webnovel

BAB 4.1 – Riki dan Rika

Rai yang baru saja memasuki kamar benar-benar terkejut melihat apa yang ada di depannya. Al memang tidak bercanda. Wanita ini benar-benar masih hidup. Dia dapat dengan jelas mendengar detak jantung manusia!

Wanita itu terduduk diam di atas tempat tidur. Tatapan matanya kosong, entah apa yang dia pikirkan. Kakinya menekuk dan dipeluk erat oleh kedua tangannya. Rambut berwarna merahnya terurai, menyembunyikan sebagian wajahnya.

"Ini tidak mungkin terjadi! Bagaimana bisa!? Taringku mengandung racun, biarpun aku tidak menghisap darahnya sampai habis, dia akan tetap mati! Dia akan mati karena racunku! Tapi apa ini!? Kenapa dia masih hidup!? Bahkan dia dalam posisi seperti itu!? Mustahil!!!" batin Rai terus berbicara.

"Rai..." panggil Al karena Rai hanya terdiam menatap wanita aneh itu dari tadi.

Rai pun tersadar. "Kau! Kenapa kau masih hidup!? Aku sangat yakin telah menghisap habis darahmu semalam! Seharusnya kau sudah mati! Jika tidak mati karena kehabisan darah, kau harusnya mati karena racun dari taringku! Tapi kenapa kau masih hidup!?" tanyanya bertubi-tubi pada wanita itu. Rai benar-benar kehilangan kontrol.

Namun wanita ini hanya menoleh tanpa mau menjawab. Rai pun merasa kesal karena kembali diabaikan. “HA! Selain fakta dia masih hidup, sekarang dia juga bisu!" seru Rai marah.

“...rah.”

"Kau mengatakan sesuatu?" tanya Al pada wanita ini karena ia mendengar suara samar.

"... Darah," lirihnya.

Rai sedang kesal pun menjadi marah, "Sekarang kau baru merasakan tidak ada darah lagi yang mengalir di tubuhmu! Ha!" serunya.

"Kontrol dirimu," ujar Al. "Lihat, dia masih manusia. Aku sudah bilang tadi, jantungnya masih berdetak. Dia bukan vampir," tambahnya.

"Tidak mungkin dia masih menjadi manusia! Setidaknya jika dia masih hidup, dia akan berubah menjadi vampir!" balas Rai.

"Mustahil! Dia memerlukan darah Raltz dan juga Waltz untuk berubah! Kau sangat tahu tentang hal ini!" debat Al.

"Mungkin ini baru pertama kali terjadi! Mungkin dia berubah karena gigitanku!"

"Tidak. Kau bisa mendengar dengan jelas detak jantungnya. Dia manusia!"

"Tidak! Dia vampir!"

"Kamar ini bau darah," ujar wanita aneh itu menghentikan perdebatan mereka.

Rai mendengus keras dan membuang wajah, "Kau urus dia. Kembalikan dia ke hutan atau bunuh dia. Hidup atau mati, aku tidak peduli," katanya lalu beranjak pergi.

“Oi! Rai! Aku tidak mungkin membunuh manusia!" teriak Al.

"Kalau begitu urus dia! Kau juga manusia! Aku tidak mau tahu lagi tentangnya!"

Al pun hanya bisa memandang kesal ke arah punggung Rai yang semakin menjauh, "Tsk! Vampir arogan itu!”

Al kemudian menghela napas dalam-dalam, "Dengar baik-baik, wanita. Aku tidak mungkin membunuhmu, dan aku juga tidak mungkin mengembalikanmu ke hutan. Jadi, untuk sekarang berdiam dirilah di kamar ini. Jangan coba-coba untuk keluar atau melarikan diri," jelasnya.

Tanpa menunggu persetujuan atau penolakan, Al langsung meninggalkan wanita ini seorang diri, dan tidak lupa mengunci pintu kamar ini, tentu agar dia tidak bisa melarikan diri.

***

Matahari semakin meninggi, membuat sinar-sinarnya memasuki dan menerangi kamar wanita ini. Perlahan, dia membuka kedua matanya dan seperti biasa memandang ke satu arah dengan pandangan kosong. Kulitnya kini memucat dan rambutnya terlihat kusam. Wanita ini benar-benar kehilangan energi.

Semua bukan tanpa alasan. Setelah berhasil keluar dari kematian, wanita ini langsung hidup terkurung dalam kamar ini. Entah disengaja atau tidak, Al hanya memberikannya minum dan itu pun hanya diberikan seteko kecil.

Untung atau sial, sampai hari ini wanita ini masih mampu membuka matanya. Tapi, mungkin sebentar lagi wanita ini harus kembali menutup matanya tanpa bisa membukanya lagi karena kondisinya sudah sangat lemah.

***

Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian yang menghebohkan itu dan seperti katanya, Rai sama sekali tidak peduli dengan wanita itu. Tapi kabar mulai menyebar di kastelnya, para pelayan dan juga prajurit mulai membicarakan keberadaan wanita itu.

