webnovel

Pengejaran Menjadi Abadi

Di dunia yang dipenuhi energi spiritual ini, orang-orang mengajar keabadian agar bisa menjadi kekal. Di dunia ini, terdapat sebuah aturan; yang kuat menindas yang lemah. Zhuo Yen, seorang pemuda yang memiliki mimpi untuk mencapai abadi dan hidup kekal, namun ia hanya memiliki bakat yang biasa-biasa saja. Zhuo Yen berpikir mimpinya akan menghilang, namun sebuah kesempatan datang kepadanya, membawa dirinya menjadi orang yang kuat secara perlahan-lahan.

Whitewithin · 東方
レビュー数が足りません
2 Chs

Desa Shumu

Ini adalah dunia yang memancarkan energi spiritual, sebuah dunia yang luas dan penuh misteri - dunia kultivasi. Di sini, beragam makhluk, mulai dari manusia hingga monster, hewan sihir, setan, iblis, hantu, dan lebih banyak lagi, berdampingan dalam harmoni.

Planet ini terbagi menjadi lima wilayah besar, yang membentang ke seluruh penjuru mata angin. Keempat wilayah utama adalah barat, timur, selatan, dan utara, dengan tanah kenaikan sebagai wilayah terbesar yang memimpin mereka semua.

Di barat, di Benua Shenghuo, terdapat sebuah desa yang tersembunyi jauh dari keramaian kota-kota besar dan kecil. Desa ini, dikenal sebagai Desa Shumu, terletak di tengah pepohonan dan bebatuan, dekat dengan Sungai Zainan.

Kehidupan di Desa Shumu sangat berbeda dari kehidupan di kota-kota sibuk. Para penduduknya hidup dalam harmoni dan jarang sekali ada perselisihan. Mereka dikenal sebagai komunitas yang suka berbagi, dan semangat mereka selalu menyala ketika mereka beraktivitas.

Di tengah-tengah desa ini, ada seorang pemuda yang sering menjadi bahan tertawaan penduduk desa karena impian besarnya yang tampak mustahil.

Di bawah pohon merah muda yang tinggi, pemuda itu tertidur dengan nyenyak. Itulah Zhuo Ye, pemuda berusia enam belas tahun yang memiliki paras tampan dengan tubuh kurus. Dia mengenakan baju putih dengan selendang biru yang melilit di pinggangnya. Matanya berwarna hitam, dan rambutnya berwarna coklat gelap.

Sejak kecil, Zhuo Ye telah tinggal bersama seorang kakek tua bernama Wu Di, yang juga dikenal sebagai tetua agung Desa Shumu dan kepala desa mereka.

"Besok adalah hari ketika aku akan memasuki Sekte Deviant, dan malam ini tetua agung berencana untuk mengadakan sebuah pesta untuk merayakan pencapaianku," gumam Zhuo Ye.

Dia menghela nafas dan melihat langit. "Malam ini pasti akan menjadi malam yang sangat meriah," ujarnya dengan senyum di wajahnya.

Waktu berlalu dengan cepat. Hari sudah beralih menjadi malam, dan angin sepoi-sepoi bertiup dengan lembut. Di desa Shumu, asap dari perapian menjulang ke langit.

Penduduk desa Shumu berkumpul untuk merayakan pesta yang langka. Mereka bersemangat, karena jarang sekali mereka bisa menikmati hidangan daging yang melimpah.

Malam ini, mereka disajikan dengan daging dalam jumlah yang cukup untuk memuaskan seluruh desa, dan mereka menyebutnya sebagai "Pesta Daging Besar."

Zhuo Ye berdiri di dekat sebuah batu besar, memandangi dengan senang ketika penduduk desa menikmati pesta dengan gembira.

"Mereka benar-benar menikmati pesta ini, bahkan tetua agung pun ikut serta," batin Zhuo Ye sambil tersenyum.

Tiba-tiba, bisikan lembut mencapai telinganya. "Zhuo Ye..."

Zhuo Ye menoleh ke arah suara itu dan melihat Paman Bai Wiji yang berbisik padanya.

"Eh? Ada apa, Paman Bai?" tanya Zhuo Ye.

Bai Wiji, paman yang selalu merawatnya dan sering bermain dengannya sejak kecil, memiliki tubuh besar dengan perut yang buncit. Dia mengenakan jubah berwarna oranye kemerahan dan memiliki mata coklat cerah dengan rambut pendek berwarna hitam kecoklatan.

Meskipun usianya sekitar 42-43 tahun, wajahnya masih tampak muda karena ia mempelajari metode kultivasi yang dia kuasai dari ayahnya.

