webnovel

Pindahan

Tidak terasa Raissa sudah melalui minggu pertamanya bekerja, dan besok Raissa akan pindah ke rumah susun bersama Peni dan Asya. Tadi siang di klinik, Raissa ,Peni dan Asya sudah janjian akan mulai datang pukul 8 pagi. Untuk Raissa sendiri sebenarnya barangnya tidak banyak, karena baru seminggu tinggal di kosan, hanya baju yang muat dalam dua koper kecil, peralatan mandi dan mencuci, sebuah ember, sapu, dan kain pel. Beberapa buku bacaan Raissa kemas dan masukan dalam kantong belanja sebuah mini market. Setelah itu dia hanya membersihkan kamar kosannya seperti semula saat dia datang. Terdengar nada panggil dari ponsel Raissa. Ternyata Mamah menelpon Raissa. "Sudah siap semua Neng? sudah pamit sama ibu kos?" tanya Mamah. " Sudah siap Mah, tinggal angkut saja besok dengan taksi cukup kok. Kalau dengan ibu kos, tadi sudah Raissa sampaikan besok Raissa akan pindah, besok sebelum berangkat Raissa akan pamit lagi." kata Raissa, "oya Mah, biaya Kos dikembalikan setengah oleh ibu Kos, katanya sudah ada calon yang akan menempati kamar Raissa ini, masuk minggu besok juga, makanya Raissa pagi pagi sudah berangkat." lanjut Raissa, "Waah Lumayan Sa, bisa buat bayar kontrakan sama temanmu itu, Syukurlah." kata Mamah. " Iya Mah, untung ibu Kos nya baik, hehehe" kata Raissa. " Besok tidak apa-apa tidak ada yang bantu? Paman dan bibimu tidak dihubungi?"Tanya Mamah. "Tidak apa-apa Mah, kasihan hari minggu digangguin masalah pindahan. Lagipula barangnya Raissa tidak banyak kok. Barangnya teman Raissa yang banyak Mah, namanya Asya. Karena itu besok katanya Asya akan dibantu oleh Dr. Alexander." kata Raissa. "Oh begitu, kenapa dokternya tidak bantu Raissa juga ya?" tanya Mamah. "Huss Mamah, Dr. Alexander itu boss loh Mah, tapi sudah berteman lama dengan Asya. Lagipula mereka sudah menawarkan untuk membantu Raissa, memang Raissa yang tidak mau." jawab Raissa. " Kamu ini memang selalu saja tidak ingin merepotkan orang lain. Asal jangan sampai kesusahan sendiri loh Nak, jangan sampai terlalu lelah, Senin kan sudah harus bekerja kembali." kata Mamah. "Iya Mah, Raissa baik-baik saja kok, Raissa mau melanjutkan membereskan baju-baju Raissa dulu ya Mah, besok kalau sudah beres semua Raissa telepon dari kontrakan baru." kata Raissa. "Baiklah, baik-baik ya dengan teman-teman, harus saling toleransi, hargai teman-temanmu, dan hormati privasi mereka." Kata Mamah. "Baik Mah, Raissa sayang Mamah, salam buat Papah ya!"kata Raissa lalu menutup percakapan tersebut. Raissa memeriksa kembali semua bawaannya. Lalu merapikan sisa sisa bajunya dan menjejalkan ke dalam dua kopernya. Sepertinya di kontrakan nanti ia harus membeli lemari, tidak seperti kosannya yang sudah termasuk lemari , tempat tidur dan meja belajar. "Mungkin aku akan membeli kasur saja dulu dan lemari plastik." pikir Raissa. Setelah semua beres Raissa membaringkan diri di tempat tidur sambil teringat pertemuannya dengan dr. Alexander dan Pak Aditya beberapa hari lalu setelah makan siang, dr. Alexander yang memanggil Asya, kalau dipikir-pikir keduanya seperti mempunyai hubungan yang romantis, Raissa menjadi curiga. Namun teringat pesan Mamah untuk menghargai teman dan menghormati privasi mereka. "Ya sudah biarkan saja, yang penting hubungan mereka baik-baik saja, tidak seperti Aku dan Pak Aditya, ada apa dengan orang itu yang selalu membuat aku naik darah. Padahal dia itu atasanku, salah-salah nanti aku yang di pecat. Baiklah, mulai sekarang aku akan bersikap baik padanya." kata Raissa berjanji, "tapi hanya kalau dia tidak menyinggungku tentunya.."tambah Raissa. Lalu tak lama kemudian Raissa tertidur, tidur malam terakhir di kosan yang tidak akan dirindukannya.

