webnovel

Give Me Time

Pada akhirnya setelah ia selesai membersihkan seluruh bagian dapur, Lena bisa beristirahat. Walaupun dengan tangan yang amat pegal serta keringat yang membasahi wajah dan lehernya. Tidak, seluruh tubuhnya sudah basah akan keringatnya sendiri. Lena melihat ada kursi yang letaknya dekat dengan kompor, dia menarik kursi itu menuju sudut ruangan. Bersandar pada dinding dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada, matanya terpejam rapat untuk mengistirahatkan rasa perih. Perlahan nafas Lena sudah kembali teratur, dia benar-benar lelah setelah menyelesaikan semua pekerjaannya yang sejak tadi terus bertambah.

Lena memang pintar, ia menarik kursi dekat dengan pintu yang terhubung dengan kasir. Jadi, ia bisa merasakan pendingin udara—walaupun tidak terlalu terasa. Semakin lama, Lena mulai merasakan kantuk, sejak pagi ia kuliah dan siang sudah harus bekerja begini, membuat Lena tidak bisa menahan rasa kantuknya. Namun, saat akan masuk ke dalam alam mimpinya, ia terkejut ketika Dita memanggil namanya.

"Lena, jagalah kasir. Aku ingin ke kamar mandi," ucap Dita.

Seketika kantuknya hilang dan ia berjalan menuju kasir. Melihat ramainya pengunjung yang sedang asyik merayakan pesta ulang tahun seorang anak berusia delapan tahun. Lena melihat dari kejauhan begini saja juga ikut merasakan kebahagiaan. Gadis kecil itu dikelilingi banyak orang yang menyayanginya dan mendapatkan banyak kado dari orang-orang itu.

Lena benar-benar memperhatikan berlangsungnya acara itu. Namun, senyumnya perlahan memudar saat melihat seorang wanita yang berjalan menghampiri ibu dari anak yang sedang berulang tahun itu. Wanita itu tampak sedang memberikan bingkisan kado untuk gadis kecil itu. Lena ingin menghampiri wanita itu, namun keadaannya sedang tidak bisa membuatnya keluar dari sini. Dita juga lama sekali berada di kamar mandi, membuat Lena tidak sabaran untuk menghampiri wanita itu. Dia hanya ingin memastikan jika dia mengenal wanita itu.

Beruntung tak lama Dita kembali dari kamar mandi, tanpa berkata apapun Lena langsung keluar dan berjalan menghampiri wanita itu. Lena ingin cepat, hanya saja banyak orang yang membuatnya lambat untuk berjalan. Kedua manik Lena terus berusaha untuk terpusat pada presensi wanita itu.

"Kakak," panggilnya.

Dirinya langsung terdiam saat wanita itu menoleh dan bukan menampilkan presensi kakaknya. Wajahnya sedikit berubah menjadi lesu, dia kecewa lantaran bukan sang kakak yang ia temui saat ini. Akhirnya Lena membungkuk setengah badan sembari mengucapkan permintaan maaf karena salah memanggil orang. Padahal, dia sudah sangat yakin jika matanya terpusat pada kakaknya. Aneh juga jika diwaktu-waktu seperti ini, Lena malah berhalusinasi. Tubuhnya memang lelah, tapi bukan berarti Lena tidak bisa fokus saat melihat seseorang yang sudah lama ingin dia temui.

"Maaf, saya kira kakak saya," ucapnya.

Lena berjalan kembali menuju kasir dan bertemu dengan Dita yang sudah berkacak pinggang dengan wajah yang terlihat kesal. Dirinya berdiri tepat di sebelah Dita dengan tatapan sayu serta pikiran yang masih terarah pada bayangan kakaknya.

"Hey, kau anak baru, tapi kenapa sudah bertingkah seenaknya saja?!" kesalnya pada Lena.

"Maaf," suara Lena terdengar sangat lesu.

Gadis itu kembali terduduk dibangku dimana ia beristirahat tadi. Kali ini, dia menyandarkan kepalanya pada dinding. Suasana hatinya sudah berubah redup. Entah, apa dia bisa fokus setelah ini, yang dimana baru sekitar satu jam ia bekerja disini.

