"semoga misi ini berhasil. " Ucap pria berkulit putih pucat itu dalam hati.
~New Chaps~
Happy Reading 📖 💜
Setelah merasa yakin dengan rencananya kini pria berkulit putih pucat itu melangkahkan kaki jenjangnya dengan santai tak lupa memasang wajah datar andalannya, dia menghiraukan tatapan penuh harap dari beberapa gadis yang haus belaian.
Ah, sepertinya Gibran sengaja semakin memperlambat langkahnya karena dia sangat yakin bahwa gadis agresif itu akan sampai disekolah dalam beberapa menit kedepan. Untuk memastikan dugaannya pria berkulit putih pucat itu mulai menghitungnya mundur.
"lima... "
"empat... "
"tiga... "
"dua... "
"sa.. "
"GIBRAN TUNGGUIN AKU~" Suara teriakan manja itu keluar dari bibir seorang Laurent yang terkenal akan sikap agresifnya.
"ternyata dugaanku tak meleset, " Gumam pria berkulit putih pucat itu dengan suara pelan.
Dalam sekejap Laurent sudah melingkarkan tangannya di lengan kekar pria berkulit putih pucat yang kini sedang melihat kearahnya dengan tatapan yang sulit diartikan, namun itu justru membuat gadis tersebut menjadi salah tingkah.
"Kamu kenapa menatapku seperti itu? Apa ada yang salah dengan penampilanku?" Tanya Laurent sambil tersenyum malu-malu kucing.
"tidak, hari ini kau terlihat cantik dari sebelumnya, " Ujar pria berkulit putih pucat itu sambil tersenyum tipis. "ah, maafkan sikapku yang mungkin sudah membuatmu merasa kesal, " Sambungnya dengan memasang wajah penuh penyesalan padahal itu hanya bualannya saja.
"𝘖𝘔𝘎! 𝘐𝘯𝘪 𝘣𝘦𝘯𝘦𝘳𝘢𝘯 𝘎𝘪𝘣𝘳𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘯? 𝘈𝘬𝘶 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘣𝘦𝘳𝘮𝘪𝘮𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘯? " Gadis agresif itu menjerit dalam hati.
"kenapa kau diam saja? Apa kau tak memaafkanku? " Tanya Gibran dengan nada lesu.
"Aku sudah memaafkanmu Gib, tentang sikapmu itu sama sekali tidak masalah bagiku, " Sahut Laurent dengan penuh semangat.
"terimakasih, " Ucap pria berkulit putih pucat itu terlihat tulus.
"jangan berterimakasih seperti itu Gib, cukup kau tidak cuek lagi, hatiku sudah sangat bahagia kok, " Tutur Laurent sambil tersenyum tipis.
Pria berkulit putih pucat itu menganggukkan kepalanya pertanda mengerti, namun setelahnya dia memasang seringaian lebar dihatinya.
"𝘬𝘦𝘯𝘢 𝘬𝘢𝘶! " Ujarnya dalam hati.
"baiklah kalau begitu, ayo kita masuk kelas, " Kata Gibran basa-basi memulai aktingnya.
"ayo! " Sahut Laurent semangat.
Mungkin gadis agresif itu tidak menyadari dengan sikap Gibran yang tiba-tiba peduli kepadanya, karena pasalnya Laurent hanya menginginkan pria berkulit putih pucat itu kembali kepadanya.
Tentu saja hal ini mengundang perhatian semua siswa-siswi yang sedang duduk-duduk dikoridor, bisik-bisik tetangga pun mulai terdengar.
'𝘢𝘯𝘦𝘩, 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘬𝘢𝘬 𝘎𝘪𝘣𝘳𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘣𝘦𝘳𝘴𝘪𝘬𝘢𝘱 𝘭𝘦𝘮𝘣𝘶𝘵 𝘬𝘦𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘮𝘢𝘬 𝘭𝘢𝘮𝘱𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘯𝘪? '
'𝘦𝘯𝘵𝘢𝘩𝘭𝘢𝘩, 𝘢𝘱𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘱𝘢𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘺𝘢?'
