Sambil menunggangi kudanya, Yi Jin sedang dalam perjalanan menuju kediaman Perdana Menteri Kim untuk menemui sahabat sekaligus cinta pertamanya, Kim Chae Yoon. Senyuman sama sekali tidak hilang dari wajah pemuda itu karena terlalu gembira dengan kabar kepulangan Chae Yoon. Setelah menempuh perjalanan yang cukup jauh, akhirnya ia tiba di kediaman sang perdana menteri. Segera saja ia turun dari atas kudanya lalu mengikat sejenak binatang berkaki empat itu ke tempat yang sudah disiapkan.
Yi Jin merapihkan sejenak pakaiannya, yang sebenarnya tidak kusut sama sekali. Dengan senyuman yang masih terlukis di wajahnya, ia mengetuk gerbang kayu kediaman itu. Tidak ada respon dari dalam, membuat dirinya kembali mengetuk pintunya lebih keras dari sebelumnya.
"Tunggu sebentar."
Akhirnya terdengar suara dari dalam sana dan disusul dengan gerbang kayu yang dibuka. Seorang wanita yang merupakan pelayan rumah itu langsung mengenali sosok Yi Jin. "Doryeon-nim, sudah lama tidak berjumpa," sapanya yang mengenali Yi Jin hanya sebagai putra bangsawan biasa.
"Sudah lama tidak berjumpa, Ajjuma," balas Yi Jin ramah. "Omong-omong, aku dengar Chae Yoon sudah pulang. Apa dia ada di rumah?"
Wanita itu menganggukkan kepalanya. "Aggasshi ada di dalam bersama manim. Silakan masuk, Doryeon-nim."
"Terima kasih, Ajjuma."
~"~
Yi Jin sama sekali tidak bisa menutupi rasa bahagia saat melihat sosok Chae Yoon yang semakin cantik dari terakhir kali ia melihatnya. Saat ini gadis itu sedang menikmati teh dan camilan dengan ibunya sampai tidak menyadari kehadirannya. Melihat Chae Yoon yang tersenyum membuat Yi Jin semakin terpesona dengan kecantikan yang dimiliki perempuan itu. Rasanya ia ingin gadis itu menjadi pendampingnya kelak.
"Permisi, bolehkah aku bergabung dengan kalian?" tanya Yi Jin setelah berada hampir di dekat teras tersebut.
Pertanyaan yang diajukan oleh Yi Jin pada akhirnya berhasil mengalihkan atensi kedua wanita bangsawan itu. Senyuman lebar bahkan menghiasi wajah Chae Yoon setelah melihat kehadiran Putra Mahkota Yi Jin. Segera saja gadis itu turun dari teras rumah untuk menghampiri pemuda itu, ia bahkan sampai lupa memakai alas kakinya. Chae Yoon segera memberi hormat kepada Yi Jin setelah ia berada di hadapan pemuda itu. Kedua muda-mudi itu saling memandang dengan senyuman menghiasi wajah mereka masing-masing.
"Bagaimana kabarmu, Kim Chae Yoon?"
~"~
Chae Yoon sama sekali tidak bisa melepaskan pandangannya dari wajah Yi Jin, yang saat ini sedang menyesap teh yang disiapkan oleh Nyonya Kang. Gadis itu sangat terpesona pada Yi Jin yang semakin tampan. Seandainya Yi Jin bukanlah pewaris tahta kerajaan, mungkin dirinya sudah memeluk erat pemuda itu.
"Jika kau terus memandangiku seperti itu, mungkin aku bisa menghilang," ujar Yi Jin membuat Chae Yoon akhirnya mengalihkan pandangannya. "Kau begitu terpesona denganku, Chae Yoon-a?"
Chae Yoon menganggukkan kepalanya pasti sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut. "Tiga tahun berlalu dan Anda semakin terlihat tampan, Jeoha," pujinya dengan senyuman tetap menghiasi wajah cantiknya.
"Benarkah? Terima kasih atas pujianmu. Kau juga terlihat sangat cantik dari terakhir kali kita berjumpa," balas Yi Jin yang juga menyunggingkan seulas senyumannya. "Omong-omong, apa kau kembali untuk sementara atau untuk tinggal?"
"Anda menginginkan yang mana, Jeoha? Aku tinggal sementara, atau tinggal selamanya di sini?"
"Tentu saja aku ingin kau kembali tinggal di Hanyang. Tapi, jika kau pulang untuk sementara." Yi Jin menjeda sejenak ucapannya. Ia memandang Chae Yoon dengan tatapan sedikit sedih. "Aku tidak bisa memaksamu untuk tinggal tetap di sini," sambungnya.
Chae Yoon tersenyum lebar karena rupanya sang putra mahkota menginginkan dirinya untuk kembali tinggal di Hanyang. "Harapan Anda terkabul, Jeoha," jawabnya pada akhirnya.
"Jadi kau akan kembali tinggal di Hanyang?" tanya Yi Jin memastikan.
Chae Yoon menganggukkan kepalanya. "Ye, Jeoha. Aku akan kembali tinggal di Hanyang bersama kedua orangtuaku, karena bibiku pada akhirnya memiliki seorang anak dan mengizinkanku kembali pulang."