Keesokan paginya, Raissa buru-buru bangun dan mandi. Lalu keluar kosan mencari taksi, sesudah dapat Raissa langsung memindahkan semua barangnya ke dalam taksi dan mengunci kamar kosannya lalu pergi menemui ibu kos untuk berpamitan sambil menyerahkan kunci kamar. Tak lama kemudian Raissa sudah melaju menuju rumah susun di daerah Cawang, dari segi jarak sebenarnya tidak terlalu jauh dengan kosan, tetapi kalau jalan kaki lumayan lelah.

Pukul 7.15 pagi Raissa sudah sampai di rumah susun. Raissa meminta pengemudi taksi untuk menunggu sebentar sementara ia memindahkan barang-barang ke lantai 4. waktu survei bersama Asya, Raissa sangat menyukai letak kontrakan Peni yang terletak di lantai 4 atau yang paling atas, karena banyak mendapatkan sinar matahari dan tidak terlalu banyak orang berlalu lalang sehingga kondisi lumayan sepi dan bersih. Tapi saat ini ketika Raissa membawa dua koper berat berisi bajunya, dia mulai menyesali keputusannya. Raissa kembali membulatkan tekadnya dan menghibur diri dengan iming-iming kamar ber-AC berkali-kali dalam benaknya.

Raissa mengetuk pintu rusun mereka. "Pen, Peni.. aku sudah datang." kata Raissa sambil terus menggedor pintu. Peni membuka pintu sambil menguap, "Cepat amat Sa, katanya jam delapan."kata Peni sambil kembali menguap. "Hehehe, terlalu semangat Pen, aku taruh koper ini disini dulu ya, pengemudi taksinya menungguku dibawah beserta sisa barang ku."kata Raissa. "ya ampuun, ya sudah sini aku bantu." kata Peni sambil menutup pintu dan berjalan bersama Raissa ke bawah. " Asik, terimakasih Pen. kasihan pak supirnya nanti nunggu kelamaan." kata Raissa. "Gampang, tinggal kasih tip yang besar saja, pasti senang " kata Peni. Sesampainya dibawah, Raissa dan Peni langsung mengeluarkan barang barang Raissa yang belum terangkut, lalu Raissa membayar pak Supir beserta tip yang cukup membuatnya mengucapkan terimakasih berkali-kali.

"Sa, sudah sarapan belum, beli nasi uduk dulu yuk, aku lapar." kata Peni. "Ayo, kebetulan aku juga belum sarapan. Eh, sebentar, aku telepon Asya, dia mau dibelikan nasi uduk juga atau tidak." kata Raissa lalu merogoh saku belakang Jeansnya untuk mengambil ponsel. Ditekannya nomor Asya dan menunggu nada sambung. "Halo Sya, aku sudah di rusun bersama Peni, kami mau beli nasi uduk buat sarapan, kamu mau gak?.. oh ada dr. Alexander.. mau nasi uduk juga? yakin? baiklah..baik sampai ketemu, hati-hati di jalan." lalu Raissa menutup telponnya. "Pesan 4 bungkus Pen, dr. Alexander juga ikut." kata Raissa. " Serius dr. Alexander makan nasi uduk? nanti sakit perut, biasa makan di cafe, terus sekarang makan nasi uduk pinggir jalan?" tanya Peni kaget. " Kata Asya begitu, katanya dr. Alex juga belum sarapan dan mereka baru saja berangkat kemari." kata Raissa ikut bingung. "Baiklah, kalo begitu aku pesan 4 bungkus, lalu kita kembali ke atas. Aku mau menyapu dan mengepel dulu, minimal kalau dr Alexander datang, rumah kita lumayan kinclong" kata Peni buru-buru pergi ke penjual nasi uduk yang tidak jauh dari tempat mereka berdiri. Setelah selesai pesanan mereka segera naik ke lantai 4. Raissa segera memasukkan barang-barang yang dibawanya ke dalam kamar yang kosong. "Sepertinya aku harus membeli kasur dan lemari dulu baru bisa membereskan barang-barangku, ember kutaruh di kamar mandi ya Pen." kata Raissa. "Didekat sini ada swalayan besar yang cukup lengkap, biasanya aku berbelanja disana. Harganya juga tidak terlalu mahal pula." kata Peni. "Baiklah, kita tunggu Asya saja ya, siapa tau dia juga hendak membeli sesuatu disana."kata Raissa. Tidak lama kemudian Peni dan Raissa menerima pesan dari Asya yang mengatakan kalau Asya dan dr. Alexander sudah berada dibawah dan meminta bantuan Raissa dan Peni untuk membawa barang barang ke atas. Mereka berdua segera turun dan membantu Asya membawa barang bawaannya. Barang Asya cukup banyak, walaupun mereka sudah ada empat orang, diperlukan dua kali bolak balik untuk membawa seluruh bawaannya.

