webnovel

Princess Secret

Valerie, perempuan berumur dua puluh tahun pekerja keras. Dua pekerjaan dan kuliah bidang kedokteran sudah menjadi kesehariannya, gadis yang paling menyukai mencari uang segalanya. Sampai ia baru mendapatkan gaji harus rela tertembak oleh orang misterius. "Kenapa aku mengalami hal ini?! aku hanya ingin mencari uang dan bersenang-senang!" ____________ Cover @pinterest edit @HanaHima Karya Original @HanaHima Word 1500-2500

HanaHima · ファンタジー
レビュー数が足りません
7 Chs

Perempuan peracik dan chef

Sinar matahari sudah berada di atas kepala, Suasana di sekitar semakin panas. Sangat jarang di musim panas terlihat orang-orang yang keluar dari gedung pada siang hari, termasuk gadis memakai kaus biru laut tanpa lengan dan celana pendek senada.

Namun, panggilan mendadak dari tempat bekerja membuat terpaksa untuk keluar dari apartemen. Gadis bersurai kecoklatan itu mengikat tinggi itu mengusap keringat di wajah, "dasar manager, awas saja hari ini tidam kasih gaji lembur."

Gadis itu terus bergumam kesal dengan bahasa mandarin yang dipelajarin sejak kecil, membuat orang di bis hanya menatapnya pandangan aneh dan kesal. Saat masih bergumam, tas selempang bergetar lalu mengambil handphone, hanya melihat nama pesan langsung menyimpan handphone dalam tas.

Ia menghela napas, siang hari di terik matahari sudah merasa firasat buruk. "Semoga hari ini dia tidak datang, pukul sembilan malam harus ke Bar juga, belum tugas harus dikumpulkan besok," keluhnya menatap pemandangan diluar. menompa kepala tanpa peduli dengan orang yang disebelah menatap heran.

Sampai di Distrik Restoran mewah, gadis bola mata kelabu itu turun dari bis, berlari ke restoran yang menyediakan makanan khas asia. Membuka pintu belakang, gadis itu langsung ke loker ganti pakaian wanita.

Pakaian sederhana diganti oleh pakaian putih chef, baju panjang dan celana panjang berwarna putih, tidak lupa topi untuk menutupi rambut. Gadis itu menghirup udara sejuk karena AC, duduk sebentar sambil minum air untuk menghilangkan rasa lelah dan sedikit cemilan untuk penahan lapar.

"Valerie, cepat ke dapur. Kamu tahu pelanggan ingin makan masakan kamu?" Tiba-tiba suara wanita yang dikenalin olehnya terdengar. Gadis berumur dua puluh tahun tersenyum dan membalas wanita itu, "sebentar lagi, aku berlari ke sini. Kamu tahu, aku kemarin lembur sampai jam sepuluh malam, hari ini seharusnya libur, tetapi manager menyuruhku masuk."

Wanita itu ketawa, seperti biasa gadis tubuh mungil itu selalu terbuka berbagai hal, "ship ku sudah berakhir. Semoga berhasil," ucap wanita itu menepuk bahu Valerie kemudian berjalan keluar ruangan.

Gadis bernama Valerie itu, menghela napas berat mengikuti keluar ruang loker menuju dapur untuk kembali bekerja.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Di dalam dapur restoran begitu sibuk, Valerie terus mengaduk sup dan saus sambil memberi perintah terhadap bawahannya, koki-koki magang kesulitan mengikuti ritme perempuan mungil itu. "Kamu mata sipit, letakan enam piring di sini!" perintahnya dengan sabar.

Kedua tangan dan terus bergerak dengan intruksi Valerie sekali-kali ke koki-koki magang. "Berikan ini ke meja nomor satu," ucap Valerie memberikan tiga piring terakhir setelah pukul tujuh malam, shipnya berakhir.

Valerie tersenyum miring, "Sampai jumpa semua, ship aku sudah berakhir. Chef Edward akan menggantikan aku, semoga berhasil." Ia sengaja menekan kalimat kedua, senyuman miring menatap bawahan dan magang di dapur.

"Kenapa harus Chef Edward?"

"Sialan, aku tidak mau!"

"Apa aku harus pura-pura sakit? Chef Edward terlalu kejam!"

Valerie hanya tertawa senang melihat anak bawahan mengumpat terang-terangan sebelum ada Chef yang terkenal dengan kekejamannya dalam hal masakan, kecuali anak magang hari ini masuk hanya menatap bingung orang-orang.

