webnovel

Rain Sound

biar kutanyakan pada mu. apa kau percaya cinta pertama akan terjalin saat kamu hanya memendamnya disudut hatimu tanpa pernah mengungkapkannya, tanpa sekalipun memperlihatkan langsung padanya? kebanyakan orang akan berkata tidak mungkin. ya sangat tidak mungkin. namun suara hujan malam itu seakan menjadi pertanda bagi chika, jawaban yang seharusnya tidak mungkin entah mengapa berubah menjadi mungkin. tapi apa yang terjadi? bagaimana mungkin perasaan yang tulus ini terjalin dalam hubungan yang tak jelas. haruskah chika bahagia atau merasa sedih? ini tentang kisahku dan cinta pertamaku

Kirei0713 · 若者
レビュー数が足りません
14 Chs

Bersamamu

Ada dua hal yang chika sadari selama ia duduk disamping arka yang masih fokus mengemudikan mobil tanpa sekalipun membuka obrolan. Hal pertama bahwa perasaannya semakin menggila tak terkendali dan hal kedua pandangannya, mata chika yang terus mencuri pandang kearah arka tanpa lelah.  Bukan hal mengherankan bagi chika, jika tingkahnya tak terkendali seperti saat ini, karena memang ia belum pernah sekalipun berdekatan dengan seorang pria seusianya dan hanya berbicara seperlunya.

     Suasana semakin terasa canggung tanpa ada satupun suara dari arka maupun chika, sepanjang perjalanan hanya diisi dengan kesunyian dan kesibukan dari masing-masing keduanya. Arka yang terus fokus mengendarai mobil, juga chika yang asik mengotak atik ponsel membuka instagram.

     "Chika... kita sudah sampai" arka melirik sekilas kearah chika, dengan gerakan cepat ia keluar memutari mobil, membuka pintu disamping chika dan mengulurkan tangan secara perlahan. Chika terlonjak dengan kedua mata yang melebar menampakkan keterkejutannya, namun hanya bertahan sebentar karena setelah itu ia menyambut uluran tangan arka dan berjalan beriringan memasuki mall.

     Chika sesekali menundukkan pandangan menahan malu, atas perlakuan arka yang dirasa berlebihan "bu-bukannya ini agak berlebihan ya?" Tanpa berani menatap arka, chika melirik kearah tangannya yang masih bertautan dengan tangan arka, dilihatnya jari jemari arka yang mulai bergerak mengetuk-ngetuk lembut tangan chika.

     "Ahh ini? Aku cuman gak mau kamu kesasar, lebih terjamin kan kalau ku pegang" arka menatap lekat wajah chika, sebuah senyum kecil terukir saat ia melihat chika yang mengangkat sebelah alisnya dengan ekspresi tak percaya. "Aku bercanda, perasaanku tenang kalau begini, tapi kalau kamu keberatan-"

"Gak masalah" potong chika saat ia merasakan tangan arka yang mulai mengendorkan pegangannya. Gantian chika yang mengeratkan pegangan. Chika mengedarkan pandangan kesekeliling mall, cukup banyak orang yang juga memenuhi mall, matanya kembali beredar kearah interior mall, tak sekalipun ia memandang kearah arka atau  berusaha memulai obrolan.

    "Chika, Masih ada waktu sebelum film nya di mulai. Kalau kita makan dulu gimana?" Entah karena kepekaan arka terhadap chika yang beberapa kali melirik kearah richeese atau karena arka  yang memang berniat makan disana, keduanya tak begitu penting untuk chika selama ia bisa mengisi perutnya dengan makanan.

     "Makan? Ayok, tapi emang filmnya kapan dimulai?" Chika berjalan mengikuti arka yang menuntunnya memasuki ruangan bertulisan richeese factory, tubuh tinggi nan tegap itu hanya terdiam sembari berjalan mengedarkan pandangan mencari-cari tempat yang kosong. Pandangannya terhenti pada kursi kosong yang terletak diujung cukup jauh dari loket pemesanan makanan. Alunan musik mengalun memenuhi ruangan memutar lagu love story yang dinyanyikan taylor swift. Chika melepaskan pegangannya dari tangan arka dan duduk sembari kedua matanya menatap punggung arka yang mulai menjauh berjalan menuju loket pemesanan.

        Saat kembali arka duduk didepan chika, tangannya mengetuk ngetukkan meja dengan tatapan yang mengedar kepenjuru ruangan hingga terhenti tepat di kedua bola mata chika. Tak lupa arka menunjukkan senyum kecil  membuat chika selalu ikut tersenyum. "Filmnya masih lama kok, sekitar satu jam lagi. Tapi kita bakal nonton action loh, bukan romance"

       Chika berani bertaruh, kalau ia tanpa sengaja bertemu teman sekolahnya disini, mereka pasti akan menggila dan menggodanya tanpa henti, bukan karna ia yang tersenyum kearah arka melainkan arka yang terus menatap lekat dengan senyum manis yang menghiasi. "Oh ya? That's good soalnya aku juga gak terlalu minat sama film romantis gitu" arka tertawa pelan dengan mata yang menyipit seiring tawa yang lolos dari bibirnya.

