webnovel

Peran Utama

CherilynCey · 若者
レビュー数が足りません
390 Chs

Topeng Anak Baik

Pada saat makan malam, hanya Daya yang tidak berbicara di meja makan. Sedangkan yang lainnya sibuk membicarakan kegiatan apa yang akan mereka buat nanti. Eki sesekali memberikan beberapa saran untuk konten Cecilia selanjutnya.

Tidak jarang juga nama Aron disebut-sebut dalam pembicaraan mereka. Menurut salah satu tim Cecilia, kolaborasi dengan Aron akan membuat nama Cecilia ikut naik. Sebab saat ini pamor cowok itu sedang naik karena sinetron yang dibintanginya.

"Day, menurut kamu gimana sama Aron?"

"Hah?" Kegiatan makan Daya seketika saja terhenti karena mendapat pertanyaan dari Cecilia tentang Aron.

"Soal Aron, menurut lo gimana?" tanya Cecilia lagi.

Daya melirik ke arah Eki dan Cecilia bergantian. Kedua alisnya bertaut menyiratkan kebingungannya namun itu tidak membuat orang yang di meja makan ini berhenti menuntut jawaban darinya.

"Aron baik," jawab Daya seadaanya.

Cecilia tertawa kecil sambil menggeleng. "Bukan itu maksud gue Day. Menurut lo gimana kalo gue kolaborasi sama Aron, apa bakalan buat pengikut gue jadi naik?"

Daya berpikir sebentar sebelum menjawab pertanyaan Cecilia itu. Dia tidak mau terlihat memihak Aron atau menjatuhkan cowok itu. Daya ingin menjawab dengan objektif.

"Menurut gue Kak, tergantung kontennya nanti gimana. Kalau cuma buat video sama Aron terus udah, paling bagus dibagian penonton video itu. Tapi, kalau konten yang dibuat selanjutnya makin seru, pasti bakalan banyak yang ngikutin."

"Bener juga," kata salah satu tim Cecilia. "Kita harus buat program yang bagus di channel Cecilia."

"Kalo gitu, berarti kita harus ngomongin serius soal itu. Nanti saya atur jadwal buat rapatin ini."

Semua orang yang makan bersama di meja ini mengangguk menyetujui perkataan managernya Cecilia. Tidak terkecuali Daya yang merasa bangga dengan omongannya yang menurutnya lumayan berbobot.

Waktu Daya melihat ke arah Cecilia, cewek itu tersenyum padanya. Daya pun membalas senyum itu. Setelah itu dia pun melanjutkan makannya lagi.

Selesai makan, Cecilia beranjak lebih dulu. Namun tidak lama kemudian dia kembali lagi dengan membawa tiga botol bir di tangannya. Eki dengan sigap membantu Cecilia membawa botol itu dan meletakkannya di atas meja makan.

"Karin, Amel," panggil Cecilia pada kedua timnya sambil mengangkat botol yang berwarna hijau itu.

"No!" teriak manager Cecilia. "Mereka besok harus nyetir."

"Yah," ucap Cecilia yang nampak kecewa.

"Udahlah," kata Eki untuk menenangkan Cecilia.

"Kalau gitu, kita bertiga aja." Cecilia menuangkan isi air di botol hijau itu ke dalam gelas kecil yang sudah ada di meja makan ini.

"Berdua," kata Eki seraya mengambil gelas itu dan meneguk isinya. Lalu kemudian dia menoleh pada Daya. "Kamu bisa masuk ke kamarmu."

Daya mengangguk. Tanpa disuruh pun dia memang sudah ingin ke kamar semenjak tadi. Akan tetapi, dia juga ingin mengetahui apa yang dilakukan oleh Cecilia dengan botol-botol hijau itu.

Cecilia menatap Eki. "Enggak boleh minum dia?"

Eki langsung menggeleng.

"Kenapa? Dia hampir lulus SMA. Aku aja, di kelas satu udah minum."

Tanpa sepengetahuan Cecilia, Eki memutar bola matanya setelah mendengar pertanyaan dari Cecilia. "Aku enggak mau aja Daya kenal sama hal yang begini. Susah buat nyari jalan ke luarnya. Kamu paham kan maksud aku?"

Cecilia mengangguk dan dia kembali meneguk isi botol itu. Eki hanya menatap Cecilia. Tangannya terulur untuk mengusap pipi pacarnya itu.

