webnovel

Pertimbangan

Membuka pintu minimarket kini menjadi ketakutan bagi Lena. Beberapa hari belakangan ini, dia sering terlambat datang bekerja. Saat ini, Lena sedang mendapat teguran dari tantenya, dan ini udah teguran yang ketiga. Pun Lena langsung diberi peringatan untuk tidak mendapatkan teguran yang keempat, dengan ancaman akan mengeluarkan dia dari minimarket dan juga kos-nya. Tentu saja, Lena tidak mengharapkan itu terjadi padanya. Mencari tempat tinggal itu juga sulit, apalagi jika dia tidak memiliki uang untuk membayarnya.

Dirinya hanya tertunduk sembari mendengarkan semua kalimat sang tante. Hingga terdengar suara kipas tangan yang terbuka dari lipatannya, menandakan jika sang tante akan pergi meninggalkan Lena. Memang itu yang sejak tadi Lena harapkan, agar dia juga bisa bekerja tanpa pantauan tantenya. Dia membuang nafas cukup panjang dan berjalan kembali ke kasir.

Siang ini, keadaan minimarket juga tidak ramai. Hanya ada seorang pengunjung yang sejak tadi masih berkeliling mengitari semua rak. Entahlah, Lena perhatikan dari kamera pengawas pun, orang itu tidak melakukan gelagat yang mencurigakan. Akhirnya, Lena memilih untuk duduk dan memeriksa ponselnya sejenak. Tak lama, seseorang meletakkan barang yang akan dia bayar di meja kasir, membuat Lena segera menyudahi memeriksa ponselnya.

Orang itu adalah orang yang sempat Lena perhatikan dari kamera pengawas. Tadinya, dia pikir tidak mengenal orang ini, namun ternyata orang itu adalah teman satu kos-nya. Mina hanya membeli beberapa makanan ringan saja membutuhkan waktu lebih dari tiga puluh menit untuk mengitari rak. Tapi tidak apa-apa, yang terpenting apa yang dijual di sini bisa berkurang.

"Ada tambahan?" tanya Lena sembari memasukkan makanan ringan itu ke dalam kantung plastik.

"Ada," jawabnya, dia menjeda ucapannya beberapa detik. "Jawaban," lanjutnya.

Lena berhenti dan menatap Mina dengan kedua alis yang tertekuk. Kepalanya sedikit dimiringkan setelah mendengar ucapan teman satu kos-nya itu. "Jawaban apa yang kau inginkan?" tanyanya.

"Beberapa hari ini, kau selalu terlihat lelah. Apa ada sesuatu yang terjadi padamu?"

Apa Lena salah mendengarnya? Tumben sekali Mina bertanya seperti itu, padahal Lena ini setiap hari selalu lelah menghadapi hidupnya. Lena menelan salivanya dan bersiap untuk menjawab pertanyaan Mina yang secara tiba-tiba itu.

"Iya, aku selalu berangkat kuliah di pagi hari, dan bekerja di siang harinya hingga malam tiba," jawabnya.

Bibir Mina terbuka dan jari telunjuk kirinya sejajar dengan pipinya. Kedua matanya mengerjai beberapa kali sebelum akhirnya dia tertawa kecil. Gadis itu menyatukan rahang atas dan bawah, menunjukkan barisan giginya pada Lena. Lantas mengeluarkan uang guna membayar apa yang ia beli tadi, dan segera meninggalkan minimarket.

Lena memutarkan bola matanya setelah tidak melihat bayangan Mina dari tempat kerjanya ini. Dia kembali duduk dengan kepala yang menggeleng, kembali memeriksa ponselnya. Karena bosan, dia mengambil earphone miliknya pada tasnya. Lena terkejut saat mendapatkan sebuah kartu nama bersama dengan benda yang ia cari. Pun dia mengeluarkan keduanya, diletakkan di atas meja kasir.

Dari keduanya, yang Lena ambil adalah kartu nama itu. Ah, ini adalah kartu nama Jay, sebagai pemilik kafe itu. Lagi-lagi dia teringat dengan ucapan Jay saat itu. Tangan kanannya memainkan kartu nama itu, namun pikirannya sedang mempertimbangkan tawaran yang diberikan oleh Jay.

