webnovel

6. Hujan yang manis

"Clara. Memangnya gue menawari lo tumpangan pulang bareng?" tanya Saga dengan ketus dan tatapan tajamnya. Selama Saga mengenal Clara ia tak pernah sekalipun mengantarkan Clara pulang. Karena Saga sendiri selalu membatasi dirinya dan berusaha menghindar dari Clara.

Merasa diusir seperti itu tidak akan membuat Clara dengan mudahnya untuk menyingkir. Lagipula ialah yang pertama kali duduk di kursi ini dan Salsa tidak berhak merampasnya.

"Gak! Aku maunya pulang sama kamu sekarang. Uang saku punyaku habis, gak mungkin juga aku jalan kaki apalagi naik taksi," Clara mencari alasan lain, apapun itu Saga harus pulang bersamanya bukan dengan Salsa.

"Kenapa gak naik angkot aja? Kan lebih murah daripada taksi apalagi jalan kaki. Nanti kaki lo pegel terus kulit lo gosong mau?" Salsa setengah meledek pada Clara, sidah berani menamparnya di kelas tadi untung saja bu Nina tidak tau apa-apa daripada masalahnya dengan Clara akan semakin panjang dan rumit.

Clara berdecak kesal, apa Salsa ini memaksanya untuk pergi dan merasa menang karena bisa pulang bersama Saga? Oh tidak akan Clara biarkan karena jika terbiasa setiap harinya seperti ini maka Saga akan cinta mati dengan Salsa dan tak bisa melupakannya lalu nasib dirinya seperti dibuang dan di campakkan. Menyedihkan sekali. Tapi Clara tidak akan mengalah sedikitpun dari Salsa.

Karena tidak ada pilihan lain, maka Clara pun menggunakan trik drama agar Saga dengan berat hati akan mengantarkannya pulang yaitu dengan berpura-pura maag-nya kambuh.

"Aw! Saga, sshh...perutku sakit banget. T-tadi aku....gak makan apa-apa. Saga! Tolongg," Clara sangat menghayati aktingnya, sembari memegang perut bagian kiri.

Saga menghela nafasnya. "Gue tau itu cuma pura-pura. Sekarang turun atau gue yang akan seret lo keluar!" Saga meninggikan intonasi suaranya, rasa sabarnya sudah habis menghadapi sikap Clara.

Salsa terkekeh, Clara kemudian keluar dari mobil Saga. Tapi siapa tau kalau Clara menjambak rambut Salsa karena sudah emosi.

Saga berusaha memisahkan keduanya, menarik Salsa menjauh dari Clara. Gadis itu sudah gila, inilah alasan Saga enggan menyukai Clara.

"AWAS YA LO! TUNGGU AJA PEMBALASAN GUE!" Clara berteriak histeris karena tak bisa menghabisi Salsa hari ini juga, seharusnya rambut yang kecoklatan itu sudah botak ia tarik. Tapi karena beberapa murid yang belum pulang itu mengurungkan niatnya saat mrndengar keributan itu berasal dari sumbernya. Clara tidak mau reputasinya jatuh sebagai gebetan Saga yang baik hati, ia harus main cantik untuk menyingkirkan Salsa.

"Lo gak terluka kan? Maafin Clara ya?" Saga tampak begitu khawatir dengan Salsa. Clara beringas juga saat marah, Saga sampai kewalahan memisahkannya tadi.

Salsa menggeleng pelan. "Gue aman. Maklumi aja Clara emang gitu. Dia iri dan gak ikhlas kalau gue jadi pacar lo," sebenarnya Salsa tidak ingin terlalu dekat dan semakin jauh mengenal Saga, tapi takdinya seolah mempermainkan terutama orang tuanya karena Morgan Group hampir bangkrut sampai meminta bantuan Saga dan menjalin kasih bersama cowok itu, kemudian saat Salsa akan menolak permintaan papanya itu karena Salsa sendiri berjanji akan mempertahankan hubungannya dengan Arsen meskipun orang tuanya tak merestui.

"Tadi kenapa gak ke kantin? Gak laper emang?" tanya Saga. Entah kenapa ia ingin mengobrol dengan Salsa mungkin Saga mulai nyaman.

"Lagi males aja," jawab Salsa lesu. Karena ada Clara yang pastinya akan membuat kekacauan di kantin. Salsa tidak ingin berurusan dengan guru BK.

"Gimana kalau mampir makan bentar aja? Jangan telat makan," ujar Saga dengan perhatiannya. Apa ia sudah mulai membuka hatinya untuk Salsa? Saga sendiri tidak tau, tapi berada di dekat Salsa ia merasa nyaman. Jika sandiwara ini hanya berlangsung selama dua bulan maka Saga meminta waktu untuk mengulurnya lebih lama lagi ia ingin berlama-lama dengan Salsa merasakan indahnya jatuh cinta untuk pertama kalinya bagi seorang Saga.

Salsa mengangguk. "Boleh juga tapi bayarin ya?" Salsa terkekeh melihat raut wajah Saga yang masam.

"Cuacanya mendung banget. Apa mau hujan ya?" Salsa keluar dari mobil Saga, angin yang berhembus dingin itu menembus kulitnya. Salsa kedinginan, kedua tangannya menyatu dan menggosok dengan meniupnya beberapa kali mencari kehangatan.

