webnovel

Sikap Drak Yang Tidak Baik

Meski Peri Musik, masih merasa heran dengan sikap Ximena, namun dia tidak mau memperpusingkan masalah ini.

Yang terpenting baginya, Putri Ximena tidak lagi menjadi gadis yang menyushkan dirinya sebagai seorang Peri Musik.

"Rosela!" panggil Ratu Vivian kepada Peri itu.

Peri musik menoleh, kearah sang Ratu.

'Rosela' adalah nama asli si Peri Musik. Dan nama itu jarang ada yang menggunakan kecuali Ratu Vivian dan para orang-orang terdekatnya. Para Peri lain memanggil Rosela dengan sebutan 'Peri Musik'

"Ratu Vivian," Peri Musik menundukkan  kepalanya sebagai tanda hormat.

"Bagaimana dengan perkembangan putriku?" tanya Ratu Vivian.

"Sangat bagus, Ratu. Tuan Putri Ximena terlihat seperti gadis berbakat di bidang musik. Dan bertolak belakang dengan Tuan Putri yang kukenal!" jelas Rosela atau si Peri Musik.

"Apa kau mencurigainya?"

Rosela terdiam sesaat, "Benar. Saya agak curiga, Ratu. Dia seperti bukan Tuan Putri Ximena," jawab Rosela.

"Dia memang bukan Ximena. Namanya Pamela." Ujar Ratu Vivian, tentu saja kalimat itu membuat Rosela begitu kaget. Dia tak menyangka jika dugaannya benar. Bahwa yang sedang belajar alat musik dengannya bukanlah Ximena, melainkan gadis lain yang bernama Pamela.

"Aku bercerita kepadamu, agar kau tidak kaget, Rosela.  Dan kau tidak perlu heran dengan tingkah aneh Putri baruku. Yang harus kau lakukan adalah melatihnya hingga mahir bermain musik. Dan kau juga harus merahasiakan  identitasnya dari para Peri lain. Apa kau paham?"

"Baik, Ratu Vivian. Saya paham. Saya akan melakukan tugas saya dengan benar!" jawab Rosela tegas.

"Bagus. Kalau begitu aku pergi dulu, ya!"

"Baiklah, Ratu," Rosela menundukkan  kepalanya sesaat. Dan memandang nanar kepergian sang Ratu.

Ratu Vivian memang sengaja menunjukkan  identitas Pamela kepada Rosela. Kerena wanita itu adalah salah seorang Peri kepercayaannya.

Dan dia yakin dengan begini Rosela, akan melatih Pamela dengan baik tanpa harus menyimpan kecurigaan atas perbedaan sikap Ximena.

Selain itu Ratu Vivian juga yakin jika Rosela akan menjaga rahasia ini dengan baik.

*****

Satu bulan telah berlalu, dan Pamela sudah mulai mahir memainkan biolanya.

"Rosela, bagaimana permainanku kali ini?" tanya Pamela seraya menaruh busur  biola di atas meja.

"Sangat sempurna, Tuan Putri," jawab Rosela si Peri Musik.

"Ah, Benrakah" Pamela tampak antusias mendengarnya. "Tapi ... sayangnya, ini akan menjadi latihanku yang terakhir, karena esok adalah hari pernikahanku," tukas Pamela seraya menundukkan kepalanya.

"Kenapa kelihatan sedih? Bukankah, Tuan Putri, menyukai perjodohan ini?" tanya Rosela. Selama menjadi pelatih bagi Pamela, hubungan Rosela dan Pamela sangat baik, dan kian dekat. Sehingga tak jarang Pamela menceritakan segala isi hatinya kepada Rosela.

"Yah ... aku memang  menyukainya, namun  entah mengapa ... semakin dekat pernikahanku, semakin aku merasa takut dan ragu," ujar Pamela.

Rosela memegang pundak Pamela, dan meyakinkan Pamela bahwa semua akan berjalan dengan lancar.

"Percayalah, Tuan Putri. Pasti Anda bisa melewati semua ini,"

"Iya, Rosela. Terima kasih,"

Tak lama Camelia menjemput Pamela. Dan wanita itu mengajaknya ke taman istana, karena Drak sudah menunggunya di sana.

*****

"Sebelum menemui Pangeran, sebaiknya Tuan Putri, bersolek terlebih dahulu," ujar Camelia.

"Bertemu dengan Pangeran? Maksudnya Drak?" tanya Pamela memastikan. Karena Camelia belum sempat menceritakan saat menjemputnya tadi.

"Benar, Tuan Putri,"

"Ah, bagaimana bisa? Kenapa tidak bicara denganku sebelumnya?" Pamela mendengus kesal, "ini terlalu mendadak," gumamnya.

"Maafkan saya, Tuan Putri. Karena Ratu baru saja memberutahu saya,"

"Yasudah, tolong buat wajahku menjadi cantik, ya,"

"Baik, Tuan Putri."