Kalau Lena bisa jujur, tentu dia akan mengambil pekerjaan dengan bayaran sebesar itu. Sedikit tidak masuk akal, namun Jay sendiri yang menawarkannya pada Lena langsung. Jangankan satu bulan, bekerja selama beberapa tahun di sana, juga Lena mau. Hanya saja, dia khawatir jika tidak akan mendapat tempat tinggal begitu ia keluar dari kos milik tantenya.

Dia mendengus kasar, memasukkan kartu nama itu ke dalam tasnya lagi. "Memangnya sebesar apa gaji di sana?" tanyanya pada diri sendiri disertai dengan senyuman miringnya. Menyampingkan pikirannya ini, Lena kembali fokus pada earphone yang akan ia gunakan itu.

Walau sebenarnya dia tertarik dengan tawaran Jay, Lena masih ingin berpikir dan memperkirakan apa saja yang akan dia dapati saat berkerja di sana. Ia juga sedang berpikir untuk bicara dengan tantenya. Belum tentu, tantenya itu akan memberikan izin padanya untuk pindah bekerja selama satu bulan di kafe Jay. Mungkin berbeda jika Jay sendiri yang bicara langsung untuk memintakan izin. Tapi, sampai kapanpun Lena tak akan menggunakan cara itu. Dia bukan anak kecil. Dan lagipula, Lena juga tak ingin jika tantenya akan bereaksi yang berlebihan saat bertemu dengan Jay. Lihat saja saat Steve dan Jay datang ke minimarket untuk menemuinya. Wajah tantenya itu sudah seperti seorang gadis remaja yang senang melihat laki-laki tampan.

"Tidak ingat, jika dia juga memiliki seorang putri yang seusia denganku," seringai Lena disertai decakan yang ditujukan untuk tantenya.

-

-

-

Lena meletakkan tasnya disebelah kasur. Dia melepas kaus kaki serta jaket yang digantungkan di belakang pintu. Yang pertama dia lakukan adalah menutup jendela kamarnya. Terduduk tepat dibawah jendela dengan memeluk lututnya, tatapannya sedang tidak fokus. Sejak pulang bekerja, Lena terus melamun. Dia menundukkan kepalanya di atas lutut sembari terpejam.

Lagi-lagi ia terpikirkan mengenai tawaran dari Jay. Hanya satu bulan, semua hutangnya bisa lunas pada dua laki-laki itu. Entahlah, dia lokasinya juga terbilang jauh dari kos-nya maupun kampusnya. Laki-laki itu memang tidak memaksanya untuk bekerja di sana, hanya saja dia memaksa untuk melunasi dalam waktu satu bulan. Lena tidak ingin mengambil dari uang tabungannya, karena satu kali saja dia mengambil satu lembar, maka akan seterusnya dia mengambilnya.

Disaat dia sedang memukul kepalanya pelan menggunakan kepalan tangan, kepalanya langsung terangkat saat mendengar suara ketukan dari pintunya. Lena terdiam beberapa detik untuk memastikan ketukan kedua. Dirinya bangkit dan berjalan ke arah pintu setelah mendapat ketukan kedua.

Tidak tahu ada urusan apa malam-malam begini, tapi Mina datang membawa sesuatu didalam kantung plastik berwarna putih yang diberikan pada Lena. Ia lihat, didalam plastik itu terdapat makanan bungkusan dan juga beberapa obat.

"Kenapa kau memberikan ini untukku?" tanyanya.

"Tadi siang, kau berkata jika kelelahan. Jadi, aku bawakan makanan dan obat untukmu malam ini," jawab Mina.

"Terimakasih," balas Lena yang segera menutup pintu kamarnya.

Lena meletakkan pemberian Mina itu pada meja kamarnya, sedangkan dirinya ingin membersihkan diri terlebih dahulu sebelum memakan makan malamnya itu. Dirinya sangat berterimakasih lantaran Mina sering memberikan sesuatu padanya. Terbesit ada rasa curiga, tapi dia rasa bukan itu bukanlah hal yang bagus untuk mereka yang berada disatu atap. Karena itu Lena menyampingkan rasa curiganya dan memilih untuk menerima sikap baik Mina. Suatu saat nanti, akan dia balas satu persatu kebaikan Mina.