webnovel

My Mine

17

Nathan benar-benar tidak memberi Anna sebuah kesempatan untuk berbicara. Bahkan ketika wanita itu tidak membiarkan Nathan menyibakan kimononya. Tangan mereka bergulat dalam cumbuan panas yang membuat Nathan kesal.

"Nathan... " Anna terengah. Pria itu terburu-buru dalam mengambil tindakan. Ia membuka kaos nya dengan cepat dan menekan Anna lagi yang mencoba bangkit. Mencengkeram erat kedua lengan Anna kemudian menaikannya ke atas kepala. Kalap tidak tahan ingin melebur dilalam tubuh Anna.

"Aku tidak mau Natahn!" bentak Anna.

"Kenapa? Kau pasti pernah melakukannya bukan?" Nathan mengecup tekuk Anna. Memberinya sebuah tanda yang dibumbui atas nama cinta. Iyakan? Nathan pun sama tidak pasti kenapa Ia sangat menginginkan wanita itu, hanya karena sebuah rasa suka atau nafsu semata?

"Kekuatanku akan menghilang Nathan..." lirih Anna. Baru setelah berucap hal yang membuat Nathan menjadi diam. Pria itu mensejajarkan wajahnya dengan Tsuyoi sentoki yang berkaca-kaca menahan air mata.

"Aku bisa jadi manusia biasa jika melakukan hubungan intim," tambah Anna. Tsuyoi sentoki itu merengek mengeluarkan bulir asin buaya miliknya sebagai pertahanan diri. lagi pula Nathan bukan mengajaknya berhubungan manis.

Hanya melakukan penyatuan tanpa rasa—sekedar pemuas hasrat semata, keterpikatan Nathan padanya hanya karena dia keturunan iblis yang memiliki aura berlebih dalam soal memikat. Tentu saja bukan cuma Nathan yang pernah seperti ini, beberapa orang di masalalu pun hampir sama melakukan persis seperti yang akan Nathan lakukan sekarang.

"Tolong jangan seperti ini," Anna menjadi sesegukan. Sampai membuat pria yang berada di atasnya itu kebingungan harus bagaimana. Nathan tidak tahu konsekuensinya kehilangan magis, apalagi Ia hanya berpikir Anna tidak mungkin menjadi wanita yang belum pernah dijamah karena sikapnya sedikit menggoda banyak umat.

"Ann... Aku pikir... "

"Aku bukan jalang Nathan... aku belum pernah melakukannya," rengek Anna. Ia menambah volume isakan yang akan membuat Nathan yakin dan diterpa rasa bersalah.

Karena memang akurat sekali, hal demikian—membuat Nathan menjadi serba salah, dia menarik tekuk Anna untuk terduduk bersama dengannya membenarkan posisi. Membiarkan wanita itu membasahi dada polosnya—Nathan membenarkan kimono yang hampir terlepas di tubuh Anna.

"A–aku minta maaf, aku tidak tahu," ucap Nathan. Menepuk punggung Anna adalah satu-satunya hal yang bisa dia lakukan untuk menenangkan wanita yang baru saja dia lecehkan.

***

Suasana menjadi lebih baik ketika Nathan menyodorkan sekaleng soda untuk Anna. Apalagi Tsuyoi Sentoki itu tersenyum samar karena Nathan memakai kaosnya kembali. Ia mengencangkan lebih erat kimono yang Nathan lapisi dengan selimut untuk menutupi tubuhnya.

Meski memang bisa di katakan—tanggung bagi Nathan. Namun dia tidak mungkin memaksa wanita yang belum pernah melakukan hubungan panas dengan siapapun. Apalagi jikalau Ia tidak mau. Lain lagi bila Anna seorang jalang.

"Mau air hangat?" tawar Nathan.

"Mau coklat mint," pinta Anna. Nathan hanya membuka mulutnya seraya memeriksa ponsel, dini hari begini—jarang sekali ada resto yang masih berjualan. Apalagi Nathan baru pertamakali mendengar nama coklat mint, termasuk makanan atau minuman?

Lain kali akan Nathan tanyakan pada Harin Farasya. Salah satu owner kedai sky sekaligus tunangan temannya—Nathan Virendra. Ia tidak menyangka tempat favorit dia membeli minuman ternyata akan jadi calon istri sohib seperjuangannya dulu.

Sampai lamunannya terpecahkan kembali taatkala Maya tertawa melihat Nathan diam. Sebagai seorang psikopat dingin—tak kenal ampun. Nathan terlalu banyak memikirkan hal yang bukan-bukan.