Camelia merias wajah Pamela dengan tangannya, dan sebagian dengan kemampuan sihir.

Hanya beberapa menit saja penampilan Pamela benar-benar terlihat sempurna.

Pamela tampak takjub memandang wajahnya di depan cermin.

"Andai saja ini adalah wajah asliku," Pamela tersenyum seraya meraba kedua pipi. Kulitnya benar-benar lembut dan berkilau. Tak ada sedikitpun bekas jerawat atau noda hitam. Benar-benar sempurna.

"Tuan Putri, akan menjadi cantik sempurna dengan wajah Anda sendiri, setelah misi Anda selesai," ujar Camelia.

"Maksudnya apa?" tanya Pamela.

"Ratu bilang jika beliau akan  mengubah wajah asli Anda yang kusam itu, menjadi cantik bercahaya," jelas Camelia.

"Benarkah?" Pamela tampak antusias mendengar ucapan Pelayan Pribadinya itu.

"Tentu saja. Ratu Vivian itu tidak pernah ingkar janji,"

"Ah, syukurlah ... akhirnya aku akan memiliki wajah cantik, tanpa menggunakan bentuk wajah orang lain," gumam Pamela.

Kemudian keduanya pergi ke taman.

Dan keadaan taman itu terlihat berbeda, para Peri lain tidak diperbolehkan berada di taman sisi barat, mereka dialihkan ke bagian sisi timur, utara, dan selatan.

Bagian sisi barat, dikhususkan menjadi tempat berkencan bagi Pamela dan Drak.

"Pangeran sudah ada di sana, Tuan Putri? " tukas Camelia seraya menunjuk tempat yang dimaksud.

"Wah, iya! Huft ... aku semakin deg-degan saja,"

"Tenangkan hati, Tuan Putri. Jangan sampai bertingkah mencurigakan. Anda sudah hafal semua tentang Putri Ximena, 'kan?"

"Iya, Camelia. Aku sudah paham!" Pamela menghela napas sesaat, untuk mempersiapkan mental menghadapi Drak.

Setelah itu dia berjalannya mendekat dengan langkah yang anggun.

"Selamat siang, Pangeran Drak," sapa Pamela dengan ramah.

"Siang." Balas Drak dengan singkat. "Duduklah!" suruh Drak.

"Maaf, ini istana saya, harusnya yang menyuruh Anda duduk itu saya. Bukan Anda," protes Pamela, namun masih dengan nada bicara yang santun.

Drak mendengus kesal. "Ah, masa bodo!" sengutnya.

Baru beberapa detik berbicara saja, Pamela sudah dapat merasakan sifat Drak yang kurang baik.

"Terima kasih, sudah mau datang kemari, Pangeran Drak," ucap Pamela.

"Hei, Ximena! Jangan pura-pura manis kamu! Aku tahu jika kamu adalah putri yang tidak beradap! Jadi berlakulah sesuai tingkah alamimu! Tidak perlu sok anggun!" cerca Pangeran Drak.

"Ah, benar-bebar menyebalkan," gumam Pamela.

"Kau tadi bilang apa?!" tanya Drak dengan nada tinggi.

"Pangeran, tidak baik berbicara dengan nada seperti itu. Apalagi saya ini calon istri, Anda,"

"Cih! Sejak kapan kamu begitu menjunjung tinggi perjodohan ini? Aku tahu jika sebenarnya kamu melakukannya dengan terpaksa, 'kan?!"

"Dengar, Ximena, aku tidak akan tertipu dengan sikap manis dan lembutmu itu!" pekik Pangeran Drak.

"Maksud Anda, apa? Saya berlaku seperti ini, karena saya ingin perjodohan kita supaya berjalan lancar. Dan kenapa Anda malah bertingkah kasar? Inikah yang di sebut kencan?"

"Yah, aku akan bertingkah lembut jika kau bertingkah seperti Ximena yang kasar seperti dulu! Dan tidak kepada Ximena yang pura-pura anggun seperti ini! Kalau begini caranya aku akan terus memperlihatkan sikap alamiku yang kasar ini! Dan kau akan menyesal dengan perjodohan ini!" ancam Drak.

"Kenapa Pangeran, berbicara begitu? Bukankah Ratu dan Anda sangat mendambakan perjodohan ini? Lalu mengapa Anda bersikap kasar kepada saya?" protes Pamela.

"Yang mendambakan perjodohan ini adalah Ibuku. Aku yang pura-pura menikmatinya. Dan kedatanganku kemari karena aku ingin berunding denganmu!"

"Pangeran, ingin berunding tentang apa?"

"Tentang aku yang ingin bahwa kita pura-pura menikmati perjodohan ini, dan dengan begitu Ibu akan melepaskan Raja Sky. Karena jujur aku sudah muak melihat keberadaan ayahmu di dalam istanku!" ucap Drak dengan penuh ekspresi kesalnya.

Bersambung ....