Bai Wiji tersenyum. "Zhuo Ye, apakah tidak lebih baik jika kamu tinggal di sini dengan damai bersama kami? Mengapa begitu keras kepala untuk menjadi seorang kultivator?"

Zhuo Ye terdiam sejenak sebelum menjawab, "Itu karena saya ingin mencapai keabadian, Paman."

Mata Zhuo Ye berkilat dengan tekad yang kuat saat dia berkata, "Saya ingin melampaui batasan manusia biasa dan mencapai tingkat yang lebih tinggi."

Bai Wiji melihat mata keponakannya yang penuh dengan tekad dan menyadari bahwa dia benar-benar serius. Dia tersenyum, "Baiklah, jika itu yang kamu inginkan."

Mereka berdua berdiri dan bergabung dalam pesta. Mereka mengambil semangkuk nasi dengan daging babi dan burung yang telah dimasak dengan sempurna.

Zhuo Ye dan Bai Wiji menikmati hidangan tersebut dengan lahap. Mereka tampaknya tidak bisa berhenti makan dan menghabiskan lebih dari delapan mangkuk nasi. Penduduk desa yang melihatnya terkejut dan sangat senang karena jarang sekali melihat seseorang makan sebanyak itu.

Bai Wiji yang sudah agak mabuk akibat minuman keras mulai menari dengan gemulai di tengah-tengah pesta. Orang-orang di sekelilingnya tertawa keras dan bertepuk tangan karena tarian Bai Wiji sangat menghibur dan berhasil menghidupkan suasana.

Zhuo Ye hanya bisa tersenyum melihat pamannya yang bersenang-senang. Dia berharap bisa minum dan ikut menari seperti itu suatu hari nanti.

Waktu berlalu dengan cepat, dan matahari mulai terbit. Di desa Shumu, banyak orang masih tertidur, bahkan para wanita dan gadis-gadis belum bangun dari tidur mereka.

Di sebuah ruangan besar, Zhuo Ye telah bersiap dengan pakaian yang rapi, dengan sebuah kantung tas kecil yang berada di pinggangnya. Kebisingan dari pesta semalam belum sepenuhnya hilang dari telinganya.

"Akhirnya selesai juga. Sekarang aku harusnya bisa pergi dengan tenang, karena semuanya sudah siap. Hari ini akan menjadi hari dimana aku pergi meninggalkan desa ini, meninggalkan para warga, meninggalkan paman Bai, serta meninggalkan adikku dan juga tetua..." ucapnya sambil merasa sedih.

Tidak lama setelah itu, pintu ruangan itu tiba-tiba terbuka.

Kreek...

Seorang gadis kecil dengan wajah yang sangat menggemaskan muncul. Gadis itu adalah adik kecil Zhuo Ye, Zhou Ning. Meskipun mereka bukan saudara kandung, tetapi hubungan mereka sangat erat.

Zhou Ye memungutnya saat ia masih kecil, dan telah merawatnya sampai menjadi gadis kecil yang menggemaskan seperti ini.

Zhou Ning, seorang gadis berusia sembilan tahun, memiliki mata berwarna merah cerah dan rambut panjang berwarna hitam kecoklatan. Ia mempunyai sifat periang dan menggemaskan.

"Kakak, kamu benar-benar akan pergi?" tanya Zhou Ning dengan suara yang imut.

Zhuo Ye tersenyum lembut sambil menepuk kepala adiknya. "Iya, Ning'er. Kakak harus pergi sekarang, karena ini waktu yang tepat sebelum matahari terbit dan semua orang bangun."

Zhou Ning meneteskan air mata. "Tapi, kenapa kakak harus pergi?"

Zhuo Ye juga merasa sedih, tapi dia tahu bahwa dia harus pergi untuk mengejar mimpinya. Dia ingin melindungi orang-orang yang dicintainya dan mencapai keabadian.

"Aku harus pergi agar bisa melindungi mereka, Ning'er," kata Zhuo Ye dengan tegas.

Dia memeluk adiknya erat-erat. "Kamu tahu kakak pasti akan kembali, kan?"

Zhou Ning menangis dengan sedih. "Hiks... Bisakah kakak berjanji padaku bahwa kakak akan kembali?"

Zhuo Ye tersenyum tipis. "Ya, aku berjanji."

Dia memegang tangan adiknya dengan erat dan tersenyum lebar. Kemudian, dengan hati yang berat, dia berjalan menjauh dari desa, menuju perjalanannya yang baru.

Wu Di, kepala desa Shumu, melihatnya pergi dan berkata dalam hati, "Semoga kamu selamat dalam perjalanmu menuju Sekte Deviant, Ye'er."

Dia mengelus janggut panjangnya dan menghela nafas.