Setelah ganti pakaian warna biru langitnya, tidak lupa ia memakai sweater yang sengaja ditinggalkan di loker menutupi dirinya kalau kerja ke Bar lalu ia berjalan sambil membaca buku pelajaran struktur manusia.

Valerie tidak ke halte bis atau berhenti taksi, pekerjaan keduanya kurang lebih tiga puluh menit sampai melewati jalan terpendek. Karena terbiasa belajar sambil jalan, ia sama sekali tidak menabrak orang dijalanan.

Handphone bergetar kembali, ia melihat pesan gajinya sudah cair. Gadis bertubuh asia itu tidak berhenti tersenyum lebar melihat saldo gaji pokok ditambah gaji lembur juga bonus, tinggal gaji di Bar belum cair.

Setelah sampai di pintu belakang Bar, ia langsung menuju loker untuk mengganti dengan seragam khas bartender. Kemeja putih dengan rok pendek selutut berwarna merah gelap, Valerie membawa peralatan make up untuk terlihat lebih dewasa dan sepatu higheel.

Ia melihat ke depan cermin, menjadi bartender harus terlihat rapi dan segar ke pengunjung, tidak berlebihan ataupun pucat. Rambut kecoklatan yang tadi berantakan sudah di sisir sampai pinggang lalu ikat menyerupai ekor kuda.

Melihat dirinya sudah rapi dan segar, ia pun menuju meja penuh dengan botol-botol dan suara bising. "Hei, Bos berada di mana sekarang?" tanya Valeria menepuk rekan kerjanya yang sedang menggosok gelas kecil.

"Dia sedang pergi, sana layanin Tuan Brian, dia menunggumu," jawab pria lebih sangat tinggi, Valerie tersenyum miris. Rekannya ini tinggi 192 cm, sedangkan ia 158 cm, normal di asia tetapi pendek di eropa, tempat ia dilahirkan dan dibesarkan Negara Inggris.

"Apa kabar Tuan Brian, segelas Mojito seperti biasa?"

Wajah pria berumur hampir kepala tiga ini tersenyum kecil dan mengangguk saat gadis kecil langganan datang. Gadis mungil dengan tangan yang terampil mulai membuat mojito.

Bagi seorang bartender lebih sulit membuat minuman mojito dari pada minuman yang lain, termasuk Valerie saat itu. Sekarang, ia sudah terbiasa dengan minuman mojito karena bagi orang-orang minuman buatannya sangat lezat sampai punya langganan tetap, Tuan Brian tanpa terkecuali.

"Kamu tahu, Kecil? saya dibilang selingkuh oleh wanitaku, padahal hanya pekerjaan saya saja," ucap Brian mulai sesi keluh kesahnya, Valerie tersenyum mendengarkan sambil memasukan air jeruk nipis ke gelas shaker untuk dikocok.

"Kamu tahu sendiri aku ditugaskan di sini untuk mengawasi mereka, tetapi dituduh selingkuh sama wanitaku...," Brian menghela napas panjang, "... andaikan aku sama wanitaku dekat, sudah menjelaskan panjang lebar sambil mesraan."

Valerie mengambil gelas collins yang sudah didinginkan terlebih dahulu. "kenapa tidak menjelaskan di handphone, teknologi semakin canggih, Tuan. Tidak perlu mengirim surat seperti biasanya."

"Di sana tidak ada handphone, Kecil. kalau pun ada, akan merusak alam dan mereka akan marah," keluh Brian menangis sambil memukul meja, beruntung meja pengunjung terpisah beberapa senti dari meja bartender.

Kadang Valerie bingung dengan penjelasan pelanggan tetapnya itu, tetapi demu kesopanan ia tetap menjawab.

"Gimana kalau anda meminta libur dengan atasan? walaupun hanya dua tiga hari, bisa mengobati rasa rindu."

"Kamu ingin aku dibunuh?"

"Tuan, liburan itu butuh oleh semua makhluk hidup, atasan anda pasti mengerti," sarannya sambil menuangkan es ke dalam gelas secara hati-hati.

"Atasan aku saja tidak pernah berlibur, gimana saya sebagai bawahan minta libur?"

Valerie sedikit terkejut, tetapi melihat dirinya juga sangat jarang liburan tidak berkomentar liburan lagi.

"Kalau gitu belilah oleh-oleh sebanyaknya khusus wanita di sini, pasti wanitamu tidak akan menolak, Tuan," jelas Valerie sambil meletakan minuman Mojito yang sudah jadi, Brian mengambil gelas terisi Mojito dan menyegarkan tenggorokannya.

