webnovel

Peran Utama

CherilynCey · 若者
レビュー数が足りません
390 Chs

Ungkapan Tanpa Arti

"Kak, kayak biasa ya. Mie goreng sama telur," kata Daya sambil menyandarkan bahunya pada tiang pembatas antara tempat pesan makanan dan minuman.

Dia sudah sagat lapar, saat istirahat tadi dia tidak diberika kesempatan untuk mengunjungi kantin. Sebagai wakil ketua kelas, Daya diminta mengikuti rapat rutin yang diadakan oleh OSIS. Sedangkan ketua kelasnya sibuk dengan latihan.

"Minumnya? Kayak biasa juga?" tanya penjual yang biasa melayani minuman.

Daya mengangguk dan tidak lama kemudian penjual minuman itu menyodorkan Daya dua gelas minuman. Daya pun menerima gelas air putih dan es jeruk itu. Kemudian dia mencari tempat duduk dan meletakkan gelasnya di sana. Bersamaan dengan itu, penjual yang lain membawakan mie goreng pesanannya.

Sebelum makan, Daya melihat jam tangannya terlebih dahulu. Inilah kebiasaan aneh Daya, dia hanya mau makan berat saat jarum panjang pada jam menunjuk ke angka dua belas.

"Oke, gue hari ini makan jam 3 sore," katanya sebelum akhirnya menyendokan makanan ke mulutnya.

Baru saja Daya menyuapkan makan ke dalam mulutnya, terdengar suara seseorang memanggil namanya.

"Day, Daya," seru Deri dari tengah-tengah kantin.

Orang yang panggil hanya menoleh sebentar dan kembali melanjutkan makannya. Mie goreng instan yang ada di hadapannya ini lebih menggugah dari pada orang yang memanggilnya barusan.

Deri, cowok yang tadi memanggilnya kini berjalan menghampirinya. Daya masih saja menyibukkan diri dengan makanannya. Dia sudah tau maksud Deri datang ke kantin ini.

"Day," kata Deri lagi saat dia sudah duduk di hadapan Daya.

"Apa?"

"Lo lagi makan ya?"

Sambil mengunyah makanannya Daya memutar bola matanya. Setelah habis mengunyah dia pun berkata, "Pertanyaan bego apa itu?"

Bukannya tersinggung dengan perkataan Daya, Deri malah tertawa. "Lo mau tambah apa lagi? Biar gue ambilin."

Daya memutar garpu pada mie yang ada di piringnya sambil matanya menatap Deri. "Ambilin gue kerupuk."

"Siap, Princess," kata Deri dan kemudian dia pun beranjak dari tempat duduknya. Mengambilkan kerupuk yang tergantung di sudut dinding kantin ini.

Daya memperhatikan gerak-gerik Deri. Dia tau ada sesuatu yang aneh. Saat Deri kembali ke hadapannya, cewek itu langsung menodongnya dengan pertanyaan.

"Cepat kasih tau ke gue, lo maunya apa?"

Bukannya memberi tahu apa yang diinginkannya, Deri malah bertingkah seolah dia terkejut karena Daya bertanya seperti itu. "Kok lo gitu banget sama gue? Mikirnya pasti gue ada maunya. Padahal, gue lagi pengen baik aja sama lo."

Daya berhenti mengunyah makanannya. Dia masih tidak bisa mempercaya kalau Deri memang benar-benar ingin berprilaku baik padanya. Sebab biasanya, setiap kali Deri berlaku baik pasti ada yang cowok itu inginkan.

"Nggak percaya lo sama gue?" tanya Deri.

Daya tidak menjawab pertanyaan Deri. Matanya masih memperhatikan Deri dengan pandangan curiga.

"Oke, gue percaya," kata Daya akhirnya.

"Lo udah bayar makanannya belum?"

Walaupun dia berkata telah mempercayai Deri, Daya tetap tidak bisa berhenti menaruh curiga pada cowok ini. "Kenapa kalau belum?"

"Gue bayarin," kata Deri. Lagi-lagi dia pun beranjak dan ke arah kasir yang ada di kantin ini.

Deri sudah hapal dengan menu makanan yang biasa dipesan oleh Daya. Bahkan Deri juga sudah mengetahui berapa harga yang harus dia bayar. Jadi, saat kasir itu menghitung harga makanan yang disebutkan, Deri menyiapkan uangnya.

