Membayangkan semua itu, Kirana bergidik dan langsung menggelengkan kepalanya menghilangkan pikiran-pikiran buruk yang ada di otaknya.
Lift berbunyi cukup keras menandakan kalau mereka berdua sudah sampai ke tempat tujuan mereka.
Tidak berapa lama pintu lift pun terbuka dengan sendirinya. Kevin langsung melangkah keluar yang di ikuti oleh Kirana.
Lantai paling atas adalah ruangan khusus CEO, wakil dan asisten mereka karena itu ruangan ini tampak begitu sunyi dan tenang, tidak seperti lantai bawah yang sedikit berisik dan penuh dengan manusia yang berlalu lalang dengan berbagai macam keperluan.
Di ruangan dengan kaca transparan terdapat dua orang wanita cantik yang Kirana duga berprofesi sebagai sekretaris.
Sangat cantik dengan make up yang tebal menghiasi wajahnya dan pakaian yang mereka kenakan juga modis dan bergaya menggunakan bahan yang ketat sehingga memperlihatkan dengan jelas lekuk tubuh keduanya memberikan kesan seksi.
Kirana yakin pria mana pun tidak akan berkedip saat melihat keduanya.
Saat Kirana dan Kevin melewati tempat itu kedua wanita yang tengah asik berbincang-bincang itu segera menghampiri Kevin, menyapa nya dan tersenyum genit sedangkan dengan Kirana jangankan menyapa memandang pun tidak. Mereka menganggap Kirana tidak ada di sana.
Kevin hanya menanggapi sapaan keduanya dengan anggukan kepala tanpa berniat berbasa basi barang sejenak.
Saat melewati keduanya salah satu dari wanita itu menatap sinis kepada Kirana.
Kirana terkejut mendapatkan tatapan seperti itu, dia masih belum mengerti kenapa ia di panggil dan kenapa ia di perlakukan seperti itu. Tapi dia hanya bisa menampilkan raut kebingungan dan berusaha tersenyum ramah.
Senyuman Kirana sangat manis membuat wajah nya yang sudah cantik alami semakin cantik. Membuat wanita itu menyenggol temannya.
"Wanita itu bisa menjadi bahaya besar untuk kita." Gumam wanita itu pada temannya.
"Aku sudah tahu, aku akan melakukan apapun agar Presdir Kai membencinya." Jawab temannya.
"Sialan! Wanita itu sangat cantik. Benar-benar selera Presdir." Gumam Miranda dalam hati.
Kirana menggosokan tengkuknya, ia tiba-tiba merasakan seluruh tubuhnya merinding.
"Ada apa dengan ku ?" Gumam Kirana dalam hati.
Tidak berapa lama kemudian, mereka berdua pun sampai didepan pintu yang bertuliskan kantor Presdir Karl Kingston Company.
Kevin mengetuk pintu beberapa kali hingga terdengar suara sahutan dari dalam yang mengatakan kalau mereka boleh masuk.
"Suara itu!" Gumam Kirana dalam hati.
"Aku pernah mendengar suara itu tapi di mana kenapa rasanya aku merindukan suara itu." Gumam Kirana berkata pada dirinya sendiri.
Derit pintu terdengar saat Kevin mendorongnya. Pintu mulai terbuka, Kevin dan Kirana lalu masuk ke dalam ruangan yang udaranya sangat dingin sehingga membuat tubuh Kirana sedikit bergetar.
Kirana menatap punggung pria yang tengah berdiri membelakangi mereka. Pria itu tampak fokus melihat bangunan di depannya.
Punggung itu juga terasa tidak asing bagi Kirana sehingga ia berusaha keras menggali ingatannya mengingat tentang pria itu namun hingga kepalanya pening ia tidak bisa mengingat pria itu. Hanya rasanya saja yang dia ingat, rasa yang begitu familiar dari sosok itu.
Kai sengaja berdiri memunggungi pintu masuk, ia tidak mau membuat Kirana terkejut saat melihat wajahnya dan membuat wanita itu langsung keluar dari ruangannya.
Dia tidak mau kehilangan wanita itu lagi. Sangat! Sangat tidak mau.
Kevin menyapa Kai lalu berkata dengan sopan. "Presdir, nona Kirana yang Presdir ingin temui sudah ada di sini!"
Kai menganggukkan kepalanya dan mengangkat tangannya ke atas sebagai tanda kalau Kevin boleh keluar dari ruangan.