'𝘴𝘦𝘳𝘪𝘶𝘴 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘱𝘢𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯? 𝘐𝘩 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘪𝘵𝘶 𝘵𝘦𝘳𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘱𝘢𝘭 𝘬𝘶 𝘬𝘢𝘳𝘢𝘮 𝘥𝘪𝘵𝘦𝘯𝘨𝘢𝘩 𝘭𝘢𝘶𝘵𝘢𝘯 𝘥𝘰𝘯𝘨, '
'𝘢𝘪𝘴𝘩 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘬𝘢𝘶, '
'𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘮𝘦𝘳𝘦𝘬𝘢 𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳-𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳 𝘱𝘢𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘦𝘵𝘶𝘫𝘶, 𝘮𝘦𝘮𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘪𝘩 𝘢𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘥𝘬𝘦𝘭, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘬𝘢𝘯 𝘢𝘬𝘶 𝘴𝘶𝘬𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘬 𝘎𝘪𝘣𝘳𝘢𝘯 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘬𝘦𝘬𝘢𝘴𝘪𝘩𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘬 𝘈𝘯𝘯𝘢, '
'𝘣𝘦𝘯𝘢𝘳! 𝘮𝘦𝘴𝘬𝘪𝘱𝘶𝘯 𝘬𝘢𝘬 𝘈𝘯𝘯𝘢 𝘤𝘢𝘯𝘵𝘪𝘬, 𝘵𝘢𝘱𝘪 𝘥𝘪𝘢 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘴𝘰𝘮𝘣𝘰𝘯𝘨, 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨𝘯𝘺𝘢 𝘧𝘳𝘪𝘦𝘯𝘥𝘭𝘺 𝘴𝘰 𝘬𝘢𝘭𝘢𝘶 𝘱𝘢𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘮𝘢 𝘬𝘢𝘬 𝘎𝘪𝘣𝘳𝘢𝘯 𝘴𝘢𝘯𝘨𝘢𝘵 𝘬𝘭𝘰𝘱'
'𝘵𝘢𝘩𝘶 𝘢𝘩, 𝘢𝘬𝘶 𝘵𝘢𝘬 𝘪𝘯𝘨𝘪𝘯 𝘮𝘦𝘯𝘤𝘢𝘮𝘱𝘶𝘳𝘪 𝘶𝘳𝘶𝘴𝘢𝘯 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘪𝘯, '
'𝘺𝘢𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩𝘭𝘢𝘩 𝘬𝘪𝘵𝘢 𝘩𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘧𝘢𝘯𝘴 𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘯𝘪𝘬𝘮𝘢𝘵𝘪 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘢𝘭𝘶𝘳𝘯𝘺𝘢, '
'𝘩𝘮𝘮 𝘣𝘵𝘸 𝘬𝘢𝘬 𝘈𝘯𝘯𝘢 𝘴𝘦𝘬𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘬𝘦𝘭𝘪𝘩𝘢𝘵𝘢𝘯, 𝘬𝘦𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘥𝘪𝘢? '
'𝘭𝘢𝘩 𝘪𝘺𝘢? 𝘬𝘦𝘯𝘢𝘱𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘢𝘳𝘶 𝘯𝘺𝘢𝘥𝘢𝘳 𝘺𝘢? '
'𝘱𝘢𝘯𝘵𝘢𝘴 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘵𝘢𝘥𝘪 𝘢𝘬𝘶 𝘮𝘦𝘳𝘢𝘴𝘢 𝘢𝘥𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘫𝘢𝘯𝘨𝘨𝘢𝘭, '
'𝘢𝘱𝘢𝘬𝘢𝘩 𝘥𝘪𝘢 𝘴𝘦𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘴𝘢𝘬𝘪𝘵? '
Dan begitulah komentar absurd dari siswa-siswi yang merupakan fans gelapnya dari sepasang saudara namun akan lebih sempurna jika keduanya menjalin hubungan sebagai kekasih maka tak heran siswa-siswi menge-𝘴𝘩𝘪𝘱 mereka dengan 𝘯𝘪𝘤𝘬𝘯𝘢𝘮𝘦 'Rana' (Gibran & Anna)
Oke abaikan yang diatas.
