"Aku tidak menyangka hal ini bisa terjadi," ujar seorang bapak pemilik kafe.
"Sosok pahlawan sebaik Tuan Lui pergi meninggalkan kita secepat ini. Aku belum bisa menerima ini semua. Ini serasa mimpi, mimpi yang sangat menyakitkan," ujar seorang pemuda yang berbincang dengan bapak tersebut.
"Dugaan terkuat sampai kini bahwa Tuan Lui mengalami depresi. Tuan Lui mungkin tertekan karena suatu hal. Dan itulah yang menyebabkannya bunuh diri," sahut seseorang pelanggan kedai lain.
Begitulah percakapan yang tengah dibicarakan para warga London. Berita bunuh diri Lui merebak dengan sangat cepat. Tak henti-hentinya media cetak, pertelevisian, dan situs berita online memberitakan kasus bunuh diri Lui.
Pihak yang berwajib juga sedang menyelidiki kasus ini. Namun didapat bahwa tidak ada celah dan membuktikan kalau bunuh dirinya Lui itu benar adanya.
Bahkan apartemen Lui sempat didatangi oleh mereka. Namun karena Lui tidak mengizinkan adanya kamera cctv dipasang di sekitar apartemennya, maka tidak ada yang tahu kapan ia pergi dari apartemen tersebut. Namun dari situ ada sedikit keanehan, mengingat di rekaman cctv area lain tidak menampakkan Lui keluar dari tower pada waktu sebelum kasus bunuh diri tersebut terjadi.
Itulah yang membuat seluruh tim kepolisian dan detektif tidak menyerah menyelidiki kasus ini. Karena belum ada bukti dokumentasi yang membuktikan kalau sosok yang bunuh diri kala itu adalah Lui.
Seorang pria tampan dengan sedikit bekas luka di sudut bibirnya menyesap kopinya dengan hikmat. Mendengarkan seluruh hiruk pikuk manusia yang masih heboh-hebohnya membicarakan dirinya. Ya, pria itu adalah Lui.
Ia masih menghubungi kedua temannya. Memberi tanda kalau dirinya tidak asli bunuh diri. Ia telah membuat identitas baru. Dengan membuat berkas dokumen data dirinya yang baru sebagai Leandre. Leandre Erland.
Tentunya hal itu cukup mudah mengingat kondisi badan organisasi negara yang terlalu fokus mengurusi kasus bunuh diri settingannya tersebut.
'Aduh, aku jadi merasa bersalah sekarang,' batin Lui meringis.
Lui beralih dari tempat duduknya, membayar bill dan keluar dari kafe. Banyak masyarakat yang membawa bucket bunga. Kalau malam hari mereka juga membawa lilin untuk berdoa. Mereka mengarah ke lokasi gedung hotel tua tempat Lui menjatuhkan dirinya waktu itu.
Sekarang sudah seminggu sejak Lui melakukan aksi bunuh dirinya tersebut. Ia berjalan di trotoar dan melewati toko bunga, lalu ia masuk dan melirik sebuah bucket bunga berwarna hitam. Jarang sekali ia menemui bunga mawar hitam, namun ia menyukai bunga itu.
"Pilih saja yang Tuan suka. Hari ini toko kami mengadakan pembagian bunga gratis, karena hari ini bertepatan dengan seminggu kehilangannya Tuan Lui, serta hari ini adalah...." si pemilik toko itu menggantung perkataannya. "Hari ini juga merupakan hari ulang tahun Tuan Lui. Siapa saja gratis mengambil bunga untuk melayat dan mendoakan Tuan Lui."
Lui terkejut, bahkan dirinya sendiri lupa kalau hari ini adalah hari ulang tahunnya.
"Tidak, saya akan membayar bunga ini," ujar Lui seraya menunjukkan mawar hitam yang ada di tangannya.
"Tidak, ini gratis. Mari saya rangkaikan dulu bunganya."
Pemilik toko bunga itu dengan telaten merangkai bucket bunga yang cantik. Lalu menyerahkannya ke Lui. Lui berterima kasih pada orang itu lalu keluar toko bunga tersebut.
Kini ia berjalan ke arah gedung tersebut. Banyak sekali pelayat silih berganti datang ke sana. Lui pun ikut berdoa. Mendoakan dirinya sendiri yang berulang tahun hari ini.
