webnovel

Peran Utama

CherilynCey · 若者
レビュー数が足りません
390 Chs

Hasil

Sedang makan santai dengan Rin, tiba-tiba saja ada Alice yang menghampiri meja mereka. Daya melotot melihat cewek itu. Dia paling tidak suka diganggu saat makan apalagi dengan orang yang sama sekali tidak dia sukai.

"Mau apa lo?"

"Gue cuma mau tanya sesuatu sama lo." Kali ini Alice berbicara dengan nada lembut tidak seperti biasanya.

"Tanya buruan, gue mau makan," ucap Daya yang masih saja ketus pada Alice.

"Dayrpanis nama Instagram lo?"

"Iya, kenapa?" Daya melanjutkan menyuap makanannya.

"Gimana bisa Aron kenal sama lo?"

"Maksud lo gimana?" Daya menoleh pada Alice. "Langsung aja deh lo nanya, jangan kemana-mana nanyanya."

Terdengar Alice menarik napas dan mengembuskannya. Lalu dia membuka ponselnya dan menunjukkan pada Daya.

"Aron tandai lo di Instagram storinya."

Daya melihat postingan Aron, yang di unggah beberapa jam lalu. Seperti kata Alice, Aron memang menandai akun instagramnya. Foto yang itu ada foto yang diambil Aron dari youtube Cecilia.

Setelah jam enam sore kemarin, Cecilia melihat hasil poling yang dia buat di Instagram tentang apa yang ingin ditonton oleh penontonnya. Pemilihan antara tanya jawab dengan Eki dan make over Daya tidak jauh berbeda. Hanya beda lima belas vote.

Akan tetapi tetap saja merias wajah Daya yang lebih tinggi. Sehingga, mereka segera melakukan pengambilan video. Cecilia merias Daya hingga dia benar-benar terlihat lebih baik dari pada sebelumnya.

Hasil dari riasan Cecilia itulah yang diambil Aron dan diunggahnya ke akun instagram miliknya. Tanpa tambahan keterangan apapun tapi itu tetap saja mengundang untuk fansnya jadi penasaran. Termasuk cewek yang bernama Alice ini.

"Iya itu Instagram gue." Daya berdiri dari tempat duduknya, dia tidak ingin menghabiskan makanan yang ada di piringnya. Dia hanya mengambil minumannya dan berlalu begitu saja dari hadapan Alice.

Keluar dari kantin, Daya berjalan ke arah toilet. Bibirnya terus saja menyeruput minuman yang dibawanya sampai dia tidak sadar kalau minuman itu telah habis. Daya melempar gelas itu ke tempat sampah yang dia lewati menuju toilet.

Saat berada di dalam toilet, Daya mengecek ponselnya. Ternyata bukan hanya Alice yang penasaran dengan Daya. Sebab Daya mendapatkan banyak permintaan pengikut baru di akun instagramnya. Rata-rata permintaan itu adalah cewek yang tidak dikenali Daya.

Akan tetapi ada satu akun yang dikenali oleh Daya. Itu adalah akun Aron yang juga baru mengikuti dirinya. Senyum Daya mengembang, dia tidak mau mengikuti akun siapapun. Termasuk Aron. Dia membiarkan orang lain penasaran dengan dirinya. Untuk sekarang, Daya tidak ingin hal pribadinya diketahui orang yang tidak mengenalnya.

"Day, lo kok enggak ngefollow balik Aron?"

Protes itu didapat Daya waktu pertama kali dia masuk ke dalam kelas. Orang yang memprotes itu siapa lagi kalau bukan Alice. Omongan menyolot cewek itu mengundang perhatian anak-anak kelas.

"Urusan gue lah, kenapa jadi lo yang sibuk," Daya tidak mau kalah nyolot.

"Sombong banget lo, sok cantik," ucap Alice.

Daya memasang wajah mengejek ke arah Alice dan dia melewati cewek itu begitu saja. Namun bukan Alice namanya kalau mau direndahkan begitu saja.

Alice menarik tangan Daya saat cewek itu melewatinya. "Pasti lo sekarang ngerasa kayak ratu banget kan? Udah lo kasih apa aja Aron."