Valerie sudah terlalu sering mendengar keluh kesah pengunjung Bar. Walaupun bukan Bar besar yang terisi orang-orang untuk onenight, tetapi Bar ini terdengar minuman berbagai rasa yang unik.

Contoh minuman mojito buatan Valerie yang berasa asam, manis, dan segar ada rasa lain didalamnya sesuai suasana hati. Tuan Brian meminta minuman mojito karena akan lama berada di sini dan pasti membutuhkan rasa pahit untuk keluh kesah. Maka dari itu, Valeria membuat sedikit rasa pahit tercampur jadi satu yang bisa merasakan kelezatan ingin keluh kesah sebanyak-banyakannya.

Valerie mulai sibuk, banyak pesanan minuman. Bartender hanya empat orang hari ini mulai kelawahan, sampai Tuan Brian memesan mojito lagi, perempuan itu menatapnya dingin. Melihat gadis kecil itu menatapnya kesal, seperti bilang kalau mesan mojito lagi, kau akan ku usir dari sini.

Semakin malam, semakin ramai. Padahal besok bukan hari libur, tetapi banyak yang berkunjung ke bar. Barulah pukul lima pagi sudah sepi, hanya tiga orang, termasuk Tuan Brian masih duduk tepat depan Valerie bekerja.

Valerie membuka kerah dua kancing dan dasi pita yang selama ini melekat, mengipas dirinya menggunakan kertas yang sudah berbentuk kipas. "Pengunjung hari ini benar-benar ramai, aku pulang lebih cepat. Siang harus kumpulkan tugas dan baru satu perempat selesai...," Valerie menghela napas lalu mulai mengelap meja, "... maafkan kakak-kakak, aku tinggal dulu. Kalau aku gaji nanti traktir kakak roti. Sampai jumpa."

Ketiga bartender dan pengunjung tertawa, terdengar oleh Valerie sampai wajah sedikit memerah. Ia pun buru-buru berpakaian, lalu kembari ke apartemen sederhananya.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

"Roti, daging, selai coklat, sayuran, minuman dingin, dan keripik. Hari ini hanya mengerjakan tugas, lalu bermalas-malasan," ucap Valerie sehabis belanja, senyuman terus dihiasin oleh wajah manisnya. Namun, saat tangga terakhir dinaikin, ia melihat seseorang yang harusnya tidak ditemui.

"Kamu! gadis nakal! Sudah mengabaikan pesan dan telepon saya! tidak tahu diri kamu, gara-gara kamu dia meninggal!" teriak seorang wanita gemuk dengan perhiasan mencolok. Valerie tidak terima dihina membalas, "itu sudah puluhan tahun berlalu! saya hidup juga dari warisan orang tua saya! anda dan saudara-saudara anda yang sangat serakah mengambil waris yang seharusnya menjadi milik saya!"

"Kau-"

Tiba-tiba rambutnya ditarik ke depan, tidak hanya itu wanita gemuk itu mencakar wajahnya dengan kuku-kuku tajam. Valerie mendorong wanita itu sampai jauh, tidak hanya itu gadis mungil itu menginjak wajah sang bibi dengan tenaga.

Namun, ia tidak memperhatian penjaga bibi melihat dirinya menyiksa, mereka mulai berjalan ke arahnya. Langkah gesit mulai menurunin tangga, "bajingan, awas kau!" teriak wanita gemuk itu, dihiraukan olehnya.

Ia bisa saja berantem melawan empat penjaga itu, tetapi ia melihat pistol yang siap ditembak kapan saja. Valerie tidak terima mati mengenaskan, apalagi kematiannya membawa berkah untuk wanita gemuk itu dan mereka.

Dor!

Valerie berhenti menurunin tangga, darah mulai mengalir tepat sebelah jantungnya. Bukan para penjaga yang menembaknya, mereka masih jauh di atas. Namun, sosok berpakaian serba hitam dan topeng menutupin setengah wajah atasnya.

Varelie langsung jatuh dengan mata menatap tajam pelaku yang membunuhnya. 'Brengsek! Aku akan getayangin mu sampai kau tidak bisa hidup!' ucap batinnya sambil menekan darah di dada sebelah kiri.

Wajah tanpa eksresi itu meninggalkan dirinya yang sudah sekarat. Penglihatan Valerie mulai menurun, hal terakhir yang dia ingat adalah gajian bersamaan dalam dua tempat belum dirasain sama sekali.

----------------

Jangan Lupa Untuk Menekan ❤ dan Like.