webnovel

Pria Dingin

" Maaf ya Na. " " Untuk apa? " " Maaf atas bang Gibran yang selalu bersikap dingin kepadamu." " Senang bisa mengenalmu, tak apa kan jika kita bersahabat ? " " Justru aku lebih senang jika kau mau bersahabat denganku." " Memangnya apa yang membuatmu penasaran ? " " Tentang sikapnya bang Gibran yang bersikap dingin. " " Memangnya ada apa ? " " Kenapa kau terlihat bingung begitu ? " " Astaga kenapa aku jadi gugup begini ? " " Ekhem! " " Sejak kapan aku membohongi sahabatku? " " Will you be my first love and my last? " " Apa yang sudah terjadi kepadamu? " " Kalian bicara tentang apa? " " Kenapa? Apa ada yang salah denganku? " " Kau tenang Anna disini ada kita, kita siap melindungi mu dari jangkauan pria seperti dia. " " Kurasa tidak perlu karena semuanya sudah jelas. " " Kamu salah faham Na, aku mohon kepadamu tolong kali ini dengarkan aku. " " Ingat Anna kau harus memberitahu kita jika terjadi apa-apa dengan mu. " " Dengar baik baik pukulan mu tidak ada apa-apa nya bagiku. " " Cukup! Aku menyerah! " " Kau berhutang cerita denganku Bilqis. " " Kenapa kau terlihat sangat gelisah? " " Siapa? " " Awww... Shh.. Pelan pelan dong Na. " " AKU TIDAK SEDANG BERCANDA BILQIS! " " Gibran apa kau sudah berhasil menemukan Anna? " " Maaf mah, pah, aku sama sekali tidak menemukan nya. " " Ayolah Gibran, satu kali saja turuti aku. " " Mah, Pah.. Aku sangat merindukan kalian... " " Pah bagaimana jika kita menjodohkan mereka? " " Tidak perlu mah biarkan anak kita yang mengungkapkan perasaannya sendiri. " COMING SOON 15 November 2020

Taeyoonna_Kim · ファンタジー
レビュー数が足りません
49 Chs

Kelabu

"ku pastikan setelah ini kau tak akan bisa merasakan hidup tenang Laurent, " Bathin John sambil tersenyum smirk.

~New Chaps~

Happy Reading 📖💜

Malam harinya pria berdimple memutuskan untuk menemani Anna yang telah dipindah diruang perawatan, awalnya dilarang oleh kedua orang tuanya bukan bermaksud apa-apa hanya saja dikhawatirkan terlambat kesekolah namun setelah dia meyakinkan mereka akhirnya diizinkan dengan syarat bergantian.

"Na, seandainya waktu pulang sekolah aku tak membiarkanmu pergi sendirian pasti kau baik-baik saja. Mungkin sekarang kita sedang berkumpul diruang keluarga," Ujar John penuh sesal.

John menggenggam jemari kecil gadis mungil itu dengan erat seakan memberikan kekuatan agar pujaan hatinya dapat bertahan, namun lama kelamaan manik hazelnya terpejam karena rasa kantuk yang menyerangnya dan tetap dalam posisi seperti itu.

Pradipta Mansion

Ternyata gadis agresif itu tidak tahu malu, buktinya setelah menjalankan misi buruknya dengan sukses tanpa ada orang yang mencurigainya sedikitpun sekarang dia telah berada dirumah keluarga Pradipta sambil memasang tampang sok polosnya yang membuat pria berkulit putih pucat itu merotasikan bola matanya jengah.

"ada perlu apa kau datang kemari?" Tanya Gibran dengan suara deepnya.

"Gibran, kamu tidak boleh seperti itu kepada Laurent," Ujar papah Yanuar memperingatkan putra sulungnya.

"tak masalah om, mungkin Gibran sedang memikirkan keadaannya Anna dirumah sakit," Sahut Laurent sambil tersenyum manis.

"Kau tahu darimana kalau dia sedang dirawat?" Tanya pria berkulit putih pucat itu curiga.

"sial, kenapa aku bisa keceplosan begini sih?" Bathin Laurent memaki dirinya.

"sudahlah nak, mungkin Laurent diberitahu oleh adikmu," Ucap mamah Maria.

"jadi orang jangan negative thinking terus," Timpal Papah Yanuar.

