webnovel

Peran Utama

CherilynCey · 若者
レビュー数が足りません
390 Chs

Perasaan Orang Bodoh

Seseorang menutup mata Daya saat dia sedang asik membaca kembali catatannya. Tangan Daya melepas buku yang sendari tadi dipegangnya dan beralih meraba tangan yang menutupi matanya.

"Siapa sih?" tanya Daya dengan nada bicara tidak suka.

Terdengar kekehan dari orang yang menutupi matanya. Daya pun kembali menaruh tangannya di atas meja. Walau pun hanya bersuara sekali, dia dapat mengenali suara itu.

"Deri? Apaan sih ini. Lepas nggak?"

Merasa dirinya sudah ketahuan, Deri pun melepaskan tangannya dari wajah Daya. Kemudian cowok itu mengambil tempat duduk di samping Daya. Dia menatap Daya sambil tersenyum lebar.

"Lo tau nggak? Dari awal istirahat gue nyariin lo. Gue pikir lo hilang. Gue tanya sama Rin, dia bilang lo di toilet. Gue tungguin di depan toilet cewek, ternyata lo enggak ada," kata Deri cerocos begitu saja.

Daya hanya melihat Deri dengan wajah datar. Setelah Deri menyelesaikan bicaranya, Daya kembali melihat ke buku bacaannya.  Daya tau apa maksud Deri mencari dirinya.

Itulah kenapa Daya memilih menghabiskan waktu istirahatnya di ruangan perpustakaan ini. Sebab, dia menghindari Deri. Namun, dia tidak menyangka kalau cowok ini dapat menemukannya.

"Day," panggil Deri seraya tangannya menutupi halaman buku yang sedang dibaca oleh Daya. "Ada yang mau gue tanyain sama lo."

Daya menghembuskan nafas panjangnya dan menoleh ke arah Deri lagi. "Apa?"

"Hari Sabtu nanti, lo jadi datang ke festival yang ngundang Aron itu kan?"

Dengan cepat Daya menggeleng. "Enggak jadi, males."

Kalau mengingat apa yang dilakukan Alice dan Deri tadi pagi, Daya tentu saja akan mengabaikan acara festival itu. Sebab, untuk apa dia pergi ke sana? Daya sama sekali tidak punya kepentingan di sana.

"Yah, kok gitu. Lo bilang mau datang ke sana," kata Deri dengan suara yang memohon.

"Gue mau belajar, sebentar lagi mau ujian."

"Ujian masih sebulan lagi," kata Deri.

"Ujian tinggal sebulan lagi," koreksi Daya.

"Ninggalin belajar di akhir pekan, enggak bikin lo bego."

Daya hanya memutar bola matanya dan setelah itu dia kembali pada buku bacaannya. Dia harus berusaha menolak permintaan dari Deri. Apalagi jika permintaan itu untuk Alice.

"Oke, gini deh," kata Deri yang masih berusaha membujuk Daya. "Gimana, kalo lo bisa dapatin yang gue mau, gue bakalan nurutin satu permintaan lo. Gimana?"

Mata Daya masih terpaku pada tulisan yang ada di halaman buku yang dia pegang. Akan tetapi, pikirannya sedang berkelana mencari permintaan apa yang akan dia ajukan pada Deri nantinya.

"Hey, gimana?" tanya Deri.

Daya menoleh pada Deri. "Enggak."

Setelah mengucap seperti itu, Daya menutup buku bacaannya dan beranjak pergi. Dia berjalan begitu saja meninggalkan Deri yang masih terbengong di kursinya.

Sebenarnya, saat Deri mengatakan kalau dia akan mengabulkan satu permintaan Daya sedikit tergugah. Dia bahkan sudah mengetahui dia ingin mendapatkan dari Deri. Akan tetapi, Daya tidak mau semudah itu. Dia ingin melihat bagaimana Deri lebih berusaha membujuknya.

Daya berharap Deri mengejarnya. Namun, harapan itu hanya keinginan semu. Deri tidak mengejar Daya, bahkan memanggil saja tidak.

Saat Daya berada di luar perpustakaan, Daya memperlambat langkahnya. Namun tidak ada juga Deri yang mengejarnya. Daya harus menelan rasa kecewanya sendiri. Lagi-lagi dia diabaikan.

***

"Day, nih buat lo," kata Rin sambil menyodorkan bungkusan berisi roti dan minuman rasa jeruk kesukaan Daya.

