke bagian tengah meja. Setelah dihitung-hitung, totalnya senilai $20.000!
"Tolong buka kartu Anda masing-masing, Tuan, Nona," ucap si bandar.
Pria bertopi terbahak puas, membanting 2 buah kartunya yang adalah sepasang kartu AS. Sementara si perempuan seksi hanya tenang, menunjukkan kartunya yang hanya angka 2 dan 3 keriting hitam.
"Ahahahaa, kau telah membuat kesalahan besar, Nona," ledek si pria bertopi menjengkelkan. Wajahnya memerah sebab sangking girangnya. Di atas kertas, sepasang kartu AS miliknya tentu saja memiliki presentase kemenangan yang terlampau besar, 87%.
Namun wanita itu tetap santai. "Hm? Apa kau bangga dengan sepasang kartu AS? Aku rasa terlalu dini untukmu tertawa merayakannya. Karena di atas meja judi semuanya bisa berbalik dengan cepat. Secepat pisau terbang yang membolak-balik, hati-hati karena meja judi akan menghujammu dari belakang," ucapnya memeringati.
Merasa semuanya sudah siap, si bandar tak ingin membuang waktu dan lekas membuka lima kartu dari tangannya. Dijajarlah lima kartu tersebut di atas meja, dan hasilnya mengejutkan semua peserta!
Yang keluar adalah kartu-kartu hitam, angka 4, 7, 9, 8 dan King, serta kelima-limanya adalah kartu keriting hitam!
Si bandar segera menjajarkan kartu milik perempuan itu ke depan meja. "Flush! Selamat, Nona, Anda yang menang," ucapnya mengangguk.
Perempuan itu tersenyum simpul mengambil semua koin taruhan di atas meja senilai $20.000, lalu meletakkannya ke depan mejanya setelah ditata rapi-rapi. Tapi, si pria bertopi tidak terima dengan kekalahan ini. Ia lekas berdiri dan menunjuk-nunjuk wajah perempuan itu.
"Dasar kau bajingan licik! Kau pasti sudah menyuap bandar ini agar semua kartu yang keluar adalah keriting hitam, kan?" urat lehernya sampai menyembul demi mengatakan hal tersebut.
Perempuan itu tetap santai tak terpancing emosinya, "Menyuap? Ahahahaa, jaga mulutmu. Ini adalah rumah judi yang besar, jadi bagaimana mungkin aku bisa menyuapnya? Kalau kau sampai mengatakan itu, sama artinya kau sedang merendahkan reputasi rumah judi ini."
BRAK!
"Aggrrhh! Aku tetap tak terima! Sekarang juga kembalikan uang-uangku!" pria bertopi mengamuk, memukul meja, dan hendak memukul perempuan itu.
Si bandar segera memanggil security untuk mengusir pembuat onar di mejanya, namun belum sampai security datang tiba-tiba saja...
BUGH!!
DUAK!!
DAKK!!
Wanita seksi itu malah langsung menghabisi si pembuat onar dengan sangat mudahnya...
"Wala, luar biasa," Casanova tersenyum senang.