webnovel

Peran Utama

CherilynCey · 若者
レビュー数が足りません
390 Chs

Kerja

Baru juga selangkah Daya memasuki rumah ini, dia sudah langsung tahu ini tempatnya siapa. Sebab, barang yang tergeletak begitu saja di ruang tamu dikenali oleh Daya.

"Ini rumah Kak Cecil ya?" tanya Daya pada Eki yang sudah dua langkah lebih dulu menaiki tangga.

"Sebenarnya ini kantor, tapi kalo dibilang rumah juga bisa. Soalnya, Cecilia lebih banyak ngabisin waktunya di sini," jelas Eki sambil menaiki anak tangga menuju lantai dua.

"Kenapa aku enggak pernah tau Kak Cecil kantornya di sini?"

"Baru juga pindah beberapa minggu ini, tapi semua barang belum di bawa ke sini karena pada sibuk ngurus konten dan acara besar kayak festival kemarin."

Daya mengangguk pertanda mengerti. Memang benar, suana di tempatnya masih sangat berantakan. Masih banyak kotak yang belum disusun dan tergeletak di sana-sini.

"Mel, Cecil mana?" tanya Eki saat mereka ingin berpapasan di dekat tangga.

"Lagi latihan olah vokal, sebentar lagi selesai."

"Tempat latihannya di ruangan ujung kan?"

"Iya," katanya dan kemudian menuruni tangga. Waktu berpapasan dengan Daya dia sempat tersenyum.

Eki mengajak Daya duduk di sofa yang tersedia di sana. Di sofa itu pun terisi beberapa potong baju yang sempat Daya lihat di stori Instagram Cecilia hari ini. Melihat ini semua, Daya jadi mengerti bagaimana Cecil berusaha keras untuk mendapatkan uang. Sepertinya apa yang dikatakan kakaknya benar, kita tidak bisa menilai orang hanya melihat satu sisi saja.

"Ki," sapa seorang perempuan berumur sekitar tiga puluhan akhir.  Dia baru saja keluar dari ruangan paling ujung.

Eki tersenyum membalas sapaan dari perempuan itu. "Sudah selesai ya?"

"Iya, latihan hari ini cukup."

"Tante langsung pulang?" tanya Eki. "Ada yang antar?"

"Sudah pesan taksi kok, kamu enggak perlu repot-repot."

"Kalo gitu, hati-hati di jalan," kata Eki.

Daya jarang-jarang melihat Eki berbicara dan bersikap sopan serta ramah seperti ini. Biasanya kalau Eki sedang begitu, orang yang dia ajak bicara ini orang yang dia hormati.

"Makasih Ki," kata perempuan itu sambil menepuk bahu Eki sebelum dia berjalan pergi.

Daya ingin menanyakan siapa perempuan itu, akan tetapi Eki berlalu dengan cepat. Kakaknya itu sudah masuk ke dalam ruang yang paling ujung. Daya pun tetap mengikuti kakaknya karena dia masih asing berada di sini.

"Kirain aku, kamu enggak ke sini," kata Cecilia dengan suara manjanya.

Eki memeluk Cecilia dan memberi beberapa ciuman di puncak kepala cewek itu. "Tadi temani Daya ke rumah temannya sebentar. Rumahnya di sebelah rumah kamu, jadi kita mampir ke sini."

"O, ada Daya?"

"Iya Kak," sahut Daya yang berdiri di ambang pintu.

Cecilia menjauhkan dirinya dari Eki, sehingga pelukkan Eki pun lepas. "Kalian sudah makan siang?"

Daya menggeleng, begitu juga dengan Eki.

"Kalo gitu, aku hubungin Anjas dulu deh. Buat nambah makanan." Cecilia segera mengambil ponselnya dan menelepon cowok yang tadi dia suruh membeli makanan.

Daya melihat kertas jadwal kegiatan Cecilia hari ini. Pada jadwal itu semuanya tertulis secara rinci. Semua yang harus dikerjakan Cecilia benar-benar disusun rapi dan padat.

"Jangan terlalu lama ya Jas, gue takut nggak sesuai sama jadwal."

Cecil berjalan ke arah Daya dan meminta cewek itu menyerahkan keras jadwal itu pada dirinya. Daya pun segera memberikan kertas jadwal itu pada Cecilia.