"Capek banget ya hari ini?" tanya Eki.

"Hemm," jawab Cecilia. "Dan besok, bakalan lebih banyak jadwal lagi."

Eki meringis mendengar kalimat terakhir dari Cecilia. Dia pun segera merangkul tubuh cewek itu agar makin dekat dengannya. Eki tidak peduli dengan bau alkohol yang langsung menusuk indra penciumannya. Eki sudah terbiasa dengan bau ini apalagi jika bau itu berasal dari Cecilia.

"Tenang, kamu enggak bakalan sendiri." Eki mengusap kepala Cecilia.

"Jadi Daya enak ya, dia bisa jadi apa aja yang dia mau. Enggak ada orang yang bisa maksain dia harus ngelakuin ini, ngelakuin itu. Daya bisa milih jalannya sendiri. Beda sama aku," oceh Cecilia.

"Hey," tegur Eki sambil terus mengusap puncak kepala Cecilia. "Jadi dia enggak seenak yang kamu pikirkan. Kamu cuma liat dia yang sempurna. Kamu enggak liat dia kalau lagi sendiri, kamu nggak tau kan gimana kuatnya dia nahan suaranya biar tangisnya nggak terdengar orang lain?"

Cecilia memiringkan kepalanya agar bisa bersandar di bahu Eki. Matanya menatap langit-langit tempat penginapan ini. Mulutnya masih saja berbicara.

"Memangnya, apa yang ditangisi Daya? Menurut aku, dia cewek yang biasa aja. Masalahnya paling sama cowok yang dia suka atau cowok yang suka sama dia. Beda sama aku," lirih Cecilia.

"Sedihnya aku sama dia hampir sama Sayang. Kamu enggak tau itu karena kamu belum terlalu kenal aku sama dia," jelas Eki.

"Gimana aku mau kenal kalian lebih jauh, kalau kamu selalu jaga jarak sama aku. Ki, status kita itu pacaran. Ya, walaupun aku belum berani terang-terangan mengakuinya di depan semua orang. Tapi tetap aja, status kita itu pacaran," keluh Cecilia.

"Cuma pura-pura," koreksi Eki.

"Oohh," Cecilia mengeluh dan kemudian dia tertawa hambar. "Gue suka enggak tau diri soal itu."

"Kamu masih ingat perjanjian kita kan Cil?"

"Iya, tentu aku ingat." Cecilia kembali meneguk botol yang dari tadi tidak dia lepaskan dari tangannya. Dalam tegukkan ini, Cecilia menghabiskan isinya. Setelah itu dia mengambil botol yang lain dan dia tuangkan isinya ke dalam gelas kecil.

Eki pun mengambil gelas kecil itu dan meneguk setengahnya. Sedangkan dia tetap membiarkan Cecilia menghabiskan minuman yang ada di dalam botol.

Sambil memejamkan mata dan masih dengan posis bersender di bahu Eki Cecilia berkata, "Makasih sudah mau temani gue di sini."

Eki juga memiringkan kepalanya agar bersentuhan dengan kepala Cecilia. Posisi yang menenangkan. Semua orang sudah masuk ke dalam kamar masing-masing, hanya meninggalkan mereka berdua di ruang makan.

"Ki," panggil Cecilia setelah terjadi keheningan beberapa saat.

"Ya," jawab Eki.

"Sampai kapan ya aku gini terus?" tanya Cecilia dan kembali melanjutkan bicaranya, "Sampai kapan aku harus masang topeng jadi cewek yang baik di depan banyak orang? Makin sering nipu begini, aku makin ngerasa kalau bukan nipu orang lain. Tapi aku nipu diri sendiri."

"Sabar Cil, sebentar lagi kamu pasti bisa ngelepasin topen anak baik itu."

"Tapi," ucap Cecilia yang berubah menjadi ragu. "Gimana waktu aku lepas topeng anak baik itu, makin banyak yang benci aku?"

"Benci atau suka itu pilihan, terserah mereka. Kita enggak bisa ngatur perasaan orang lain. Apa yang bisa kita atur itu, apa yang kita mau. Orang suka atau benci itu urusan mereka."

"Ki," panggil Daya lagi sambil menyunggingkan senyumnya.

"Apa?"

"Makasih tetap mau di sini," ucap Cecilia.

Eki tidak menjawab, dia hanya mengeratkan rangkulannya pada tubuh Cecilia.