"Aku bercanda, ini cukup... " Anna meminum sodanya dengan gembira. Dia tahu akan selalu berakhir seperti ini, mengiming-imingi kekuatan yang para lelaki bajingan itu manfaatkan—akan menghilang. Mereka akhirnya tidak mau menyentuh Anna dengan alasan takut kelepasan. Hingga tidak bisa menggunakan Anna lagi.

Nathan akhirnya sukarela memberikan botol bubuk yang dia dapat. Kemudian melepas cincinnya dengan beberapa emosional hasrat yang tidak tersampaikan, "Nenek buyutku seorang hantu pemikat, aku mewarisi sifatnya,"

Baru disana Nathan mengangguk paham. Tahu sebab kenapa dia sangat menyukai Anna—itu hanya merupakan sebuah kekeliruan, "Apa semua orang cantik seperti itu?" celetuk Nathan dengan semua omong kosongnya.

Ini sebagai tanda protes, karena Anna ini sifatnya seperti barang antik museum. Hanya bisa dikagumi dengan memandangnya lama, tidak bisa dan tidak boleh disentuh, sampai membuat Tsuyoi Sentoki itu menaikan kedua sudut bibirnya mendengar Nathan berkeluh.

"Pernah dengar legenda jepang Hone-onna?" tanya Anna. Jangankan legenda jepang, legenda si malin kundang saja Dirgan hanya tahu judul. Ia tidak punya banyak waktu mendengarkan kisah-kisah yang bahkan dongeng hidupnya sendiri saja terlalu sulit untuk dijalani.

Hone-onna mengalami penghianatan besar, dia membunuh setiap pria yang tergoda olehnya, dengan alasan yang familiar bahwa semua laki laki sama—sukses membuat Nathan terkekeh. Alasan klise yang selalu dilontarkan anak muda ternyata sudah ada dari jaman...

"Kapan?" tanya Nathan linglung, jika itu nenek buyutnya bukankah pada jaman kolonial? Penjajahan indonesia, atau... "Tiga ratus tahun lalu... lebih mungkin?" Nathan terperangah. Anna pun tidak yakin dengan kejadiannya persis kapan. Bahkan kisahnya pun masih simpang siur tidak jelas.

"Aku wanita tua, jadi panggil aku kakak," canda Maya.

"Kau Mahluk abadi?" tanya lagi Nathan. Topik pembicaraan mereka semakin ke sini semakin menyenangkan dan menarik. Anna mengatakan dirinya beserta seratus pelayan dilempar melewati dimensi waktu hingga berakhir pada masa jepang sedang menjajah—indonesia.

Sembilan puluh delapan lainnya terkurung mantra, satu ikut bersama Anna sampai mempunyai banyak keturunan dan terakhir Husein. Satu lagi menghilang, untuk menjalankan—terjadinya sebuah ramalan pemberontakan nanti.

Mereka ikut pelayaran pada sebuah kapal berisi budak. Pelayannya berusaha keras bertahan hidup pada jaman penjajahan, sampai bisa membangun pabrik yang sekarang sudah dipastikan gulung tikar apalagi karena ownernya ditahan Nathan.

Ann juga menceritakan, betapa dia sangat terikat dengan cincin Husein karena... sejauh apapun dia pergi, pada akhirnya dia akan selalu dekat dengan cincin tersebut.

Ada magnet antara dirinya dengan besi mungil penghias jadi kelingking yang Anna kenakan di jari telunjuknya tersebut. jika dalam satu bulan si cincin tidak merasakan energi Anna, maka dia akan membawa si pemakai nya pergi ke tempat dimana dia berada.

"Jadi batas usiamu?"

"Entah mengenai maksimalnya," jelas Anna. Usianya berkurang setiap dia mengeluarkan kekuatan, semisal saat dia memberi Nathan Narendra itu mimpi singkat lima menit. Dia tebus dengan harga dua tahun nyawanya.

"Yang benar saja!" cetus Dirgan kesal.

Anna mengulas senyum saat Nathan terlihat frustasi, dua tahun itu lumayan, dan hanya ditukar dengan lima menit yang dia buang selama beberapa detik untuk melihat satpam. Kurang cepat berlari untuk mencari rumah nomer empat puluh dua dan malah mengangumi jembatan.

"Magis itu mahal Nathan," Maya dengan tenang menanggapinya.