"Wah, kalian akan selalu bugar kalau begini caranya." kata dr. Alexander sambil menyeka dahinya yang mulai berkeringat. "Jadi lapar ya dok?"kata Raissa yang belum sempat menyantap nasi uduknya. dr. Alexander tertawa, "Sya, ayo kita makan, kasihan temanmu ini sudah kelaparan." kata dr. Alexander. "Loh, aku tidak diajak dok?" kata Peni. "Ya sama sama dong!" kata dr. Alexander. Asya mengambilkan piring dan sendok untuk mereka semua. Raissa langsung mengambil bagian nasi uduknya, lalu menyantap hidangan tersebut. Peni juga mengambil sendiri bagiannya. Sedangkan Asya masih membukakan bungkusan nasi uduk dr. Alexander, memindahkannya ke piring, menyelipkan sebuah sendok, dan memberikannya kepada dr. Alexander. Raissa dan Peni langsung lihat-lihatan dan bersorak bersamaan,

"cie cieeee..."

"uhuuyyy!!"

"Apa sih kalian ini, ngiri aja kerjaannya." kata dr. Alexander. "Tau nih dok, mereka bisanya ngekek doang!" kata Asya sambil mengambil nasi uduk ya dan mulai makan.

"Pantesan dr. Alexander selalu minta Asya yang jadi asisten dokter, dapat perlakuan spesial pake telor!" kata Peni. "Ya iya dong, daripada sama kamu Pen, semua harus kukerjakan sendiri, buat apa ada asisten kalau saya harus mengerjakan semua sendiri." kata dr. Alexander membalas. "Hehehe, maaf ya dok, saya senangnya yang banyak aksinya, seperti di ruang gawat darurat."kata Peni. d. Alexander hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum. "Ngomong-ngomong dok, dokter tidak sakit perut nanti ikutan kita makan nasi uduk pinggir jalan begini, dokter kan biasa makan di cafe, bistro, restauran keren." kata Raissa. "Ihh Raissa, jangan diskriminasi begitu dong, perut saya sudah terlatih, makan apa saja tidak pernah diare atau tipes. Akibat gemblengan selama kuliah kedokteran. Harus bisa makan dimana dan kapan saja, berlaku juga untuk tidur." kata dr. Alexander. Raissa hanya manggut-manggut. "Sa, kamu perlu beli kasur lagi tidak? aku lihat tempat tidurmu belum ada?" tanya Asya. "Iya Sya, aku perlu beli kasur dan lemari, rencanaku nanti mau ke swalayan dengan Peni, kamu mau ikut?" tanya Raissa. "Mau dong, aku harus belanja bulanan juga."kata Asya. "Ayolah, aku antar!" kata dr. Alexander. "Assikk, beneran dok? makasih ya dok!" kata Raissa yang tanpa ragu menerima tawaran dr. Alexander. "Wah dokter tidak repot?" tanya Asya. "Tidak apa-apa Asya, lihat Raissa, sudah senang sekali dia dapat tumpangan." kata dr. Alexander yang disambut dengan cengiran Raissa. " Swalayan akan buka pukul sepuluh, masih setengah jam lagi, kita langsung jalan sekarang saja, pasti sampai disana sudah buka. Semakin cepat kita belanja, semakin cepat dokter beristirahat." kata Asya. " Manisnyaaa, perhatian banget, aku jadi pengen ada yang merhatiin juga Sa!" kata Peni pada Raissa. Asya langsung melotot pada keduanya. "Baiklah, ayo kita pergi, ayo Pen, sebelum Asya bertanduk!" kata Raissa pada Peni. Dan mereka pun berangkat dengan menggunakan mobil dr. Alexander.