"Baiklah, kamu bisa kembali ke tempat mu bekerja sekarang" ucap Kai
Kevin menganggukan kepalanya dan melihat kearah Kirana lalu berkata "saya tinggal keluar nona."
Kirana mengangguk dan berkata "Baik pak, terima kasih telah mengantar saya."
Sesaat setelah di tinggal keluar oleh Kevin Kirana merasa sangat gugup. Pasokan oksigen di dalam ruangan seketika ini terasa berkurang drastis membuat Kirana harus berkali-kali menarik nafas panjang untuk mengisi pasokan udara di paru-parunya.
Tidak berbeda dengan Kirana. Kai pun merasakan kegugupan yang sama hingga ia merasa sedikit takut untuk membalikkan tubuhnya, berhadapan dengan wanita itu.
Kai meraih remote pintu hingga terdengar bunyi saat pintu itu di kunci otomatis. Pintu itu memakai kunci berupa kode dan password yang cuma Kai yang mengetahuinya.
Jantung Kirana berdetak semakin kencang, "kenapa harus di kunci ?" Gumam Kirana dalam hati.
Kirana merasa sangat ketakutan, ia takut akan terjadi hal-hal buruk padanya.
"Duduk lah." Titah Kai pada Kirana.
Kirana menganggukan kepalanya lalu berjalan perlahan dan duduk di sofa yang memang di sediakan untuk tamu.
Kirana sangat gugup dan takut, ia menelan ludah nya berkali-kali untuk membahasi kerongkongannya yang terasa kering, keringat dingin mulai membanjiri tubuhnya membuat telapak tangannya basah oleh keringat.
Suasana di ruangan ini tiba-tiba berubah begitu mencekam. Ingin pergi juga tidak bisa karena pintu jelas-jelas sudah di kunci oleh pria itu. Sudah tidak ada jalan untuk kembali. Kirana hanya bisa memutar otaknya untuk berjaga-jaga siapa tau pria ini sama mesumnya dengan pria di ruang wawancara tadi sehingga kalau pria ini berbuat macam-macam dia sudah siap sedia untuk melawan.
Kai tersenyum menatap wajah tegang Kirana dari balik pantulan kaca. "Kamu tidak perlu takut sayang, aku tidak akan pernah menyakiti mu." Gumam Kai mengeluarkan smirk nya.
Kai berbalik lalu berjalan perlahan ke arah Kirana. Kirana yang tengah menunduk dan fokus pada isi otak nya untuk berjaga-jaga tidak menyadari kalau pria itu sudah duduk tepat di depannya.
"Kamu memikirkan apa hmmm ?" Tanya pria itu, sontak membuat Kirana terkejut karena kehadirannya yang tiba-tiba.
Kirana mendongakkan kepalanya ke atas seketika pupilnya langsung melebar melihat siapa yang ada di hadapannya saat ini.
"Kamu!" Ucap Kirana.
"Iya, aku. Ada apa ?" Tanya Kai menunjukkan senyum evilnya.
Kirana linglung sesaat menerima fakta yang ia terima kalau pria yang awalnya ia kira gigolo berubah menjadi salah satu staff HRD yang mewawancarai nya dan sekarang pria itu ternyata adalah seorang Presdir Karl Kingston Company.
Kirana duduk diam seperti patung, menatap kosong ke arah Kai. Pantas! Sangat pantas pria ini saat di ruang wawancara tadi berani menatapnya dengan tatapan mesum secara terang-terangan tanpa takut di tegur oleh atasannya.
Kai terkekeh geli menatap wajah shock Kirana yang terlihat begitu imut di matanya. Ia lalu bangun dari tempat duduknya menghampiri Kirana.
Saat ini hati Kai penuh dengan bunga, ia merasa begitu bahagia karena bisa menunjukkan siapa dia yang sebenarnya pada wanita ini. Wanita yang berani-beraninya meninggalkannya dan secara terang-terangan menolaknya.
Mengingat isi pesan di sticky note itu membuat Kai menjadi geram karena kelancangan Kirana tapi ia tidak berniat melampiaskan kekesalannya pada wanita yang sudah membuatnya hampir gila ini. Karena yang Kai inginkan sekarang adalah menjadikan wanita ini miliknya. Menjadi seorang wanita yang menyandang gelar nyonya De Luca.