Kelas XII 𝘈
Ketika dua makhluk berbeda jenis kelamin itu masuk kedalam kelas dengan posisi yang tidak berubah sedikitpun hampir semua pasang mata memperhatikan mereka, bahkan ada yang sampai menganga dengan tidak elitnya, melotot tak percaya, dan lain sebagainya.
Tapi itu tidak membuat mereka terlihat malu, ups lebih tepatnya hanya Laurent yang tidak mempunyai urat malu sedikitpun. Buktinya sekarang gadis agresif itu semakin mempererat gelayutannya sambil tersenyum sok cantik. Sedangkan Gibran diam-diam mendengus sebal sebab dia merasa risih melihat kelakuan gadis agresif itu, jika tidak mengingat akan misinya mungkin dia sudah memporak-porandakannya dengan kalimat pedasnya masa bodo Laurent akan merasa sakit hati.
"Laurent lepasin ya, apa kau tak malu dilihat banyak orang? " Ujar pria berkulit putih pucat itu lembut.
"kenapa harus malu? Apa jangan-jangan kau merasa malu jika aku manja kepadamu? " Laurent mencerca dengan pertanyaan.
"tentu saja tidak, tapi mengertilah kita sudah berada dikelas jadi kamu jangan membuat kaum jomblo merasa iri akibat melihat kedekatan kita, " Jelas Gibran sambil tersenyum tipis.
"𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘥𝘢𝘱𝘢𝘵 𝘱𝘦𝘳𝘩𝘢𝘵𝘪𝘢𝘯 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘎𝘪𝘣𝘳𝘢𝘯 𝘭𝘢𝘨𝘪, 𝘬𝘶 𝘩𝘢𝘳𝘢𝘱 𝘨𝘢𝘥𝘪𝘴 𝘴𝘪𝘢𝘭𝘢𝘯 𝘪𝘵𝘶 𝘤𝘦𝘱𝘢𝘵 𝘮𝘶𝘴𝘯𝘢𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘥𝘶𝘯𝘪𝘢 𝘪𝘯𝘪. " Ucapnya dalam hati.
"ucapanmu benar juga, tapi jika istirahat tiba aku ingin pergi ke kantin bersamamu, " Sahut Laurent sambil merengek.
"jangankan ke kantin, ingin ke Mall atau kemanapun boleh, " Ucap Gibran dengan smirk samar.
"benarkah? Kamu tidak bercanda kan? " Tanya gadis agresif itu antusias.
Pria berkulit putih pucat itu hanya menganggukkan kepalanya saja sambil tersenyum smirk namun sangat samar sehingga tak ada yang menyadarinya termasuk Laurent sekalipun.
Setelah itu akhirnya mereka duduk dibangku miliknya masing-masing, baru saja pria berkulit putih pucat itu mendaratkan bokongnya sudah mendapatkan tatapan menuntut penjelasan dari sahabatnya.
"ck, kau jangan salah faham dahulu, " Ujar pria berkulit putih pucat itu dengan suara sangat pelan tak lupa decakan kesalnya.
"bagaimana aku tak salah faham, melihatmu berjalan berdua dengan nenek lampir itu? " Cerocos Adnan tak terima.
"sebenarnya aku melakukan itu karena terpaksa Nan, " Sahut Gibran malas.
"aishh setidaknya kau memberitahu alasannya kepadaku, " Gerutu pria berbahu lebar itu sambil mempoutkan bibir plum nya.
"astaga, kau ini lelaki tapi sifatnya seperti gadis yang sedang merajuk kepada kekasihnya, " Cibir Gibran.
"masa bodo, bukankah kau sudah berjanji kepadaku untuk selalu terbuka? " Ujar Adnan menuntut.
"ck, iya, tapi kau harus berjanji kepadaku untuk tidak membocorkannya kepada orang lain, " Jawab Gibran final namun terselip peringatan.
"nah begitu dong, bukannya dari tadi, " Ucap Adnan semangat.