Daya mendapati pandangan mata Alice melihat ke bagian dada Daya. Tentu saja Daya langsung mengerti apa maksud Alice dan dia tidak terima apa yang dituduhkan padanya.

"Maksud lo apa hah!" bentak Daya dan dia pun mendorong Alice.

Didorong Daya dengan cara tiba-tiba, membuat Alice terhuyung ke belakang. Untungnya belakangnya terbentur dengan meja yang ada di belakangnya. Kalau saja tidak ada meja itu pasti Alice akan jatuh ke lantai.

Alice maju dan mendorong Daya. Tetapi doronganya Alice tidak berarti apa-apa bagi Daya karena dia sudah tau akan ada  balasan itu.

"Manusia aneh," maki Daya ke Alice.

"Lo, cewek murahan," tuding Alice yang tidak mau kalah dari Daya.

"Jangan asal ngomong!" bentak Daya diiringi dengan tamparan ke pipi Alice.

Mendapat tamparan dari Daya membuat Alice makin berang. Dengan sekuat tenaga Alice mendorong Daya hingga mereka berdua pun jatoh bersamaan. Daya menggunakan kesempatan itu untuk menarik rambut Alice agar cewek itu tidak bisa langsung bangun.

Orang-orang di kelas pun mulai riuh. Namun tidak seorang pun di antara mereka memisahkan keduanya. Teriakkan yang terdengar hanyalah suara dukungan.

Bukan hanya Daya yang memanfaatkan posisi mereka untuk menyakiti lawannya. Alice pun juga begitu, dia membenturkan kepala Daya berkali-kali ke lantai. Ada yang tidak pelan ada yang keras.

"Hei!" teriak Deri dan suara riuh dari teman sekelas pun berhenti.

Alice melepaskan tangannya dan bangun dari posisi terjatuh itu. Begitu juga dengan Daya.

"Daya." Deri memegangi bahu Alice. "Lo tuh kenapa sih?"

"Dia yang mulai." Daya menunjuk wajah Alice.

"Bohong, dia yang dorong gue duluan."

"Dia nuduh gue sembarangan," balas Daya.

Tidak ada di antara mereka berdua yang ingin mengalah. Daya dengan pembelaannya Alice yang menuduh dirinya sedangkan Alice mengatakan Daya yang mendorongnya lebih dulu. Keduanya saat ini sedang dikuasai emosi.

"Emang Daya yang duluan dorong Alice," ucap Lia salah satu anggora Airs Club.

Daya memutarkan bola matanya. Tentu saja dia membela temannya sendiri. Walaupun dia benar tetap saja Alice yang dibela.

"Udahlah, kita selesaikan aja ini. Dari pada diperpanjang ke ruang BK," ucap Deri sok menengahi.

"Iya, lebih baik gitu." kini giliran Alice yang berbicara.

Suara Alice yang terdengar dibuat-buat membuat Daya jengah. "Terus maunya gimana?"

"Lo minta maaflah sama Alice," kata Lia.

"Gue enggak salah!" Daya masih saja tegas dengan pendiriannya.

"Day, apa salahnya sih minta maaf." Kemudian giliran Deri yang membela Alice.

Daya menggeleng dan melihat tajam ke arah Alice. Dengan tegas dia berkata, "Gue enggak salah, gue enggak bakalan minta maaf. Cewek gila ini yang terlalu iri sama gue."

Kemudian, Daya melewati Alice dan Deri begitu saja. Matanya mulai panas namun Daya sedang tidak mau menangis. Masalah ini begitu sepele untuk dia tangisi. Namun, hatinya tetap saja sakit saat melihat Deri lebih membela Alice ketimbang dirinya. Padahal selama ini Daya selalu berdiri di samping Deri untuk mendukung cowok itu.

"Permisi." Daya mengetuk ruang kesehatan.

Tamara seorang petugas UKS mempersilakan Daya untuk masuk. "Ada apa?"

"Kepala saya pusing."

"Silakan tidur biasa saya periksa."

Pertama kali kepalanya dibenturkan oleh Alice, Daya sudah merasakan pusing. Namun dia terus bertahan sampai seseorang menghentikan perkelahian mereka. Daya kira setelah ada orang yang menghentikan perkelahian mereka rasa sakit itu akan selasai. Ternyata, rasa sakitnya makin tambah parah.