Hembusan angin yang halus menyentuh kulit dengan lembutnya. Sangat sejuk dan dingin dalam waktu yang sama. Musim gugur telah tiba, diringi dengan jatuhnya kristal bening cair dari pelupuk mata insan manusia yang tengah berkabung.
Sebuah senyuman miris terselip diantara banyaknya isak tangis orang-orang yang kehilangan. Lui terpaksa melakukan ini. Ia tidak ingin lari dari tanggung jawab sebagai pahlawan. Malah ia akan lebih fokus menjalani kegiatan heroik nya tanpa merasa terganggu oleh media dan hal-hal lainnya.
Ia sudah menyelesaikan urusannya, ini semua sudah berlarut-larut. Tapi bukan berarti Lui hanya diam. Dia akan melaksanakan rencananya mulai dari sekarang.
Ia tidak akan langsung memborbardir sebuah organisasi kejahatan, bukan juga memburu intel pengkhianat negara secara membabi buta, ataupun meluluh lantakkan bangunan yang diduga sebagai markas perkumpulan para pelaku kejahatan. Itu semua bukan rencana Lui, untuk sekarang ini.
Tapi ia akan memulainya dari salah satu akar permasalahan.
*****
"Anak-anak, hari ini kita kedatangan teman bar---"
Belun selesai guru itu berucap, wajah beliau sudah dilempari dengan tomat busuk yang baunya menyengat indra penciuman.
"K-kalian tidak boleh seperti itu!" seru beliau. "Saya ini orang tua kalian di sekolah, seharusnya kalian lebih--"
"Iya orang tua," ledek salah satu siswa. "Karena kau sudah menjadi orang tua, seharusnya kau keluar dari ruangan ini. Karena ruangan ini berisi orang-orang yang masih muda. Hahahaha,"
"Buahahaha, benar sekali itu! astaga perutku sampai sakit."
"Selamat siang."
Sebuah sapaan menghentikan tingkah laku tak tahu tata krama tersebut. Seorang lelaki dengan wajah tampan dan surai hitam masuk ke kelas itu. Ia mengenakan seragam yang sama dengan murid-murid di kelas tersebut. Menandakan ia adalah si murid pindahan yang diceritakan sang guru.
Murid pindahan itu berdiri di samping guru yang wajahnya sudah belepotan tomat tersebut. Ia memberikan beberapa lembar tisu untuk menyeka sisa tomat yang ada di wajah beliau. Guru itu tersentuh dengan perlakuan siswa baru itu. Selama beliau mengajar di situ, sangat langka ada siswa atau siswi yang mau menunjukkan rasa hormatnya kepada guru-guru di sana.
"Silahkan perkenalkan dirimu Nak, maaf kalau suasana kelasnya kacau."
"Terima kasih Bu, saya senang bisa bersekolah di sini."
"Hoaamm." Seorang siswa menyela dengan menguap. Ia merasa bosan dan terang-terangan menunjukkannya.
"Ah! maaf teman-teman membuat kalian menunggu. Perkenalkan nama saya Lu---Leandre Erland. Iya, panggil saja saya Leandre."
Rupanya siswa baru itu adalah Lui. Apa rencana Lui hingga ia masuk ke sebuah sekolah menengah atas? ada apa di sekolah tersebut?
"Teman-teman katamu? haha!" tawa remeh seorang siswa lain pada Lui.
Lui hanya mengulum senyum, ia tidak terpancing. Sebagai seorang pahlawan pro, ia sudah terlalu sering menghadapi olok-olokan dari para penjahat yang ingin memancing emosinya. Dan seiring itu pula ia semakin kebal.
"Maaf, karena kita belum saling mengenal. Semoga kita bisa menjadi teman baik." Lui tersenyum ramah.
"Oh iya, meskipun ini bukan sekolah khusus pahlawan. Tapi apa boleh Ibu tahu apa POWERmu Nak?"
Lui melirik, lalu menunduk. Ia nampaknya sedang memikirkan sesuatu. Lalu ia kembali menatap seisi kelas dan berkata.
"POWER ku tidaklah kuat, lemah, dan tidak terlalu berguna. Aku tidak bisa mengutarakannya sekarang.