Pria berkulit putih pucat itu merotasi kan bola matanya malas, karena menurutnya sikap Adnan satu sama dengan gadis labil ya walaupun terkadang terlihat lebih mengerikan pada situasi tertentu.
Diam-diam Rama tersenyum samar melihat sandiwara dari pria berkulit putih pucat itu yang entah sejak kapan menjadi teman dekatnya, menurutnya aktingnya patut diacungi dengan jempol karena targetnya tidak merasakan curiga sedikitpun.
Tapi meskipun begitu dia tidak boleh lengah untuk tetap mengawasi gerak-gerik nya karena bisa saja gadis agresif itu tiba-tiba curiga kepada mereka lalu kembali berujung melukai kesayangan ketiga pria tampan tersebut.
'''''
Di lain sisi pria 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 terlihat sangat tenang namun itu hanya dimata siswa-siswi yang satu kelas dengannya, memang raganya berada disana akan tetapi pikirannya semrawut karena sang pujaan hati masih betah tertidur lemah diatas ranjang pesakitan.
"Na, kapan kamu siuman? Apakah kau tak merindukanku? " Monolognya dengan suara purau.
Hal yang sama pun dirasakan oleh gadis berjuluk 𝘤𝘩𝘪𝘱𝘮𝘶𝘯𝘬 itu, bahkan dia tak peduli dengan penampilannya yang sedikit berantakan karena perasaannya semakin terpukul semenjak melihat sahabat satu-satunya belum siuman.
"hiks.. "
Satu suara isakkan lolos dari bibirnya, air matanya pun keluar dengan derasnya membasahi pipi gembilnya sehingga mengundang perhatian dari penghuni kelas tersebut namun mereka hanya melihatnya dengan raut wajah bertanya sedangkan John yang faham akan suasana hati sahabat kesayangannya (Anna) segera menariknya kedalam dekapan bukan bermaksud apa-apa tapi dia ingin temannya merasa tenang.
"sudah Bil jangan sedih lagi ya, aku yakin Anna pasti kuat menghadapinya selain itu kita juga harus tetap berdo'a meminta kepada Tuhan agar dia kembali bangun dari tidurnya, " Ujar pria berdimple itu lembut.
"hiks,,, t-tapi a-aku hiks,,, t-takut d-dia akan m-meninggalkanku, hiks,,, aku tak mau itu terjadi John, " Sahutnya lirih.
"sstt, kau jangan bicara seperti itu, intinya kita harus yakin bahwa dia bisa bertahan dan tidak akan meninggalkan kita semua. " Tutur John penuh kelembutan.
Gadis berjuluk chipmunk itu hanya menganggukkan kepalanya saja kemudian menarik diri dari acara peluk-pelukan khawatir akan menimbulkan kesalahpahaman.
"makasih John, sudah mengerti perasaanku, " Ucapnya lirih sambil menundukkan kepalanya.
John hanya menganggukkan kepalanya saja meskipun gadis didepannya tidak melihat.
"sebaiknya kau harus membasuh wajah dahulu, matamu bengkak, aku jadi tak yakin jika semalam kau tidur dengan nyenyak, " Ujar pria ber𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu diselingi cibiran.
"Aku begini karena sahabatku, bodoh! " Umpat Bilqis sambil mempoutkan bibirnya.
Meskipun begitu gadis berjuluk 𝘤𝘩𝘪𝘱𝘮𝘶𝘯𝘬 itu beranjak menuju toilet dengan menghentakkan kakinya sedangkan John hanya mampu menggelengkan kepalanya sambil tertawa geli melihat kelakuan Bilqis yang seperti sedang merajuk kepada kekasihnya.
Namun itu berlaku hanya beberapa detik saja karena pikirannya beralih tentang misi besarnya untuk menangkap pelakunya, dia penasaran apakah saudara kandungnya berhasil mengelabuhi nenek lampir sekaligus pelaku yang sebenarnya?
