webnovel

3. Wajahnya sedingin es di kutub Utara

Di dalam bus yang menuju ke stasiun pemberhentian tujuan Tongcai hampir tiba.

Di dalam bus, orang orang tampak sibuk dengan kegiatannya masing masing tak ada yang begitu peduli apa pun yang di lakukan orang di samping kiri kanan nya.

Kecuali jika dengan sengaja mengganggu. Tongcai mulai memikirkan pria yang mengendarai Perarri hitam di seberang jalan tadi. Rasa nya seperti tidak asing bagi nya tapi tidak mungkin juga dirinya pernah bertemu dengan pria sekaya dia atau hanya sedang bermimpi di pagi buta begini.

Suara berita di ponsel salah satu penumpang bus terdengar begitu jelas di telinga Tongcai, "Seorang CEO muda yang sangat berbakat, ya? Bahkan saya sangat takjub mendengar prestasi apa yang sudah dia capai. Di usia nya yang masih begitu muda dia sudah memimpin sebuah perusahaan besar yang mungkin seharusnya di pimpin oleh orang yang lebih dewasa"

"Bahkan saya dengar, dia merupakan lulusan terbaik dari Universitas Australia, apakah itu benar?", seorang presenter berita pagi ini memberikan berita tentang seorang CEO.

Membenarkan dasi di kerahnya, kemudian menjawab dengan santai, "Yah, sayang nya itu benar sekali, bagaimana bisa saya menyangkal apa yang anda katakan. Itu memang benar apa ada nya, saya hanya memberi jawaban sesuai apa yang saya ketahui", jawab pria yang mengenakan jas setelan hitam di dalam berita itu juga.

Dengan senyum, presenter melanjut kan pertanyaannya mengenai CEO itu," Sungguh orang tua yang sangat beruntung bisa memiliki putra sehebat dia, bisa kah saya bertanya nama CEO itu? Rasa nya sangat di sayangkan jika seorang yang sangat berpengaruh tapi tidak di kenal oleh orang lain selain Anda."

"Bagaimana, ya? Saya pun tidak punya hak untuk memberi tahu ke semua orang siapa kah sebenar nya CEO yang sudah menjadi misteri bagi setiap orang yang mendengar nya, tapi Saya sebagai seorang yang di percaya tidak berani sedikit pun untuk mengatakan bahkan satu huruf dari nama nya", jawab nya dengan jujur.

"Wah, sayang sekali ya, pak. Saya rasa semua orang sama seperti Saya, sangat penasaran siapa kah CEO itu. Tapi Saya sudah sangat beruntung dapat mengundang orang yang sangat di percaya CEO itu ke sini, ini merupakan suatu kehormatan besar bagi Saya"

"Baik lah pemirsa sekalian seperti yang Anda Anda dengar, bagaimana hebatnya CEO itu, bahkan dia tidak berniat untuk memamerkan kehebatan nya di depan publik. Saya sungguh salut dengan nya", presenter itu mengatakan dengan bangga dan senyum yang hampir mencapai telinga nya.

Benar kah? Siapa dia sampai dia tidak ingin tampil di depan publik? Dengan prestasi yang dia capai bagaimana mungkin dia tidak mau memberi tahu dunia tentang dirinya.

Tidak seperti para pendengar lainnya, Tongcai malah berpikir sebalik nya.

Aku rasa dia mempunyai wajah yang jelek, bagaimana tidak? Untuk menunjukkan jati diri nya saja dia tidak berani. Bukan kah ini kesempatan besar bagi nya jika dia ingin menjadi orang yang terkenal ini juga bisa menjadi keuntungan besar bagi perusahaan yang dia pimpin.

Rupa nya masih ada orang yang begitu bodoh dalam hal ini.

Dengan raut yang mengejek, Tongcai merasa CEO yang sedang menjadi berita utama di seluruh penjuru negara nya adalah orang yang bodoh.

Hatinya tersenyum, bahkan itu terlihat jelas di wajah nya. Ada binar binar kebahagiaan yang tidak jelas dapat di artikan orang yang melihat nya.

...

Di waktu yang sama, Liu Xingsheng sedang menatap layar tab di tangan nya.

Duduk dengan tenang di kursi penumpang, wajahnya sedingin es di kutub utara, sehingga mampu membuat siapa pun yang melihat nya akan menjadi beku seketika.

Tapi itu hanya menambah kesan kejantanan dan kharismatik yang sangat menggoda wanita yang melihat nya, bahkan jika hanya dengan wajah datar tanpa ekspresi dia mampu membuat barisan panjang sepanjang tembok besar China bahkan mungkin lebih hanya untuk melihat wajah nya dari dekat.

Tapi itu sangat mustahil bagi wanita mana pun, bagaimana tidak Liu Xingsheng tidak pernah muncul di depan wanita mana pun, hanya untuk mengenal nama nya pun tidak ada.

Teman nya, bahkan orang tua nya sendiri sempat berpikir dia tidak menyukai lawan jenis nya atau bisa di artikan sebagai Guy.

Mata nya menyipit mengernyit ketika mendengar kata 'Guy' di sebutkan oleh ibu nya sendiri. Anak nya Fai Hongli dia pikir dia adalah seorang Guy.

Hahaha, hati Liu Xingsheng tertawa bahkan hampir membuat nya perutnya sakit, bagaimana mungkin mama nya berpikir begitu tentang nya. Apakah dia terlihat begitu buruk?

Dengan wajah dingin Liu menanggapi ucapan ibunya, " Ma. Apakah mama berpikir Liu seorang Guy? Aku bukan Guy, hanya saja aku tidak ingin dekat dengan wanita mana pun. Itu hanya membuang buang waktu ku saja", jawab nya tegas masih tanpa ekspresi.

"...", oh syukurlah jika itu tidak benar.

Ibu nya hanya menanggapi sikap dingin anak nya dengan tenang, karena itu sudah memang diri nya yang sebenar nya. Bahkan malah sebaliknya Ibunya akan takut jika putra sulung nya ini tersenyum, itu merupakan hal yang mengerikan bagi nya.