webnovel

Peran Utama

CherilynCey · 若者
レビュー数が足りません
390 Chs

Janji

Aron.

Daya menamai nomor Aron di daftar kontak ponselnya. Mungkin sekarang akan lebih mudah untuknya dekat dengan cowok itu. Sehingga Daya tidak canggung lagi untuk meminta video buat Alice.

Walau terkadang Daya tidak mau memintakan video untuk Alice. Tetapi Daya juga ingin permintaannya dikabulkan oleh Deri. Dia ingin makan berdua dengan Deri di toko es krim kesukaannya. Sesederhana itu permintaan Daya untuk Deri.

Tiba-tiba saja layar ponsel Daya menyala. Nama Deri tertera di sana. Senyum Daya terukir di wajahnya. Dia pun segera mengangkat panggilan itu.

"Hallo," sapa Daya.

"Harusnya gue antar lo ke mall tadi."

"Bukannya tadi lo bilang mau antar Alice pulang?"

"Dia enggak ada," ucap Deri.

Daya bisa mendengar kesedihan dalam ucapan itu. "Kenapa Alice enggak datang?"

"Dia pulang duluan dan lo tau kenapa dia pulang duluan?"

"Karena dia bareng teman-temannya?" tebak Daya.

"Karena lo," tuduh Deri suara cowok itu pun meninggi.

"Kok gue?" tanya Daya tidak mengerti.

"Karena lo ngajakin gue ngomong tadi. Alice kira gue bakalan pulang sama lo bukan sama dia. Gara-gara ngobrol sama lo juga, gue enggak liat kalo Alice sudah selesai dari latihan."

"Jadi ini salah gue?"

"Ya," ucap Deri tanpa berpikir panjang lagi.

Emosinya sedang memuncak dan dia ingin melampiaskan pada Daya. Sebab Daya adalah orang yang patut disalahkan. Kalau saja Daya tidak mengajak mengobrol, pasti Deri hari ini sudah pulang bersama Alice.

Lagi, Deri tidak perlu menunggu Alice di sekolah hingga petang. Badannya tidak akan bentol-bentol karena digigit oleh nyamuk.

"Maaf," ucap Daya.

"Gue enggak bisa terima maaf lo gitu aja."

Soal Alice, Deri memang ingin egois. Jika tidak seperti itu mungkin dia tidak akan bisa mendapatkan Alice. Dari awal, Deri sudah bertekad untuk mendapatkan cinta pertamanya itu.

"Lo mau gue ngelakuin apa?" tanya Daya.

Deri memikirkan sebentar apa yang harus dilakukan oleh Daya. Kemudian sebuah ide pun terbersit di pikirannya.

"Bisa nggak lo cariin di mana rumah Alice, besok? Gue besok ada pertandingan persahabatan sama sekolah lain, jadi enggak bisa ke tempat dia."

"Emm," gumam Daya, "gue usahain."

"Jangan enggak bisa lagi ya kayak minta video Aron kemarin," kata dengan nada menyindir.

"Iya, lo tenang aja," ucap Daya dan sambungan telepon pun mati.

Setelah menekan tombol merah pada layar ponselnya, Daya melemparkan ponsel itu ke atas tempat tidur. Dia pikir mengangkat panggilan dari Deri adalah keputusan yang bagus ternyata malah sebaliknya.

Sekarang Daya harus kembali lagi berurusan soal Alice. Dia harus menuruti permintaan Deri agar bisa berbaikan lagi. Dia sudah mengenal Deri lama, cowok itu tidak mudah memaafkan seseorang harus ada yang dilakukan untuknya.

Walaupun perasaannya kesal, Daya tetap berdiri dari kursi belajarnya dan berjalan ke luar kamar. Dia ingin menghampiri Eki di kamarnya agar kakaknya itu mau membantunya mencari di mana rumah Alice.

"Day," panggil Eki saat Daya ingin mengetuk pintu kamar kakaknya itu.

Daya menoleh dan mendapati Eki sedang menaiki tangga menuju lantai dua. Dia pun mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar Eki.

"Kirain Kakak di kamar," kata Daya.

"Kakak ambil hp di mobil, ketinggalan." Setelah berkata seperti itu, Eki menyodorkan sebuah kotak pada Daya. "Ini punya kamu yang dikasih sama Aron kan?"