Gadis agresif itu diam-diam bernafas lega karena ada yang membelanya namun pandangan itu tak luput dari manik kelam seorang Gibran, tanpa diberitahu pun dia sudah mengerti gerak-geriknya.

"Aku jadi curiga kepada Laurent, dia terlihat sangat aneh. Apa jangan-jangan dugaanku benar bahwa dia pelakunya?" Ucapnya dalam hati.

"Gibran, kenapa kau diam saja?" Tegur papah Yanuar.

"tidak apa-apa, aku hanya lelah. Aku ingin segera istirahat," Sahut pria berkulit putih pucat itu cuek.

"tapi disini ada Laurent, masa kamu tega mengabaikannya?" Ujar mamah Maria.

"hari ini aku lelah, mengertilah," Jawab Gibran lurus.

Pasangan paruh baya itu menghela nafas kasar karena mereka faham betul, jika putra sulungnya kembali bersikap dingin maka mau tak mau mereka harus menurutinya. Sedangkan manusia titisan kutub udara itu sudah melenggang begitu saja mengabaikan Laurent yang misuh-misuh.

"nak Laurent, maafkan kelakuannya Gibran ya," Ujar mamah Maria merasa bersalah.

"tidak masalah kok tan, aku memakluminya," Sahut gadis agresif itu sambil tersenyum tipis, padahal dihatinya sedang merapalkan sumpah serapahnya untuk Gibran.

"mungkin dia masih memikirkan keadaannya Anna," kata papah Yanuar kembali dengan wajah sendunya.

"kalau boleh tahu keadannya bagaimana om, tan?" Tanya Laurent penasaran.

"hiks... d-dia hiks...k-koma," jawab mamah Maria disertai isakan yang berhasil lolos dari bibirnya.

"Koma? "Ulang Laurent memastikan tidak salah mendengar.

Mereka hanya menganggukkan kepalanya saja, sedangkan gadis agresif itu diam-diam tersenyum angkuh karena sebentar lagi Anna pasti pergi jauh, begitu pikirnya.

"jika sudah berhasil menemukan pelakunya, saya tidak akan segan-segan menjebloskannya kedalam penjara , masa bodoh dengan jenis kelaminnya," Ujar papah Yanuar penuh penekanan.

"mamah jangan khawatir, papah akan meminta anak kita untuk menyelidikinya. Ah mungkin papah juga membutuhkan Rama, karena dia adalah saksinya," sambungnya sambil menenangkan hati istrinya.

Glek

Mendengar ucapan pria paruh baya itu Laurent meneguk salivanya dengan susah payah, wajahnya mendadak kaku karena keberadaannya akan terancam.

"om, tan, aku pamit pulang ya, malam sudah semakin larut," pamit gadis agresif itu dengan tersenyum kaku yang segera diangguki oleh papah Yanuar.

Sedangkan mamah Maria masih sesenggukan karena mengingat keadaan ponakan yang sudah dianggap sebagai anaknya sendiri sedang melawan rasa sakitnya diranjang pesakitan.

Tanpa mereka sadari pria berkulit putih pucat itu mendengarkan perbincangan tersebut dibalik dinding anak tangga, lah kok bisa? Yup, sebenarnya itu hanyalah alasan semata karena dia ingin mengetahui reaksi dari mantan 'cinta pertama' nya dan dia bisa melihatnya dengan mata kepalanya sendiri perubahannya berubah drastis.

'''''

Keesokan harinya pria berdimple itu sedikit tak tega meninggalkan Anna seorang diri dirumah sakit karena dia harus pergi kesekolah.

"Na, abang pergi kesekolah dulu ya, kamu tidak masalah kan? Abang janji setelah pulang sekolah aku akan segera kembali," ujar John sambil tersenyum sendu.

"Kamu jaga diri baik-baik ya," sambungnya lalu mengecup keningnya cukup lama.

Setelah itu dia keluar dari ruangan tersebut walaupun dengan berat hati, namun sebelum benar-benar pergi pria berdimple itu mampir dibagian resepsionis terlebih dahulu untuk menitipkan pujaan hatinya.

"ada yang bisa saya bantu?" Tanya pelayan sambil tersenyum ramah.

"saya ingin menitipkan pasien atas nama Annasya Gabriella Putri, tolong rawat dia sampai saya kembali," Ujar John sambil tersenyum sangat tipis.

"baik kami akan merawatnya dengan baik," sahut pelayan tersebut sambil tersenyum tipis.