"Buat gue?" tanya Daya.

Rin mengangguk

Daya pun menerima bungkusan itu dan segera mengambil roti yang ada di dalamnya. Karena memang, dia lumayan lapar. Usahanya untuk menghindari Deri sia-sia saja. Padahal, dia sudah merelakan waktunya untuk makan siang.

"Makasih Rin," ucap Daya sebelum memasukkan roti ke dalam mulutnya.

"Jangan makasih sama gue, itu bukan dari gue kok."

"Terus dari siapa?"

Rin tampak terdiam sebentar, sebelum akhirnya dia menjawab, "Nanti orangnya bakalan nemuin lo kok."

Daya berhenti mengunyah dan melihat kembali makanan dan minuman yang kini sudah berada di tangannya. "Ini enggak ada racunnya kan?"

"Jelas enggak. Makanannya aman kok, gue yang beli. Dia cuma nyuruh gue."

"Dia siapa sih?"

"Nanti juga lo tau," kata Rin sok misterius.

Daya hanya memutarkan bola matanya dan kembali memakan rotinya. Dia tidak perduli siapa yang memberikannya roti ini. Sekarang hal yang paling penting adalah perutnya harus terisi agar bisa konsentrasi saat belajar nanti.

Saat sedang asik memakan-makanannya, Daya melihat ke arah pintu kelas. Di sana, Alice bersama seorang temannya melangkah masuk sambil membawa tas. Dua cewek itu, bolos di jam pelajaran pertama. Tidak ada yang boleh iri, sebab Alice dan temannya itu bolos karena harus latihan.

Menurut Daya, itu tidak masuk akal. Kalau alasannya bolos karena latihan, kenapa tidak latihan saat jam pulang sekolah saja? Apa segitu pentingnya latihan dance dari pada pelajaran?

Tidak berapa lama Alice masuk, Deri terlihat mengikuti cewek itu dari belakang. Daya segera mengalihkan pandangannya. Seketika itu juga dia merasa kesal. Daya membenci keadaan yang tidak selalu berpihak pada keinginannya.

"Gimana Day, udah kenyang?" tanya Rin.

"Ya, lumayanlah." Daya memperhatikan bungkusan roti yang isinya sudah berpindah ke dalam perutnya dan air jeruk yang tinggal setengah botol.

"Kalo gitu, lo bilang makasih tuh sama dia." Rin menunjuk seseorang dengan memajukan dagunya.

Daya segera menoleh ke arah kursi yang berada di belakangnya. Di sana sudah ada Deri yang duduk dengan melipat kedua tangannya di atas meja sambil melihat ke arah Daya dengan senyum lebarnya.

Seketika itu juga Daya menghembuskan napas panjang. Harusnya, dia sudah bisa menebak siapa yang memberikan roti dan minuman jeruk ini. Sebab, tidak ada yang mengenal dirinya sebaik Deri.

"Lo yang ngasih?"

Masih dengan senyuman lebar, Deri mengangguk. "Waktu lo ninggalin gue di perpustakaan, gue ngirim pesan sama Rin buat beliin makanan buat lo."

Daya melirik ke arah Rin dan di balas senyuman canggung oleh cewek itu.

"Nih Rin, uang lo gue gantiin. Sesuai janji ya, gue bayar dua kali lipat," kata Deri seraya menyerahkan beberapa lembar uang pada Rin.

"Lo maunya apa?" tanya Daya akhirnya mengalah.

"Masa iya, gue harus ngasih tau lagi gue maunya apa?" tanya Deri, kemudian matanya melirik ke arah kanan.

Daya ikut melihat ke arah lirikan Deri. Dia bisa melihat di sana ada Alice yang sedang menyisir rambutnya yang panjang itu.

"Permintaan lo emang gak ada yang lain?" tanya Daya dengan ketus.

"Gue butuhnya itu sekarang. Ayolah Day, gue tau lo bisa dapatin apa yang gue mau. Lagian lo udah janji juga kan?" Deri menggenggam tangan Daya dan dengan tatapan memohon.

"Gue udah bilang kan tadi? Gue enggak jadi ke sana. Kurang jelas ya?"

"Day, ayolah," bujuk Deri.

Daya segera melepaskan pegangan tangan Deri dari lengannya. Lalu, dia berkata, "Cuma orang bego yang mau ngelakuin itu."