webnovel

Peran Utama

CherilynCey · 若者
レビュー数が足りません
390 Chs

Penolakan

Deri menepati janjinya mengantar Daya pulang ke rumah. Kesempatan ini tentu tidak di sia-siakan oleh Daya. Sebelum pulang ke rumah, Daya minta Deri membelikannya es krim terlebih dahulu sebagai ganti uangnya kemarin.

"Gara-gara lo nih gue enggak bisa nabung hari ini," keluh Deri setelah dia memberikan pesanan es krim Daya.

"Ini kan janji lo juga," balas Daya yang ikut kesal karena Deri terus saja mengeluh tentang hal kecil dari  mereka masih di sekolah.

"Gue pikir, bakalan gue ganti nanti setelah gue beli kado buat Alice."

Satu nama dapat merusak suasana hati Daya. Padahal dia ingin menikmati hari ini dengan Deri. Namun nama Alice membuatnya jadi sebal dengan Deri.

"Nih, lo balikin aja ke kasir siapa tau duit bakalan dikembalikan." Daya memberi lagi es krim pada Deri.

"Bercanda gue...," bujuk Deri dan dia memberi lagi es krim itu pada Daya. Sekalian dengan helm yang digunakan cewek itu.

Walaupun wajahnya cemberut Daya tetap mengambil es krim dan helm itu. Dia mengenakannya dan mereka melanjutkan perjalanan lagi. Jarang lagi Daya dibonceng pakai motor dan kali ini dia menggunakan motor dengan Deri.

"Day, gue denger lo udah kenal dekat ya sama Aron?" tanya Deri di tengah-tengah perjalanan mereka.

Daya memutarkan bola matanya. Dia tahu sekarang sudah waktunya bagi Deri untuk meminta apa yang dia mau. Namun Daya tidak ingin mengabulkan permintaan itu secepatnya.

"Apa? Gue enggak dengar," kata Daya berpura-pura.

"Lo udah kenal sama Aron kan?" Deri mengeraskan suaranya lagi sampai-sampai orang yang berkendara di dekatnya menoleh padanya.

"Der, enggak dengar. Nanti aja deh ngobrolnya," ucap Daya.

Deri pun mengalah, dia melajukan motornya dengan kecepatan lima puluh kilo meter perjam. Sehingga mereka sampai dengan waktu kurang dari sepuluh menit.

Daya segera turun saat motor Deri berhenti di depan rumahnya. Tangannya dengan cepat membuka kaitan helm dan diberinya pada Deri.

"Gue masuk dulu ya, buru-buru mau ke toilet." Daya segera berlari masuk ke dalam rumahnya.

"Day, tapi...." Deri tidak sempat berkata apapun karena Daya sudah keburu masuk ke dalam rumah dan menutup pintunya.

Dari dalam rumah, Daya mengintip di sela tirai jendela. Dia melihat Deri menungguinya di depan rumah. Sejauh ini, baru ini Deri menunggu dia di depan rumah seperti ini. Biasanya selalu Daya yang menunggu Deri di depan rumahnya.

Daya sengaja berlama-lama di dalam rumah. Berganti baju dan membuka tempat es krim yang tadi dia beli. Setelah itu baru dia ke luar dari rumah.

Di luar rumah, masih ada Deri yang menungguinya. Daya memakan es krim dengan santai dan duduk di kursi yang berhadapan dengan Deri.

"Ngapain sih lo nungguin gue di sini?"

"Gue mau minta tolong sama lo." Deri memperhatikan Daya menyuap es krim ke dalam mulutnya.

"Soal apa?" tanya Daya dan sebelum Deri menjawab dia berkata lagi. "Masih soal video untuk ulang tahun Alice kan?"

"Iya Day, lo kan sudah janji. Lagian gue dengar lo sudah kenal sama Aron."

"Gue sama Aron cuma sekadar tau aja. Enggak begitu dekat. Mana mungkin gue bisa minta video ke dia. Lagian, mintanya aneh-aneh aja."

"Ayolah, ini cuma permintaan kecil. Lagian, gue juga sudah janji kan? Gue bakalan kabulikan satu permintaan lo."

