Berat Hati

"Apa kamu benci juga dengan Daya?"

"Tentu enggak," jawab Elin.

"Kenapa bisa?"

"Saya enggak benci Daya karena saya pernah ada di posisi dia. Untuk proses awalnya memang sulit menerima perempuan baru di rumah tapi seiring berjalannya waktu, saya akhirnya ngerti dan bisa menerima kehadiran ibu tiri saya. Jadi, saya yakin kalau Daya juga bisa menerima saya nantinya."

"Apa kamu pernah marah sama Daya?"

"Pernah." Elin tidak ingin menutupi apa pun dari mama Daya. "Waktu itu, Daya marah dengan anak saya karena sudah memainkan bonekanya. Saya harus membela anak saya dan minta maaf atas anak saya. Soal itu, semoga Mbak ngerti tindakan saya."

"Sejauh ini kenal sama Daya, apa dia sudah bisa terima kamu sebagai ibunya?"

Sekali lagi Elin tersenyum tipis dan menggeleng. "Sekarang ini, pemikiran Daya belum juga berubah. Pemikiran Daya masih sama seperti yang Eki pikirkan tentang saya."

"Apa yang mereka pikirkan?"