Tentu saja hal ini membuat Rai gerah, mau tidak mau dia harus memikirkan cara untuk menghentikan omong kosong ini sebelum menyebar lebih luas, atau parahnya menyebar ke Klan Raltz dan Waltz.

"Albert!" seru Rai.

"Ya, Rai," balasnya.

"Bagaimana dengan wanita itu? Dia belum mati juga?" dan Al pun menggelengkan kepalanya.

"Sial! Bagaimana bisa dia tetap hidup! Sekuat apapun tubuhnya, dia tidak akan bisa menghadapi racun dari taringku, dia akan tetap mati dalam waktu tiga hari! Tapi ini sudah lebih dari tiga hari dan dia masih hidup!?"

"Bahkan sistem tubuhnya kembali normal, benar-benar tidak bisa dipercaya," ucap Al menambahi kenyataan bahwa wanita itu memang aneh.

"Cepat bawa dia kemari. Aku akan menghabisinya saat ini juga," perintahnya.

Al pun menurut dan tidak berapa lama kemudian, Al sudah kembali namun napasnya terengah-engah, "Rai! Maaf, tapi wanita itu... Dia tidak ada di kamarnya!" serunya.

"APA!?"

"Aku sama sekali tidak bisa mencium baunya.”

"Panggil semua prajurit! Cepat temukan wanita itu! Aku mau—“ belum selesai Rai berbicara, muncul dua vampir kecil yang menghampirinya.

"KAKAK!!!" teriak mereka bersamaan.

BHUK!

Mereka langsung menubruk Rai dan memeluknya. Ekspresi Rai langsung membeku, dia sama sekali tidak menyangka kehadiran dua vampir ini, apalagi kedatangan mereka di saat yang tidak tepat!

"Oi! Lepas! Apa yang kalian lakukan di sini?" ucapnya sambil melepaskan pelukan mereka.

Kemudian salah seorang utusan maju memberikan sebuah surat. "Raltz...?" ujar Rai menyadari bahwa vampir yang memberikannya surat adalah bagian dari Klan Raltz.

"Kenapa kakak tidak segera menjemput kami? Kami sudah menunggu lebih dari dua tahun!" seru vampir kecil berjenis kelamin laki-laki ini.

"Ah... sudah lebih dari dua tahun rupanya," batin Rai.

"Maka dari itu, sekarang kami datang menemui kakak," tambah vampir kecil berjenis kelamin perempuan di sampingnya.

Rai memegang kepalanya, ia merasa pusing. Masalah wanita itu saja belum selesai, sekarang dia malah dihadapkan dengan kehadiran adik-adiknya. Ia tidak mungkin mengambil tindakan gegabah, terlebih saat ini ada utusan Raltz di kastelnya.

***

Kedua vampir kecil ini, mereka adalah adik-adik dari Rai, Riki Harrison de Haltz dan Rika Harrison de Haltz. Sejak lahir mereka diberikan ke keluarga utama Raltz untuk diasuh.

Dalam setiap klan keluarga utama, mereka hanya akan bisa melahirkan satu anak saja dan pasti berjenis kelamin laki-laki. Anak tersebutlah yang nantinya akan terpilih menjadi pemimpin klan.

Tapi, entah kenapa, dalam keluarga utama Haltz, mereka bisa melahirkan tiga anak. Mereka bahkan melahirkan vampir kembar, yang salah satunya berjenis kelamin perempuan.

Tentunya ini merupakan kasus unik dan Harawaltz kemudian mengambil kesempatan melalui kasus ini. Harawaltz akhirnya melakukan intervensi dalam klan Haltz yang sebelumnya tidak akan pernah bisa dilakukan karena kekuatan besar yang mereka miliki.

Kelahiran Riki dan Rika pun menjadi suatu perdebatan dan membuat kredibilitas Klan Haltz menjadi turun. Mau tidak mau, Rai yang saat ini sudah menjadi pemimpin Klan Haltz menggantikan ayahnya yang sudah wafat, membuat keputusan.

Dia memberikan Riki dan Rika berdasarkan suatu perjanjian ke Klan Raltz untuk diasuh sampai umur mereka menginjak sepuluh tahun, lalu dia akan datang menjemput mereka.

Tapi, dua tahun sudah berlalu sejak perjanjian itu berakhir, Rai sama sekali tidak menjemput mereka, hingga akhirnya Klan Raltz mengirim kembali Riki dan Rika ke Klan Haltz.

"Cepat bawa wanita itu ke sini," perintah Rai pada Al dan mengabaikan permasalahan adik-adiknya yang telah kembali.

Mendengar kata wanita, membuat Iki dan Ika saling berpandangan. "Apa ini istri kak Rai?" tanya Ika dalam batinnya. "Dia sudah menikah?" tanya Iki juga dalam batinnya.