Melihat pegawai baru di kafe ini terdiam begitu saja, menarik perhatian Dita untuk mendekatinya. Alih-alih bertanya dengan lembut, Dita justru terlihat seperti orang yang tidak peduli dengan apa yang terjadi pada Lena. Sekalipun ia melihat ada raut sedih yang tercetak diwajah Lena.

"Ada apa?" tanya Dita dengan nada bicara sedikit ketus.

Lena menggeleng pelan dengan senyuman getir, dan pandangannya masih melamun. "Tidak apa-apa, aku hanya lelah," alibinya.

Lena beranjak dan berjalan menuju kamar mandi dengan langkah lambat serta wajah tertunduk lesu. Dita sendiri juga tidak tahu apa yang terjadi, toh dia hanya melihat Lena yang berlari begitu saja ketika ia selesai dari kamar mandi.

Entahlah, Lena tidak tahu harus bagaimana disaat ia baru saja melihat bayangan sang kakak. Orang yang sejak dulu ia segani karena kepeduliannya terhadap keluarganya. Lena juga sempat bercita-cita ingin seperti kakaknya yang kala itu lulus kuliah dengan nilai tertinggi dan memiliki pekerjaan bagus. Namun, suatu hari ia menghilang setelah seminggu usia pernikahannya. Dia hanya ingin menanyakan kabar kakaknya dan juga keluarganya.

Tangan kanannya membuka keran air dan menatap air yang keluar. Kedua tangannya langsung diletakkan dipinggiran wastafel, menatap cermin dengan wajah lesunya. Jantungnya terasa panas dan seperti merasakan ada yang kurang ketika ia melihat kakaknya. Entah itu hanya bayangan sang kakak atau presensi kakaknya sungguhan, dia menyesal karena kurang cepat ketika mendatangi sosok itu.

Dia membasuh wajahnya sebelum mematikan keran air dan berjalan keluar, kembali menunggu pekerjaan berikutnya. Lena berjalan abai, walaupun terdengar suara ramai anak kecil yang sedang bermain diacara itu. Dirinya sudah memasang senyuman disana, walau itu adalah senyuman terpaksa. Jam kerjanya masih panjang, jangan memancing sesuatu yang membuatnya akan kehilangan pekerjaan ini tanpa imbalan apapun.

Selepas dua puluh menit, Lena sudah mendapat panggilan lagi untuk menuju dapur dan kembali berhadapan dengan piring kotor. Ya, hari ini memang sepertinya tugas Lena akan mencuci semua piring kotor. Apalagi setelah ada acara ulang tahun begini, pastilah akan memakan lebih banyak waktu untuk menyelesaikannya.

"Kerjakan semuanya dengan cepat jika kau juga ingin segera pulang," ucap salah satu pegawai yang membawa piring kotor.

"Baik," jawab Lena.

Dengan satu tarikan nafas panjang, Lena segera memegang piring pertama yang kotor. Dia menyalakan keran air untuk menghilangkan sisa makanan yang masih menempel disana. Sekilas Lena melihat seberapa banyak piring dan gelas kotor yang akan dia cuci ini. Ah, tak perlu diperkirakan, Lena sudah tahu jika ini akan membutuhkan waktu lebih dari tiga puluh menit. Baiklah, tangannya sudah siap untuk merasakan pegal lagi.

Gadis itu masih mencuci piring, dan terlihat keadaan dapur yang perlahan mulai sepi. Para pegawai yang sudah selesai dengan pekerjaannya sudah bisa pulang ke rumah. Dia tidak berharap mendapat bantuan, yang terpenting baginya bergerak cepat agar bisa kembali ke tempat kos-nya dan beristirahat panjang.

Sela-sela ia mencuci, entah kenapa Lena merasa ada yang aneh dibelakangnya. Awalnya, Lena abai dan tetap melanjutkan pekerjaannya, namun semakin lama ia merasa seseorang menatapnya. Dia memberanikan diri untuk menoleh ke belakang tubuhnya. Mendapati atasannya yang terkejut saat Lena menoleh.

"Ada apa?" tanya Lena yang menghentikan kegiatannya sebentar.

"Tidak, tidak ada apa-apa. Cepat selesaikan pekerjaanmu, karena aku yang membawa kunci kafe hari ini," jawab Jay dan langsung pergi meninggalkan Lena.