Lagi-lagi melupakan barang pemberian Aron itu. Padahal saat di mall tadi Aron sudah berkali-kali mengingatkan untuk membuka kado pemberiannya. Daya pun menerima kotak yang disodorkan Eki itu.

"Kenapa mau ke kamar Kakak?" tanya Eki.

"Besok Kakak ada kuliah jam berapa?"

"Cuma kuliah pagi," kata Eki.

"Berarti bisa jemput aku di sekolah kan?"

Eki mengangguk.

"Habis itu, masih ada waktu sebentar nggak?" tanya Daya lagi.

"Masih, kenapa?"

"Temani Daya ke suatu tempat ya. Mungkin tempatnya agak jauh, tapi Kakak bisa kan?"

"Kemana?" Eki balik bertanya.

Daya menggeleng. Bukan karena tidak mau menjawab pertanyaan Eki. Tetapi karena dia juga tidak tau ke mana dia akan pergi. Rencananya dia hanya ingin mengikuti Alice.

"Nanti aku tunjukkin jalannya deh," kata Daya.

Eki tidak langsung menjawab, dia menatap Daya dengan dahi yang berkerut. Daya jarang meminta hal aneh-aneh seperti ini. Jadi wajar kalau Deri merasa curiga dengan adiknya itu.

"Bisa kan Kak," bujuk Daya sambil memegang lengan Eki. "Mau kan?"

"Iya," kata Eki seraya melepaskan tangan Daya. "Kebetulan jadwal Cecil besok cuman di kantornya."

Daya tersenyum lebar. Dia senang mendapat bantuan dari kakaknya setidaknya itu akan berguna untuk mencari tau di mana rumah Alice besok.

Setelah itu dia pun kembali ke kamarnya dan di atas tempat tidur. Tadinya Daya ingin mengambil ponsel yang tadi dia lemparkan ke atas tempat tidur untuk menghubungi Deri. Akan tetapi, dia lebih tertarik dengan kado yang diberikan oleh Aron.

Daya pun membuka bungkusan kotak itu dan melihat isinya. Senyumnya terukir saat mengangkat benda itu dari kotaknya. Barang yang diberikan oleh Aron adalah sebuah boneka yang menyerupai cowok itu. Boneka itu mengenakan baju putih dan celana hitam.

Dalam kotaknya ada sebuah kertas ucapan. Di sana bertulisan sebuah kalimat, "Boneka selamat tidur, namanya Nora."

Merasa tidak mengerti kenapa boneka ini disebut sebagai boneka selamat tidur, Daya pun mencari ponselnya di tempat tidur. Setelah itu dia mengetikkan sebuah pesan untuk Aron.

"Kenapa namanya boneka selamat tidur?"

Tetapi pesan dari Daya itu tidak langsung di balas oleh Aron. Daya pun mencari tau sendiri alasan Aron menamain boneka ini boneka selamat tidur.

Jari Daya tidak sengaja merasakan benda keras di bagian perut boneka ini. Saat itu juga Daya langsung mengerti. Boneka ini bisa bersuara dan itu benar saja. Waktu Daya menekan perut boneka itu lebih keras, bonekanya bersuara.

"Selamat tidur dan semoga kamu mimpi indah," kata suara dari boneka tersebut. Itu suara Aron, Daya mengenalinya. Setelah kalimat itu, dilanjutkan sebuah alunan piano dengan lagu what a beautiful name. Musiknya sangat menenangkan dan memang cocok sebagai pengantar tidur.

Daya pun jadi mengantuk mendengar musik itu. Sambil memeluk boneka pemberian Aron itu, Daya berbaring. Dalam keheningan kamarnya, dia mendengar musik itu terus mengalun hingga dia terlelap.

Seperti yang dikatakan oleh boneka itu, Daya memang tertidur dengan mimpi indah. Mimpi Deri bisa bersama dengannya tanpa ada Alice yang mengganggu hubungan mereka. Dalam mimpi itu, Daya melihat Alice jatuh ke lubang kelinci dan mempersiapkan diri untuk bertarung dengan seekor naga.

Dalam dunia mimpi Daya, Alice tetaplah seorang pemeran utama. Tapi dalam mimpinya ini, Daya sudah cukup puas menjadi peran utama untuk Deri.

Andai saja dunia nyata bisa diatur sesuka hati seperti di dalam mimpi.