"Kenapa tidak menolak!" teriak Nathan. Ia bersikap timbal balik dari anna. Lalu sebenarnya, apa yang harus Anna lakukan? Nathan bahkan bertekuk lutut ingin bertemu Ibunya. Dan lagipula... Itu sudah terjadi

Penutupan dari topik pembicaraan dengan mengenal Anna lebih jauh malah membuat Nathan berdecak. Pantas saja Anna langsung tidak sadarkan diri—sebab, bukan hanya kekuatannya saja yang di gerototi, melainkan usianya beserta energinya terkuras habis.

Bukankah Tsuyoi Sentoki itu seperti baterai ponsel? Ada daya dan kapasitas pemakaian, itu membuat Nathan mengambil kembali jaket yang sempat dia buang di sembarang tempat setelah mengacak frustasi rambutnya. Mengerlingkan mata sebal pada Anna sebab baru menceritakannya.

Nathan Narendra memilih untuk kembali pada jadwal seperti biasanya, dia mengambil cutter untuk melepaskan berbagai hujaman rasa tidak menyenangkan yang melanda. Ia akan bermain saja bersama menteri Brazil sebagai pelampiasan.

Anna yang ditinggalkan pun juga sama halnya mengatur anomali jantung. Ada sesuatu yang membuatnya meremat dada namun bisa Anna jamin itu bukan karena debaran yang Nathan buat. Meski untuk pertama kalinya... Seseorang menyelimuti Anna atau bersikap lucu dengan uring-uringan karena tidak mendapatkan apapun.

***

Argh! Lagi-lagi rintihan orang menjadi pengisi suara di ruang eksekusi. Nathan bahkan bersikap masa bodoh jika negara Brazil mencari salah satu anteknya yang menghilang, dia sibuk mengukir peta pada paha si Menteri yang menggigil, punggung dan lengan sudah Nathan buat menyerupai siluman yang tadi dia lihat.

Hari ini Nathan mendapat banyak untung. Informasi yang dia korek dari si Mentri juga luar biasa berguna. Setelah berurusan dengan pemboikotan, Rey akan melancarkan sebuah penculikan untuk Crystal. Dan akan diungsikan di Brazil.

Nathan juga mengorek ngorek tentang infomasi yang berhubungan dengan Siluman, untuk melakukan sebuah ikatan, dia hanya perlu melakukan ritual sesuai dengan jenis Siluman, atau pun jika ingin menaklukannya, Nathan harus memakan separuh jiwa yang hanya bisa diberikan oleh siluman itu sendiri.

Menteri tersebut melakukan sebuah ikatan dengan Siluman yang Nathan bunuh, separuh jiwanya tersimpan dalam gelang pipih bergaris coklat, sama persis seperti yang ada di koper Anna.

Sebelumnya—Nathan melihat benda itu berbentuk gelang kayu besar... Namun berhubung Dia sudah membunuh separuh jiwanya lagi... akhirnya ini hanya akan jadi benda mistis saja.

Nathan juga baru tahu, bahwa siluman bisa memakan manusia. Karna jikalau Nathan tidak melakukan genjatan senjata di Brazil, mungkin kelima anak buahnya sudah menjadi santapan lezat bagi siluman pohon tersebut, walaupun sampai sekarang Nathan masih bingung.

Siluman itu laki-laki atau perempuan?

"Astaga pikiranku!" Nathan mengeluh untuk otaknya yang kini banyak berpikir hal yang bukan-bukan.

Setelah menguras semua informasi dan Nathan bosan tidak melakukan apa-apa. Akhirnya tangan nakal tersebut melepas gelang di lengan si menteri yang langsung membuat dirinya tercekat.

Perubahan pada tubuh menteri itu terlihat jelas sekali—menciut bagaikan kayu lapuk. Bersamaan dengan gelang yang Nathan pegang tiba-tiba saja menjadi kaku kemudian memanjang—lurus menyerupai ranting pohon. Sontak membuatnya terperanjat dan melempar benda tersebut.

Pada akhirnya, manusia yang dia rajam baru saja menghembuskan napas terakhir. Meski Nathan Narendra ini—sungguh sudah menahan diri agar tidak kelepasan membunuh menteri Brazil... Namun...

Sudahlah...

Nathan hanya mengedikan bahu masa bodoh, Toh! Lagipula sudah meninggal. Nathan memungut kembali benda yang berubah itu menjadi ranting kayu seukuran pulpen, panjang dan lurus.

Senyumnya terukir seketika—kala mengamati benda tersebut, Nathan tidak tahu apa kegunaannya, namun bisa di pastikan—Anna akan menyukainya. Sebab separuh jiwa siluman kayu bersemanyam dalam benda tersebut. Lumayan...

Hadiah untuk wanitanya.

"Ya, Anna ku," Nathan mengklaim Anna.

To Be Continued...