Panik

"Ingat ya Aron, besok kamu harus ke rumah Daya. Seperti yang diminta sama papanya Daya tadi."

"Ouuhh," gumam Aron sambil menghela napas panjang. Makin diingatkan dengan papanya, makin membuat Aron terlihat setres.

Mama Aron yang melihat Aron dari spion depan hanya bisa terkekeh. Seakan tingkah frustrasi Aron seperti lelucon baginya. "Apa sekejam itu papa Daya ke kamu?"

Aron menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya, membuat rambut yang tadi terlihat rapi jadi bentakkan.Kemudian Aron teringat sesuatu, "Apa Daya tau soal pertemuan ini?"

"Tadi bilangnya, Daya enggak diajak ke pertemuan ini kan?" tanya papa Aron sambil menoleh ke istrinya.

"Cuma waktu Elin telepon Aron kan, dia bilang Daya minta tolong Elin buat bujuk papanya biar bisa ketemu sama keluarga Aron? Harusnya kan Daya ikut ya," kata mama Aron yang juga bertanya-tanya dengan ketidak hadiran Daya.

"Coba, Aron tanyakan langsung deh."