Saga menoleh menyadari Salsa yang tengah kedinginan itu. "Pakai jaket gue aja ya? Daripada lo masuk angin," Saga memakaikan jaket miliknya itu menutupi tangan Salsa yang terbuka.

Salsa merasa canggung, Saga perhatian sekali. "Makasih," senyumnya di paksakan. Salsa merasakan ada yang aneh dengan hatinya. Ah bukan, Saga hanyalah pacar pura-puranya selama 2 bulan ke depan setelah itu selesai dan Salsa kembali dengan Arsen.

"Kalau gitu makanannya di bungkus aja. Daripada nanti keburu hujan," ucap Saga memberikan saran. Selain itu juga ia tidak ingin Salsa sakit tapi Saga gengsi mengatakannya nanti Salsa baper.

"Kok di bungkus sih? Kan aku maunya makan-"

Hujan deras seperti tersapu oleh angin itu membasahi jalanan. Saga dengan cepat menarik Salsa masuk ke dalam mobilnya.

"Saga, kita gak jadi makan ya?" tanya Salsa dengan perasaan kecewanya.

"Biar gue aja ya yang ke kafe? Lo disini," Saga mengambil payung yang selalu ia bawa.

Salsa menggeleng. "Gak perlu Saga. Anterin gue pulang aja," Salsa tak ingin berhutang banyak pada Saga yang baik. Karena pulang bersama Saga hanyalah permintaan dari sang papanya.

Selama perjalanan itu, Saga bertanya hal-hal kecil namun bagi Salsa membuat hatinya merasakan desiran aneh seperti saat ia bersama Arsen. Mungkinkah ini yang di sebut dengan cinta?

Salsa menggeleng. Tidak ia tidak boleh terlalu mempercayai perhatian Saga.

'Inget Salsa, ada hati yang harus lo jaga yaitu Arsen!' serunya dalam hati.

"Kalau gue jatuh cinta beneran sama lo gimana?" tanya Saga membuat Salsa berteriak karena terkejut. Saga terperanjat kaget. "Biasa aja dong. Gue kan cuma tanya," ujarnya ketus.

Salsa terkekeh. "Gak mungkin. Karena lo kan pasti udah punya pacar yang lebih cantik dan kaya daripada gue. Lagipula gak mungkin hati gue dibagi jadi dua," ucap Salsa mencairkan suasana. Saga langsung diam.

"Gue gak punya pacar. Kecuali itu lo Salsa," tanpa menoleh sedikit pun Saga mengatakan itu dengan kejujurannya.

Salsa masih tak percaya. Benarkah ini? Hanya dirinya seorang yang menjadi kekasih Saga?

"Pasti ada. Gak usah bohong!" seru Salsa hatinya mulai gelisah. Ingin sekali ia sampai di rumah dan segera menjauh dari Saga, berada dalam satu mobil seperti ini membuatnya salah tingkah.

Saga menggeleng. "Udah sampai rumah lo. Pertama kali punya pacar itu cuma sama lo aja. Dan untuk Clara dia bukan siapa-siapa gue," Saga mengatakan ungkapan isi hatinya yang terpenting dirinya sudah jujur kepada Salsa terkecuali Clara karena memang sejak dulu Saga tidak ada rasa dengan cewek bar-bar itu.

Salsa pun segera turun dan bergegas masuk ke dalam rumahnya. Jantungnya deg-degan dengan pernyataan Saga beberapa menit yang lalu. Salsa menarik nafas dan menghembuskannya menetralkan rasa gugupnya. Tidak mungkin selama ini Saga tak pernah menjalin cinta dengan seorang kekasih. Tapi apakah itu benar? Salsa tidak terlalu memikirkannya lebih jauh toh sudah jelas Saga selalu risih saat Clara mencoba mengusiknya.

Selesai mengganti seragamnya dengan pakaian biasa, Salsa hanya berdiam diri di kamar. Ia masih ingin memikirkan Saga.

"Jika itu benar gue gak akan terlalu berharap sama Saga. Karena pada dasarnya nanti akan sakit hati juga," Salsa bermonolong sendiri. Menatap langit-langit kamarnya membayangkan senyuman Saga disana. Apa? Senyuman? Salsa menggeleng mencoba mengenyahkan pikirannya dari bayang-bayang Saga.

Hujan dengan kenangan manisnya karena Saga jujur dengan perasaannya tapi Salsa tak bisa menampik bahwa ia juga mulai nyaman dengan Saga tapi bukan berarti ia memiliki perasaan yang sama.

Ting!

Sebuah pesan masuk. Saat Salsa melihat siapa pemgirimnya ternyata Arsen, ia sedikit merasa bersalah karena telah mencari alasan dan berbohong. Pasti Arsen sekarang masih di sekolah karena mengikuti music band ekskul.

Arsen

Kamu kenapa gak masuk lukis? Aku tadi tanya sama Putri tapi katanya kamu udah pulang. Kenapa gak ngabari aku dulu?

Salsa bingung mau membalasnya atau diam. Haruskah ia memberikan penjelasan dan jujur pada Arsen? Bagaimana reaksinya nanti jika Arsen tau ia pulang bersama Saga?

***

Bersambung...