webnovel

Meet You Again

Semua menjadi gusar karena bosnya tiba-tiba ada di belakang mereka. Takut jikalau itu merupakan hantu jejadian yang menyerupai psikopat tersebut. Walaupun hanya Jodi yang terlihat biasa saja meski sedikit terguncang.

Apalagi dia sering memperhatikan Anna

beserta Crystal yang memasak. Malahan beberapa benda melayang sampai membuat kedua wanita itu memecahkan suasana dengan tertawa riang.

"Mati" kelakar Nathan. Jodi mengangguk kecil sebagai respon untuk sama-sama lebih baik menutup pembicaraan yang membuat Nathan menjadi dingin.

Nathan Narendra menatap cermin sampai sekilas permukaannya berubah samar menampakan Crystal yang tidak sadarkan diri—pada sebuah kursi dengan beberapa lebam di tubuh.

Nathan mencoba berbicara pada cermin—sangkat sampai emosinya menjadi naik turun, "Argh, yang benar saja Anna!" Nathan frustasi. Lantaran cermin tersebut membuat tulisan dari asap pada permukaannya dengan aksara Jepang.

Nathan bahkan memijat kedua kelopak matanya saat melihat tulisan yang membuat penglihatan menjadi sakit.

Setelah beberapa detik tertegun, akhirnya Nathan mempunyai ide dengan meminta si cermin membuat arah dengan panah saja untuk menunjukan jalan benar saat berada di gaa tersebut.

Semua menabur serbuk pada telapak tangan kemudian mengusapnya di leher dan rambut mereka sesuai intruksi Nathan. Supaya tidak terdeteksi jin penunggu khas lokal indonesia—genderuwo yang kata Anna berada di sekitar area sini.

Nathan Narendra juga penasaran dengan rupa mahluk tersebut, meski memang bukan saatnya, sebab Crystal terlihat ketakutan di dalam sana setelah bangun. Dia bahkan celingukan sembari sesegukan kala seseorang menamparnya keras, sampai membuat Nathan berlari dengan murkanya.

Sempat nathan bertanya pada cermin, bisakah dia bekerja sama dengan roh sebagai peganti Anna semisal kuntilanak atau siluman lainnya. Namun apalah daya dengan jawaban yang harus membuat Nathan ahli membaca tulisan Jepang.

Sungguh membuat Nathan ingin sekali melempar benda tersebut jika tidak diperlukan.

Setelah beberapa puluh menit kemudian, penyelamatan yang dilakukan Nathan tidak berkesan apapun. Henry seperti memang sengaja mengalihkan perhatian mereka semua, sebab Nathan dengan mudah mengambil Crystal kembali.

"Kakak, mereka mengulur waktu," lontar Crystal. Sepuluh orang yang mereka tangkap malahan tidak bersenjata lengkap. Sekedar membawa pisau mini, sembari mengangkat tangan serempak taatkala melihat Nathan beserta ajudannya membawa pistol.

"Tidak apa, yang penting kamu selamat Dek," Nathan mengusap pipi basah Crystal Narendra dengan tenang. Meski bertimpal balik dengan Jodi—setelah mendapat panggilan saat jaringan di ponselnya kembali normal.

Jodi membanting ponsel, pasalnya Henry berhasil membekukan satu kapal penuh berisi senjata yang Nathan dapatkan susah payah untuk di impor ke selandia. Mereka benar-benar membuat Jodi dan Nathan sibuk sampai lupa mengenai senjata yang masih dalam proses pengantaran.

Dia bahkan menendang tembok dengan frustasi lantaran senjata tersebut bisa dipakai beberapa bulan bahkan mereka akan aman dalam soal keuangan jika barang tersebut berhasil terjual.

Namun sekarang justru menghilang begitu saja.

Semua mengingit jari gemas, terkecuali Nathan yang menatap lekat Crystal sampai adiknya berkedip bingung taatkala Nathan menyidiknya penuh makna. "Dek, Kamu bisa bahasa Jepang?" tanya Nathan asal.

Jodi saja mengatur napas tersengalnya seraya menampakan raut linglung ketika Nathan berbicara. Bahkan bosnya itu bertanya kepada sepuluh orang bawahan Henry yang kini menjadi tawanannya.

Ada satu orang yang langsung membuat Nathan bertepuk tangan. Namun berujung dia mengusap dada sabar saat menunjukan cermin pada pria tersebut. "A–aku harus membaca apa Pak?" tanyanya gugup. Nathan bergernyit untuk kebodohan otaknya yang terus saja berkembang biak.

Efek terlalu sering menonton video asusila kalo kata Crystal. Tentu saja manusia biasa tidak akan mampu melihat apa yang cermin tunjukan.

Selang beberapa menit, semua menjadi garuk kepala melihat tingkah Nathan. Begitupun dengan Jodi dan Crystal—bertukar pandang karena memangnya... apa yang Nathan Narendra tunggu?

Lantaran Crystal masih saja terikat di kursi, Sebab Jodi saja dilarang untuk membukanya. Lantas nathan mengambil ponsel yang Jodi banting. Layarnya retak serta LED nya mulai meredup, entah bagaimana jadinya jika ponsel ini mati. Mungkin Nathan akan uring-uringan kembali.

Dengan sabar Nathan melakukan translate manual sampai kepalanya berdenyut menerjemahkan apa yang cermin katakan dengan memindahkan aksara Jepang satu persatu, malahan sampai membuat Jodi kesemutan.

Ini sudah memasuki dua jam Jodi dan Crystal serta para warga setempat yang menunggu bosnya itu bergumam sendirian. Nathan menaikan kedua sudut bibirnya ketika berhasil menemukan cara bagaimana... menaklukan siluman.