Astaga dia hampir saja melupakan sosok pria berparas 𝘢𝘯𝘪𝘮𝘦, bukankah dia juga termasuk orang yang bergabung dalam misinya? Daripada mati penasaran, lebih baik dia bertanya kepadanya saat waktu istirahat tiba, begitu pikirnya.
Disaat sibuk dengan pikirannya, tiba-tiba pria berparas maskulin menghampirinya tentu saja hal ini membuat John mengernyitkan alisnya seakan bertanya '𝘢𝘥𝘢 𝘱𝘦𝘳𝘭𝘶 𝘢𝘱𝘢'?
"Aku ingin menanyakan sesuatu kepadamu, " Ujarnya tanpa diminta, namun John lebih memilih untuk mendengarkan ucapan yang selanjutnya.
"sebelumnya minta maaf, bukannya aku lancang tetapi aku ingin tahu penyebab kalian terlihat murung seperti itu? Apakah ada yang terjadi sesuatu kepada salah satu dari kalian? " Sambungnya penuh rasa penasaran.
Pria 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu menarik nafasnya dalam, " ya, salah satu dari kami ada yang mengalami kecelakaan hingga kondisinya koma, "
"Astaga, separah itukah? Siapa korbannya? " Tanyanya dengan penuh keterkejutan.
"ya, karena kehilangan banyak darah, apakah kau tahu yang menjadi korbannya adalah sepupuku sendiri?" Jelas John dengan emosi yang teredam.
"Maksudmu Anna? " Tanya Rey memastikan.
"yeah, sudah dua hari ini dia belum siuman, " Sahut John lemah.
"maaf, " Ucap Rey lirih.
"kenapa kau harus minta maaf? " Tanya John heran.
"ya aku minta maaf karena waktu ada Evans aku sempat memihaknya, tapi setelah tahu semuanya aku baru sadar bahwa sepupumu tak seburuk itu, dan ku berharap sekarang dia bisa bertahan dari kondisinya, juga pelakunya cepat tertangkap, " Tutur Rey panjang lebar.
"yang lalu biarlah berlalu, mungkin dia sudah melupakan masalah itu. 𝘉𝘶𝘵, terimakasih atas do'anya Rey, " Sahut John tulus.
Kring~
Kring~
Suara bel masuk berdering membuat kedua pria tampan itu beranjak duduk di bangkunya masing-masing, sedangkan Bilqis baru saja kembali dari toilet.
Tak lama kemudian pak Tedy masuk dengan wajah datar andalannya.
"buka halaman 03, rangkum lah materinya, jika sudah selesai kumpulkan kepada saya! " Titahnya tanpa basa-basi.
"𝘤𝘬, 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘴𝘢𝘫𝘢 𝘣𝘦𝘨𝘪𝘵𝘶, 𝘵𝘢𝘬 𝘵𝘢𝘩𝘶𝘬𝘢𝘩 𝘢𝘥𝘢 𝘰𝘳𝘢𝘯𝘨 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘢𝘨𝘪 𝘴𝘦𝘮𝘳𝘢𝘸𝘶𝘵 𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳𝘢𝘯𝘯𝘺𝘢? " Umpat pria 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 didalam hati.
"𝘢𝘱𝘢-𝘢𝘱𝘢𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘵𝘪𝘢𝘱 𝘱𝘦𝘳𝘵𝘦𝘮𝘶𝘢𝘯 𝘴𝘦𝘭𝘢𝘭𝘶 𝘥𝘪𝘣𝘦𝘳𝘪 𝘵𝘶𝘨𝘢𝘴! 𝘈𝘪𝘴𝘩𝘩𝘩 𝘫𝘪𝘬𝘢 𝘴𝘦𝘱𝘦𝘳𝘵𝘪 𝘪𝘯𝘪 𝘤𝘢𝘳𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘣𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘢𝘬𝘶 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘣𝘦𝘳𝘱𝘪𝘬𝘪𝘳 𝘥𝘦𝘯𝘨𝘢𝘯 𝘫𝘦𝘳𝘯𝘪𝘩?! " Gumam Bilqis dalam hati.