     "Sama,, sama banget.. aku juga kurang tertarik, semalam aku menadadak sih ngajak jalan, jadi gak sempat tanya pendapatmu" chika tersenyum menanggapi ucapan arka, mulutnya tertutup rapat tak sedikitpun berniat membalas arka. mata chika sibuk memandangi arka, rambut hitam pekat yang disisir rapi bersamaan poni yang tersampir kebelakang memperlihatkan jelas bentuk wajahnya, mata hitam, alis mata yang tebal serta kulit putih, sungguh ketampanan yang berkali kali lipat dari yang biasa chika lihat di sekolah. Arka berdehem mengatasi rasa canggungnya karena ditatap chika sedemikian lama. "Chika kalau aku boleh tau Apa yang kamu sukai dari aku?"

      Mata chika melebar dengan bola mata yang bergetar tak menentu, senada dengan detak jantungnya yang berpacu semakin cepat. Arka meletakkan sebelah tangannya diatas meja dan kepala yang bertumpu diatas telapak tangannya, matanya menatap penuh harap menunggu jawaban dari chika. Hening, chika mencoba membuka mulut, namun, sedetik kemudian kembali tertutup rapat. Pelayan datang membawa pesanan membuat chika menghembuskan nafas pelan, entah kenapa ia merasa lega karena makanannya yang datang disaat yang sangat pas.

        Keduanya makan dalam keadaan hening, sambil menikmati alunan musik yang terus berputar memenuhi seisi ruangan. Chika dapat menangkap gelagat arka yang sesekali menatap kearahnya, dengan ekspresi wajah tak terbaca. Ia bersikap tak acuh dan terus melahap makanan yang ada di depannya. Untuknya tak terlalu jujur tentang perasaannya akan jauh lebih menenangkan dibandingkan harus mengungkapkan dan berefek buruk bagi hatinya sendiri.

==========================

         Selesai menonton keduanya berjalan menyusuri tempat parkir. Chika duduk dikursi mobil matanya tak lepas memperhatikan arka yang juga sudah memasuki mobil dan mengemudikannya meninggalkan pelataran parkiran.

       "Film nya seru ya? Tapi sayang banget uangnya, padahal nanti juga bakal bisa nonton di laptop walau agak lama-" chika terdiam. sebelah tangannya terangkat menutup mulut, ia perlahan memalingkan kepala menatap arka, gurat kecewa nampak jelas di wajah arka. "Yahh bukan berarti aku gak suka sih, aku tetap suka kok apa lagi kamu yang ngajak jalan" lanjut chika. Niat hati ingin agar arka terhibur dan tidak tersinggung dengan ucapan chika, namun ia harus membuang jauh harapannya karena arka masih terdiam tanpa membuka mulut sama sekali. Chika semakin gelisah, memainkan  ujung jilbabnya, kepalanya terunduk serta menggigit pelan bibir bawahnya. "Aku benar-benar gak bermaksud buruk" sesalnya masih dengan tertunduk. Chika merasa menjadi manusia paling buruk saat ini, tak bisa mengontrol dan malah berbicara seenaknya tanpa memikirkan lawan bicaranya.

       Hari sudah semakin sore, jalanan kota samarinda semakin padat dipenuhi berbagai kendaraan, arka menghentikan mobilnya di tepian, tempat yang sering digunakan remaja seusianya untuk nongkrong dan berkumpul. "Aku tau... kamu perempuan yang jujur chika, awalnya ya aku sedikit kecewa, tapi kamu kan cuman bersikap jujur dan memang aku yang salah, seharusnya aku tanya dulu apa yang kamu sukai sebelum mengajakmu jalan"

        Chika mengangkat kepala menatap dua bola mata arka, ada ketegasan dari pandangannya, tak ada lagi raut kecewa atau terluka seperti sebelumnya. Chika ingin berbicara, tapi isi kepala nya terlalu kosong membuatnya tak tau harus berkata apa. Ia hanya bisa kembali menundukkan kepala, matanya memanas dan sebutir air mata lolos dari matanya, chika mengusap kasar wajahnya berharap arka tak memperhatikan dirinya saat ini.

      "Hey, i'm okay, kenapa kamu malah begini, Hem? Jangan sedih ya, jangan sedih, aku malah ikutan sedih ngeliat orang yang ku sayang jadi begini" diusapnya pelan wajah chika, sebelah tangannya menggenggam erat tangan chika berusaha menyalurkan semangat dalam diri chika. Namun bukannya bersemangat mendengar ucapan arka, chika malah semakin menundukkan kepala, kedua pipinya memanas berganti dengan senyum yang sedikit mengembang. Dirasakannya tangan arka yang menepuk pelan kepalanya menyebar ketenangan dalam hati chika. "Sekarang kita keluar yuk"