Yi Jin yang begitu senang dengan kabar gembira itu segera mendekati Chae Yoon dan memeluk gadis itu dengan erat. Chae Yoon yang tiba-tiba mendapat pelukan dari Yi Jin, terkejut bukan main. Bahkan saat ini jantungnya sudah berdegup dengan cepat, ia ingin membalas pelukan pemuda itu tetapi Yi Jin sudah melepas pelukannya.
"Selamat datang kembali di Hanyang, Kim Chae Yoon," ujar Yi Jin sambil memandang Chae Yoon dengan begitu hangat, membuat wajah gadis itu tersipu malu. Atensi Yi Jin lalu teralih kepada pohon buah kesemek yang menghiasi halaman rumah ini. "Apakah itu pohon kesemek yang kita tanam bersama?"
Chae Yoon yang baru saja dari keterkejutan atas sikap tiba-tiba Yi Jin langsung memandang pohon kesemek yang sedang ditatap Yi Jin juga. "Ye, Jeoha. Itu pohon kesemek yang kita tanaman tiga tahun lalu. Dia sudah tumbuh subur dan berbuah banyak kata eomeoni."
"Benarkah?" tanya Yi Jin sambil memandang Chae Yoon kembali. "Aku jadi ingat saat kita menanam pohon itu."
"Aku juga ingat, Jeoha. Dan itu adalah kali terakhir kita bertemu."
Tiga tahun lalu...
"Kim Chae Yoon!"
Teriakan suara anak laki-laki itu mengalihkan atensi Chae Yoon yang sedang serius membaca sebuah buku di teras kamarnya. Gadis itu tersenyum lebar saat melihat siapa yang sudah datang mengunjunginya, yaitu Putra Mahkota Yi Jin. Segera saja ia menutup buku yang dibacanya sejak satu jam lalu. Ia segera turun dari teras kamarnya, memakai sepatunya lalu berjalan menghampiri sang pewaris tahta itu.
"Astaga, ada apa Anda ke sini, Jeoha?" tanya Chae Yoon.
"Lihat aku bawa apa untukmu," ujar Yi Jin sambil mengangkat kantong kecil.
"Apa itu, Jeoha?" tanya Chae Yoon penasaran.
"Bibit pohon kesemek, buah kesukaanmu. Aku baru mendapatkannya dari kakak perempuan eoma mama. Dia memberiku ini, lalu karena aku tahu kau menyukai kesemek, jadi aku akan memberikan bibit ini untukmu."
"Terima kasih karena sudah mengingatku, Jeoha," ujar Chae Yoon yang terharu dengan Yi Jin. "Kalau begitu, bagaimana jika kita menanam bibit ini bersama? Kebetulan aku juga ingin menanam bibit bunga yang aku punya."
"Ide yang bagus."
~"~
"Jangan di sana jeoha!" seru Kim Chae Yoon ketika melihat Putra Mahkta Yi Jin hendak memasukkan bibit ke dalam tanah.
"Tapi di sini lahannya sangat cocok untuk menanam pohonnya," balas Yi Jin.
"Tidak!" Chae Yoon menghampiri Yi Jin lalu ia merebut bibit pohon tersebut dari tangan sang putra mahkota. "Lahan ini akan aku tanami bunga matahari, dan untuk pohonnya," Chae Yoon melihat kesekelilingnya, mencari lahan yang pas untuk ditanami pohon buah kesemek, senyuman kecil hadir di wajah gadis cilik itu, "Anda bisa menanam itu di sana," sambungnya sambil menunjuk ke arah yang ia maksudkan.
Yi Jin mengikuti arah mata dari Chae Yoon dan dengan malas ia menjawab, "Baiklah, aku akan menanamnya di sana, kemarikan bibit itu." Yi Jin mengulurkan tangannya, meminta bibit pohon kesemeknya diberikan lagi padanya.
"Tidak mau. Bukankah kita akan menanam bibit ini bersama?"
"Ah kau benar juga," ujar Yi Jin sambil menepuk keningnya sendiri. "Kalau begitu ayo kita tanam di tempat yang kau inginkan."
Chae Yoon bergegas menuju lahan untuk menanam pohon kesemek itu. Di belakangnya Yi Jin mengekor sambil memperhatikan gadis itu.
"Kita tanam ini di sini, ya?" ujar Chae Yoon yang diangguki oleh kepala Yi Jin.
Yi Jin dengan sigap menggali tanah untuk tempat benih itu tumbuh. Setelah lubang tanah siap, mereka berdua bersama-sama menaruh benih pohon kesemek lalu menguburnya bersama-sama. Setelahnya, tidak lupa Chae Yoon menyiram benih yang sudah terkubur itu.
"Lekas tumbuh dan berbuah banyak ya pohon," ujar Chae Yoon sambil menyiram benih tersebut.
~"~
"Dan sekarang benih itu sudah tumbuh subur dan berbuah banyak," ujar Yi Jin setelah mengakhiri mengingat kenangan masa lalu itu. "Hari sudah sore, aku akan kembali ke istana."
"Baiklah, hati-hati di jalan, Jeoha. Terima kasih sudah berkunjung."
"Terima kasih juga karena kau akan menetap di Hanyang lagi. Sampai jumpa lain waktu."