"terima kasih," ucap John dengan dimple smilenya membuat sang pelayan resepsionis itu tersipu malu.

Kau harus bertanggung jawab John - Author

Oke abaikan yang diatas

SMA 8 Jakarta Selatan

Sesampainya disekolah pria berdimple itu berjalan menyusuri koridor sekolah dengan langkah lunglai disertai dengan wajah sendu yang terpampang jelas sehingga mengundang perhatian siswa-siswi sekolah tersebut apalagi dia hanya seorang diri.

Dia terus berjalan mengabaikan tatapan aneh dari sekumpulan netizen sekolah, karena dia memilih masuk kelas ketimbang mendengarkan bisikan-bisikan yang tidak berguna.

"John, kau datang sendiri? Dimana Anna? Lalu kenapa kau terlihat sangat lesu?"

Baru saja pria berdimple itu duduk dibangkunya sudah dicerca pertanyaan bertubi-tubi oleh sahabat pujaan hatinya bahkan entah dari kapan Bilqis duduk manis disampingnya.

"Dia tidak masuk," sahut John sendu, sehingga gadis berjuluk chipmunk itu semakin mengernyitkan keningnya.

"apa dia sakit?" Tanya Bilqis hati-hati, karena tiba-tiba merasakan kejanggalan dihatinya.

"Dia koma karena kecelakaan," jelas pria berdimple itu dengan tatapan kosong.

"tidak mungkin, kau pasti berbohong kan?" Ujar Bilqis tak percaya.

"Aku tidak bercanda Bil, jika kau tak percaya, kau boleh ikut denganku kerumah sakit," kata John sambil tersenyum hambar.

Entahlah Bilqis sulit untuk mempercaiyainya ingin berbicara pun terasa kelu pantas saja dari kemarin dia selalu memikirkan tentang sahabatnya karena pikiran negative nya sempat terlintas walaupun segera ditepisnya, namun dia tetap menganggukkan kepalanya bagaimanapun juga dia ingin melihat keadaan sahabatnya.

Sahabat the best memang

'''''

Kelas 12 A

Semua siswa-siswi penghuni kelas 12A dibuat geger karena jarang sekali melihat kedua manusia es itu memperlihatkan ekspresinya yaitu murung dan sendu, namun sebagai sahabat sejati baik Adnan maupun Devan mereka meminta mereka agar menceritakannya.

"Gib, kau kenapa terlihat sedih begitu?" Tanya Adnan khawatir.

"Anna kecelakaan," sahutnya tanpa tenaga.

"lalu bagaimana keadaannya?" Tanya Adnan penasaran.

"Dia koma setelah menjalani operasi kecil," jelas pria berkulit putih pucat itu dengan suara purau.

"turut berduka ya Gib, aku yakin dia bisa melewatinya," ucap Adnan sambil berusaha menghibur sahabatnya.

Mari beralih ke pria berparas anime sejenak.

"tumben sekali kau terlihat murung, apa telah terjadi sesuatu?" Ujar Devan khawatir meskipun terdengar seperti mengejek.

"hm, Anna kecelakaan dan keadaannya koma," sahutnya lurus.

"kecelakaan? Koma?" Ulang Devan.

Pria berparas anime itu hanya menganggukkan kepalanya saja.

"gila, wanita iblis itu benar-benar melakukannya," umpat Devan dengan suara pelan namun itu tertangkap jelas di indera pendengaran sahabatnya.

"Kau mengetahui sesuatu?" Tegur Rama dengan manik elangnya yang menukik tajam.

"iya,seb_"

"kenapa tidak segera memberitahuku?!" Tanya pria berparas anime itu geram.

"yak Rama! Tunggu dulu penjelasanku!" Pekik Devan tak terima karena ucapannya dipotong begitu saja.

"kemarin aku ingin memberitahumu tapi kau sudah pulang terlebih dahulu, jadi terpaksa kuurungkan," sambungnya.

"cepat beritahu sekarang," titah manusia kulkas itu dengan mutlak.

"kalau ingin semuanya terdengar jelas, lebih baik aku mengirimkan rekamannya via line," kata Devan sambil tersenyum penuh arti.

Dan benar saja benda pipih milik pria berparas anime berdering pertanda terdapat pesan masuk dari sahabatnya sendiri.

"jangan dibuka sekarang, karena akan terlalu bahaya," titah pria berkulit tan itu tegas.

TBC