"Oke deh, gue mau foto buat promosi dulu. Biar jadwal itu bisa dipakai buat makan," kata Cecilia sebelum mengakhiri sambungan teleponnya.

"Gue mau siap-siap foto buat endorse dulu ya, kalian kalo makannya sudah sampai langsung makan aja. Nggak usah nunggu gue," kata Cecilia.

Cecilia meninggalkan Daya dan Eki begitu saja di ruangan dia latihan musik. Sebab dia harus beralih ke ruangan yang lain, ruangan yang sudah diatur sebagai studio foto dan tempat dia membuat video.

"Jadi Kak Cecilia ternyata capek juga ya," kata Daya.

"Itulah yang namanya usaha. Kalau mau cepat berhasil harus dikerjakan maksimal. Mana bisa dikerjakan dengan setengah-setengah."

"Kalau liat Kak Cecilia yang begitu, aku jadi bersyukur sama apa yang aku punya Kak."

Eki menoleh pada adiknya. "Bersyukur gimana?"

"Kita masih sama-sama, walaupun papa sama mama...," perkataan Daya menggantung begitu saja saat menyebutkan kata mama. Dia melihat Eki yang juga menatap ke arahnya.

"Seenggaknya, kita masih punya satu sama lain dan enggak punya beban utang."

"Kamu bener." Bibir Eki menyunggingkan senyum dan tangannya terangkat untuk merangkul tubuh Daya.

"Tolong!" teriak seseorang dari luar.

"Amel!" pekik Eki.

Eki dan Daya pun segera berlari keluar ruangan latihan musik. Mereka mendatangi asal suara Amel yang terus berteriak meminta tolong. Eki membuka pintu ruang foto dan melihat Cecil tergeletak di lantai.

Dia pun segera menggendong Cecilia dan membawanya ke kamar cewek itu. Tubuh Cecilia dia bangunkan di ranjang dengan perlahan.

"Tadi pas mau video, Cecil langsung jatuh pingsan."

"Tadi pagi dia sarapan nggak?"

Amel menggeleng.

Eki menghembuskan napas panjang. "Hubungin Kak Ta sekarang."

Amel mengangguk dan segera mengerjakan apa yang disuruh oleh Eki. Dia menghubungi manager Cecil dan mengabarkan kalau Cecilia pingsan saat ingin foto untuk promosi.

Sementara itu, Eki mengusapkan aroma terapi di dekat hidung Cecil agar cewek itu bisa cepat bangun. Daya bisa melihat kalau wajah Cecil memang pucat, padahal Cecil sudah memakai riasan.

"Ki, Kak Ta mau ngomong." Amel menyerahkan ponselnya pada Eki.

Eki menerima ponsel itu dan langsung berbicara, "Bisa nggak sih, Cecil dikasih waktu buat sarapan?"

"Ki, kerjaan Cecilia lagi banyak kamu bisa liat di kertas jadwalnya."

"Kalo banyak, berhenti untuk terima beberapa kerjaan. Biarin Cecil istirahat beberapa waktu dulu."

"Tapi, Cecilia sendiri yang mau ambil semua kerjaan itu."

"Kalau gitu, ngapain ada manager?" tanya Eki dengan sarkas.

"Oke, saya akan atur kan jadwal ulang. Biar dia punya waktu untuk sarapan."

"Waktu untuk sarapan, istirahat tiga puluh menit tiap tiga jam kerja dan batas jam kerja cuma sampai jam delapan malam."

"Ki, enggak bisa gitu. Kalau begitu, kapan kerjaan Cecilia selesai?"

"Kak, pilih begitu atau batalin semuanya?"

"Oke, tapi saya enggak mau jelasin ini ke Cecilia."

"Tenang, soal itu saya yang ngomong."

Daya memperhatikan kakaknya berbicara tegas dengan manager Cecilia. Dari suaranya pun, managernya Cecilia sepertinya takut dengan ketegasan kakaknya ini. Tapi, Daya masih tidak mengerti kenapa Eki bisa mempunyai hak mengatur jadwal Cecilia?

"Aku di mana?" tanya Cecilia yang sudah mulai sadar.

"Lo di kamar Cil," kata Amel.

"Berapa jam gue pingsan? Ayo kita lanjutin promosi lagi." Cecilia ingin menyingkap selimut tapi tangannya ditahan oleh Eki.

"Boleh lanjut kerja tapi setelah makan siang," kata Eki tegas.