Daya mengangkat tempat es krimnya. "Janji soal ini aja lo susah banget ditagih. Gimana nanti kalo sudah pemintaan."

"Apa perlu gue bikin surat perjanjian dan ada tanda tangan gue disitu?"

"Percuma lo bikin surat perjanjian begitu, gue enggak bakalan bisa minta video untuk Alice. Gue enggak dekat sama Aron. Lagian, Aron itu aslinya sombong susah buat gue dekat sama dia."

"Apa lo enggak bisa usahain ini Day?"

Dengan segera Daya menggeleng dan kemudian dia beranjak dari tempat duduknya. Sebelum Daya meninggalkan Deri masuk ke dalam rumah dia berkata, "Sori ya Der gue enggak bisa bantu banyak."

Usai ditinggalkan Daya, Deri pun pulang dengan perasaan kecewa. Rasanya sia-sia saja dia mengantar Daya pulang dan membelikannya es krim. Jika tahu ujung-ujungnya Daya tidak bisa membantu.

Malamnya, Deri menerima telepon dari Alice. Dengan berat hati Deri menerima telepon itu. Dia sudah menyiapkan diri untuk menerima omelan dari Alice.

"Gimana, Daya mau bantuin?"

Deri menggeleng padahal Alice tidak dapat melihatnya. "Gue enggak bisa. Katanya, dia enggak begitu dekat sama Aron jadi agak susah buat minta video itu."

"Enggak mungkin dia nggak dekat sama Aron. Gue liat sendiri Aron bagiin foto Daya di Instagram. Mana mungkin enggak dekat," omel Alice.

"Daya bilang, Aron itu sombong dan udah pasti enggak mau disuruh bikin video begitu."

"Makin gila," teriak Alice. Dia tidak terima orang yang dia sukai dikatakan sebagai orang yang sombong.

"Asal lo tau ya Der, enggak pernah ada penggemar Aron yang bilang kalau Aron itu sombong. Baru Daya yang bilang Aron sombong. Mungkin dia yang enggak normal jadi orang."

"Ya, gue enggak tau Lice soal gitu." Deri memainkan rambutnya karena bingung harus berbuat apa untuk mendapatkan apa yang diinginkan oleh Alice.

"Kalo gitu, lupain Daya. Dia enggak bisa diandalkan. Kita pakai cara lain aja. Menurut lo perlu pakai cara yang gimana ya Der?"

Deri menutup matanya sambil menghembuskan napas perlahan. Dituntut memberikan ide membuatnya makin bingung.

"Samperin rumahnya aja," usul Deri dengan ide yang tiba-tiba saja muncul di benaknya.

"Dapatin alamat dia dari mana?" tanya Alice.

"Tanya sama Daya," jawab Deri.

"Daya lagi!" Nada suara Alice meninggi saat dia mendengar nama Daya. "Bukannya tadi udah gue bilang kalau dia itu enggak bisa diandalkan."

"Ya, coba aja dulu sekali lagi," bujuk Deri.

"Terserah lo deh Der gimana. Pokoknya sebelum ulang tahun gue video itu sudah ada di gue. Kalo dia enggak mau kasih alamatnya Aron, coba pikirin cara lain deh." Alice menutup teleponnya meninggalkan Deri dengan seribu kebingungan untuk meminta video ke Aron.

Deri tidak pernah mengikuti permasalahan soal artis. Apalagi jika itu artis sinetron. Dia hanya tahu beberapa artis Indonesia itu pun dikenalnya dari musik. Selain itu, Deri hanya mengetahui olahragawan.

Sekalinya dia mengenal salah satu artis sinetron, itu malah menyusahkan dirinya. Deri tidak tahu harus mulai dari mana. Itulah kenapa dia minta tolong pada Daya karena dia tahu cewek itu menyukai artis. Akan tetapi harapannya pada Daya tidak membuahkan hasil.

Sekarang Deri harus berjuang sendiri untuk menuruti permintaan Alice. Namun mungkin, seperti katanya tadi, dia akan mencoba sekali lagi ke Daya. Dia akan menanyakan alamat rumah Aron pada Daya. Setidaknya saat mengetahui alamat rumah Aron Deri bisa tahu harus melakukan apa lagi.