Penghujung

"Tapi, buat apa Papa nyuruh dikasih ke Aila?"

Ema menaikkan bahunya sebagai pertanda dia tidak mengetahui alasan papanya memberikan uang untuk pacar abangnya itu. Padahal mereka hanya baru bertemu beberapa kali tapi papanya sudah sebaik ini. Ya, walaupun papanya memang orang yang baik dan tidak pelit.

"Coba aja Abang tanya sama Papa. Udah ah, Ema mau ke kafe." Ema pun berdiri dari tempatnya.

"Ini kamu lagi memangnya?" tanya Raden sambil merogoh saku celananya.

"Kafe tempat kerja Abang," ucap Ema dengan malas.

"Oh iya, Lo kan pegawai biasa. Udah sana, kerja yang rajin jangan sampai bos Lo marah." Raden beralih ke arah ponselnya, membiarkan Ema ke luar dari ruangannya begitu saja. Raden sendiri ingin menelepon papanya dan menanyakan soal uang jajan ini.

"Halo Pa. Pap, ini uang lebihnya serius buat Aila?" tanya Raden tanpa mau berbasa-basi lagi.

"Iya, kayak yang di bilang Ema. Uang lebihnya buat Aila.

"Tapi, kenapa jadi buat Aila?"