Selesai Deri membayar makanannya, Daya juga telah selesai dengan mie gorengnya. Sesi makanan ini pun seperti biasa dia akhir dengan meminum segelas es jeruk yang sudah dia pesan tadi.

"Thanks," kata Daya tampak acuh. Dia segera berdiri dari tempat duduk dan bersiap pergi meninggalkan Deri.

"Day," kata Deri sambil tangannya menahan tangan Daya.

Tuh kan.

Daya sudah bisa menebaknya, perlakuan Deri punya maksud lain. Cowok itu tidak pernah tulus padanya. Namun, Daya masih saja bisa tertipu.

"Sebut aja deh, mau lo apa Der?"

"Cari tau soal Aron dong," ucap Deri dengan nada memohon.

Daya menghembuskan napasnya. "Ini pasti karena Alice ya?"

Deri mengangguk tanpa keraguan.

"Kalo gitu, uang bayaran makanan gue tadi gue balikkin aja nih." Daya memasukkan tangannya ke dalam saku baju untuk mengambil uang.

Namun tangan itu ditahan oleh Deri. "Nggak usah."

Daya mundur beberapa langkah sebab tangan Deri mengenai bagian sesitif tubuhnya. "Dari pada gue harus bayar dengan cara lain."

"Ayolah, bantuin gue Day. Demi gue."

"Enggak deh, gue enggak mau." Wajah Daya berubah cemberut.

"Ini demi gue, bukan demi Alice."

Daya menatap Deri dengan pandangan sebal. "Tapi tetap aja, lo nyuruh gue nyari tau soal Aron buat Alice."

"Gue lagi dekatin Alice, bantuin gue. Pliss...." Deri menyatukan kedua tangannya di depan dada dan menatap Daya dengan pandangan memohon.

"Ya udah, nanti gue cari tau soal Aron," kata Daya yang tidak mau berdebat lebih panjang lagi dengan Deri. "Itu aja kan?"

Deri mengangguk. Dia pun mengusap bahu Daya dan berujar, "Makasih, lo emang yang terbaik."

Dari awal Daya sudah tau, kedatangan Deri mencarinya pasti untuk meminta tolong soal Aron. Sebab, dari pagi Alice sudah gaung-gaung kan nama Aron.

Aron seorang artis lama yang baru-baru ini bersinar karena perannya yang memukau di salah satu film tahan air yang sedang tayang di bioskop. Tadi pagi Alice mengajak teman-temannya untuk kembali menonton film Aron di bioskop. Tidak hanya itu, Alice juga memamerkan empat tiket bioskop film yang dibintangi Aron itu. Kalau dia pergi lagi, berarti sudah lima kali menonton.

Benar-benar tidak masuk akal. Hal yang tidak masuk akal lagi, Deri ingin mengetahui lebih banyak soal Aron agar bisa mengobrol banyak dengan Alice. Benar-benar tidak masuk akal.

Kemudian, Daya mengetaui ada yang lebih tidak masuk akal lagi selain perilaku Alice dan Deri. Yaitu, dirinya sendiri. Sampai di rumah, Daya malah menyalakan ponselnya yang sedang diisi daya. Lalu Daya membuka aplikasi Instagram dan mengetikkan nama Aron.

Memang banyak username bernama Aron, namun untuk mencari akun Instagram orang yang terkenal tentu tidak sulit. Sekali pencarian saja, Daya sudah menemukan akun Aron.

"Festival?" tanya Daya pada dirinya sendiri.

Dia melihat-lihat postingan terbaru di akun Instagram Aron dan dia melihat sebuah banner yang sebelumnya sudah perna dia lihat.

"Oh, festival ini kan juga mengundang Cecil," gumam Daya.

Dalam diam, Daya sempat berpikir. Menimang-nimang apakah dia harus pergi atau tidak. Tapi, kalau pun dia melakukan ini, itu bukan sepenuhnya untuk Deri.

Namun akhirnya, Daya mengirimkan pesan pada Deri.

"Der, gue bakalan pergi ke acara ini."

Setelah itu Daya mengirimkan banner festival yang dia dapatka dari postingan Aron.

Tidak berapa lama, sudah terlihat Deri mengetikkan pesan untuknya.

"Bagus. Makasih Day. Cinta gue sama lo."

Daya tersenyum senang membaca tulisan terakhir. Walaupun dia tau kalau itu hanyalah kalimat kosong. Ungkapan cinta tanpa arti. Tanpa perasaan.