Jalan Lain

Dari saat hidungnya mencium aroma telur dadar itu, perut Aron sudah berbunyi. Dia sampai bangun dari tidurnya karena merasa perutnya kosong. Terakhir yang Aron ingat, dia hanya makan roti tadi pagi sebelum mereka pergi ke pemakaman.

"Kamu mandi dulu, terus ganti baju." Daya memperhatikan baju yang dipakai Aron masih sama dengan baju tadi pagi.

Aron mengulurkan tangannya untuk meminta Daya agar membantunya bangkit dari sofa. Saat tangannya ditarik oleh Daya, barulah dia bisa bangun dari sofa. Kini badan Aron sudah tidak begitu lelah lagi. Mungkin karena telah beristirahat beberapa waktu ini.

"Mandi," kata Daya. "Habis itu kita makan sama-sama."

Ternyata keputusan Daya untuk menyusul Aron ke sini ada benarnya juga. Daya di sini jadi lebih tenang dari pada mendengar perdebatan papa dan mamanya yang tidak pernah usai dari semalam. Mereka terus saja membahas ke mana Daya harus tinggal.