'''''
"Bang Rama! " Panggil pria 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu sambil melambaikan tangannya.
Sang empu pemilik nama segera menghampiri tempat dimana pria berdimple itu duduki, dia datang bersama sahabatnya begitu juga sebaliknya.
Saat ini mereka sedang istirahat dan sengaja lebih memilih untuk berkumpul di taman belakang sekolah selain suasananya tidak terlalu ramai, mereka juga ingin membicarakan tentang permainan yang telah disepakati, jika dikantin takut akan ada salah satu siswa/i mendengarnya lalu mengadu domba padahal tidak mengetahui kebenarannya.
Ketika pria berparas 𝘢𝘯𝘪𝘮𝘦 itu dan sahabatnya telah sampai dihadapannya, John segera menepuk tempat kosong disampingnya tanpa banyak bicara Rama dan Devan menurutinya sehingga berbentuk lingkaran, posisinya dimulai dari paling sudut kiri yaitu John-Adnan-Bilqis-Devan-Rama.
Sebelum menyampaikan tujuannya, pria berdimple itu mengeluarkan beberapa makanan ringan beserta minuman untuk berjaga-jaga jika ada yang merasa lapar.
"ambillah, aku tahu kalian pasti lapar, " Ujarnya sambil tersenyum tipis.
"Kau memang ter-𝘵𝘩𝘦 𝘣𝘦𝘴𝘵 John, tahu saja jika kami lapar, " Sahut Devan dengan cengiran watadosnya.
Pria berparas 𝘢𝘯𝘪𝘮𝘦 itu mendengus sebal mendengar ucapan Devan yang menurutnya memalukan, aduh kan dia jadi menyesal mengajak sahabatnya.
Sedangkan John tersenyum maklum, berbeda dengan Adnan dan Bilqis yang seperti menahan tawanya karena menurut mereka Devan sangat percaya diri dengan sikap randomnya.
"Kau ingin bertanya masalah apa? " Tanya Rama membuka pembicaraan.
"tentang usahanya bang Gibran, " Sahut John 𝘵𝘰 𝘵𝘩𝘦 𝘱𝘰𝘪𝘯𝘵.
"Kau tenang saja dia pintar dalam berakting tanpa membuat nenek lampir itu tidak merasakan curiga barang secuilpun, " Jelas pria berparas 𝘢𝘯𝘪𝘮𝘦 itu apa adanya.
"tapi walaupun begitu kita tidak boleh lengah, bisa saja Laurent tiba-tiba curiga kepada salah satu dari kita sendiri, " Sambungnya.
Awalnya ketiga dari lima orang tersebut tidak mengerti, namun setelah menyebut oknum pelakunya mereka baru faham arah pembicaraannya.
"apa kalian butuh bantuan dari kami bertiga? " Beo pria berbahu lebar itu menawarkan diri.
John menggelengkan kepalanya tidak setuju, "makasih sebelumnya sudah menawarkan diri, tapi kalian cukup menjaga Anna saja takut-takut jikalau ada yang lengah dari kita, Laurent akan kembali mencelakai nya, "
"benar, jika semakin banyak orang yang terlibat maka akan semakin cepat dia mencurigainya, " Timpal Rama.
"tanpa diminta pun aku akan menjaga sahabatku, " Sahut Bilqis tulus.
"selain itu aku tidak akan segan-segan membalas orang yang ingin atau bahkan telah mencelakai nya, " Sambungnya geram.
Keempat pria tampan itu sedikit tertegun mendengar ucapan satu-satunya gadis diantara mereka namun jika dilihat dari manik hazelnya sebenarnya Bilqis tertekan dengan keadaan sahabatnya.
"iya terserah kau saja, " Jawab John final.
"apalagi yang ingin kau tanyakan? " Tanya Rama.
"sepertinya hanya itu saja dulu, tapi jika ada perkembangan dan sebagainya, tolong segera sampaikan kepadaku, " Ujar pria 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘪𝘮𝘱𝘭𝘦 itu sambil tersenyum tipis.
"oke, " Jawab Rama singkat.
TBC