***

Kembali pada situasi beberapa bulan lalu, Dimana Nathan Narendra ingin menjadi sosok monster. Kembali pada tujuan yang sempat Ia lupakan, dan fokus kembali untuk mengeksplor senjata beserta obat-obatan miliknya.

Apalagi anna membuat urusan Nathan Narendra dalam soal beradu fisik menjadi lebih mudah, lantaran Nathan selalu mengucapkan mantra yang membuat tubuhnya terasa ringan. Nathan hanya bisa mengucapkannya sehari satu kali meski pria itu selalu mencoba mengatakannya beberapa kali dalam semalam sampai berakhir tidak sadarkan diri.

Jodi bahkan terpukau melihat Nathan bersama alam menjentrik sebuah tiang listrik yang langsung. Sempat membuat pria tersebut menjadi iri, lantas mempraktekan hal sama namun tak kunjung berhasil.

Malah berakhir dengan tawa alam karena Jodi meringis memegang lengannya setelah mencoba memukul pagar rumah dengan tinjuannya. Meski Nathan Narendra itu mengulas senyum melihat tingkah mereka. Tetap saja ada sesuatu yang kosong dalam raganya.

Mereka sedang dalam perjalanan dimana Nathan akan mengeksekusi sepuluh orang oknum yang membuat tubuh Lusi penuh lebam. Itu kejadian sebulan lalu setelah kepergian Maya. Nathan bahkan ingat bagaimana cermin yang Ia pegang erat—menghilang saat Jodi melepaskan ikatan di tubuh Crystal.

Sehabis mengorek informasi yang minim sekali karena sepuluh orang tersebut tidak mengetahui apa-apa, akhirnya pesta besar untuk Dia bersama alam bermandikan darah. Nathan Narendra bahkan mempersilahkan adiknya itu mau mencabik ataupun menggorok masing-masing leher mereka.

Nathan Narendra hanya berpikir, tidak mungkin Ia terus-terusan mengurung singa yang menggaur kelaparan seperti alqm. Meski otaknya sedikit berdenyut karena Crystal berontak ingin ikut melakukan pembunuhan, semuanya menjadi tidak fokus—hampir menelantarkan zoger.

Merindukan Renata juga kini menjadi salah satu rutinitasnya kembali. Nathan Narendra bahkan beberapa kali pergi ke tempat mistis untuk mencari siluman yang cocok bersanding dengannya.

Namun kata Kakek tua penjaga rumah, siluman termasuk mahluk langka. Sampai konsumsian Nathan setiap harinya hanya sekedar bertemu hantu atau arwah gentayangan.

Emosi Nathan Narendra pun kembali sama seperti semula. Tidak terkendali bahkan lebih bengis dari sebelumnya. Dia naik pitam kala melihat arwah wanita yang pernah bekerja bersamanya di bagian humas.

Perempuan itu memberi informasi mengenai keuangan zoger pada rey. Sampai membuat Alam memotong kedua kakinya dan Nathan menendang arwah yang terpelanting beberapa puluh senti itu—sebab menghalangi jalan.

"Kok jadi gak enak gini sih?" protes Alam.

"Masak sendiri kalau begitu!" Crystal mengambil piring berisi schotel yang dia buat dua hari lalu. Nathan langsung berjingkat mengundurkan diri dari meja makan kala setiap pagi kedua adiknya berargumen perihal makanan.

Crystal Narendra menjadi tidak bersemangat memasak sebab tidak ada lagi teman mengobrol atau perut yang tergelitik karena sendok yang bisa mengaduk sendiri maupun menjaili Tsuyoi sentoki dengan mengoles selai coklat pada hidungnya sampai di balas dengan guyuran satu kilo tepung yang membuat suasana dapur menjadi lebih berwarna.

Jodi pun mengusap dahi yang berkeringat di belakang ruang eksekusi sana setelah muntah untuk kelima kalinya melihat nathan membunuh manusia. Lebih gila daripada sebelumnya.

Nathan juga tiada henti mengecup setiap wanita yang dia eksekusi, namun malah marah-marah karena tidak memberikan sensasi apapun padanya. Mulai dari kecupan lembut, sampai terpanas dan tersakit karena Nathan mengigit bibir mereka...

Pada akhirnya... Nathan hanya menusuk mereka berkali-kali sampai mati.

Jujur, baru pertama kali Jodi melihat Nathan membedah manusia hidup-hidup. Padahal Ia sudah menyaksikan ratusan kali bagaimana cara Nathan membunuh manusia.

Namun tidak yang satu itu. Apalagi Nathan langsung mengenggam jantung seraya mengacungkannya di depan Jodi.

Berseringai tipis, seraya menusuk organ inti tersebut sampai memuncratkan darah pada wajahnya, membuat Nathan terkekeh senang. Nathan Narendra bahkan menenggelamkan kepala orang yang sudah berani menampar Crystal kedalam toilet puluhan kali.

Jodi mengatur napasnya ketika akan memasuki ruang eksekusi, dimana Nathan sedang membedah tersangka yang bertanggung jawab pada pencurian satu kapal senjata miliknya, bahkan terdengar suara alat pemotong besi sampai Jodi meneguk ludah kala benturan tulang manusia dengan lantai berbunyi nyaring.

"K–kak... " Jodi gugup taatkala Nathan berbalik menatapnya dengan tubuh dan wajah yang sudah samar tertutup cairan merah. Pandangan Nathan pun sama terganggu karena darah beberapa korban masuk kedalam bola matanya.

"Ada yang ingin bertemu," lanjut Jodi. Nathan menggulirkan kembali badannya fokus pada Mayat manusia dia atas meja yang baru setengahnya dia potong. "Aku sibuk, bawa orang selanjutnya, ini sudah mati."

"Tapi ini Anna."

To Be Continued...