webnovel

Pengantin Sang Jenderal

Apa kau percaya dunia paralel? Aku percaya, karena aku berasal dari dunia yang berbeda. Sena adalah seorang penyihir yang berasal dari dunia Ereneiss, sebuah dunia yang di huni oleh 4 ras. Manusia, Vampir, Elf dan ras terkuat yaitu penyihir. Sena bukanlah penyihir biasa, tapi dia adalah jenderal yang tak terkalahkan. Hanya karena pengkhianatan yang dilakukan oleh sahabatnya dari ras manusialah yang membuat tubuh Sena di Ereneiss mati dan jiwanya berpindah. Dan kini tiba-tiba dua orang pria muncul di depannya, Chriss sang idol dan manajernya. Mereka berdua ternyata adalah utusan yang dikirim untuk mencari jiwa Sena.

Riricha10 · ファンタジー
レビュー数が足りません
7 Chs

Yang Mulia, Clean

"Ayolah Sen"

Rengekan khas Joana langsung masuk ke gendang telingaku, membuat kepalaku otomatis berdenyut.

Percayalah saat ini aku ingin kabur saja dari Joana, kabur dari segala rengekan sahabat sejak kecilku ini.

"Tapi kita hanya akan buang-buang energi Jo, dan aku terlalu malas untuk membuang energiku yang sangat terbatas"

Aku mulai mengomel panjang lebar.

Joana terdiam, kepalanya kini tertunduk dengan wajah sedih yang seketika membuatku merasa tak tega. Jika sudah begini, maka pertahananku luluh sudah. Sambil menghela nafas, aku menganggukkan kepala yang langsung disambut Joana dengan tawa dan pelukan.

"Yaaay, thank you Sen. Kau terbaiklah pokoknya"

Sesekali dia mencium pipiku, membuatku terpaksa kabur untuk menghindari ciumannya yang lebih parah.

Joana dan aku adalah sahabat sejak kecil. Bukan hanya sejak kecil, tapi mungkin dari rahim. Entah kebetulan atau bagaimana, ibu kami hamil di waktu yang sama dan melahirkanpun bersamaan di rumah sakit yang sama.

Rumahku yang berada tepat di sebelah rumah Joana membuat kami secara resmi menjadi sahabat. Ah, lebih tepatnya Joanalah yang mendeklarasikan kami sebagai sahabat. Sementara aku hanya bersikap sewajarnya.

Bukan tanpa alasan aku bersikap dingin pada Joana. Itu karena aku pernah trauma dengan seseorang yang bernama sahabat.

Hem, bagaimana ya aku mengatakannya. Tapi.. Apa kau percaya dengan kehidupan di tempat lain?. Ini mungkin akan terdengar lucu, tapi jujur saja, aku ingat dengan kehidupan di tempat lain.

Aku adalah seorang panglima perang di sebuah dunia bernama Ereneiss, dunia dimana ras-ras makhluk berkumpul. Ada 4 ras yang menghuni Ereneiss, ras manusia, vampire, elf dan penyihir.

Masing-masing ras memiliki keunikannya masing-masing. Di antara ke empat ras itu, aku terlahir dari ras penyihir. Ras terkuat yang memegang kendali penuh di Ereneiss. Ada perbedaan mencolok ras penyihir dari pada ras lainnya, yaitu pemerintahan mereka didominasi oleh perempuan.

Aku memiliki sejarah keluarga yang sangat hebat. Seorang kakak yang bertahta menjadi raja dan tentunya aku, sebagai panglima perang ras penyihir yang paling ditakuti.

Aku bahkan sangat ingat namaku, Cleana Tropika. Kulit putih pucat, rambut bewarna merah dengan bola mata pink menjadi ciri khasku. Setiap aku bergerak ke medan perang dengan nagaku, maka semua prajurit dari ras lain akan bergidik ngeri atau lari tunggang langgang. Intinya tak ada yang benar-benar menentangku.

Lalu, bagaimana bisa sekarang aku ada disini dan tak lagi di Ereneiss? Jawabannya adalah karena kepercayaan yang terlalu tinggi. Aku terlalu mempercayai Palya, seorang manusia yang ku kenal saat dia tersesat di hutan pembatas antara ras penyihir dan manusia.

Palya yang polos, baik dan cantik membuatku berpikir ingin melindunginya. Oleh sebab itulah aku memberikan perlindungan penuhku kepadanya, membuat seluruh ras manusia tertunduk patuh kepadanya.

Tapi siapa sangka, seseorang yang kuanggap sebagai sahabat itu justru menikamku dari belakang. Dia malah mengajukan diri sebagai panglima perang ras manusia dan membunuhku dengan tangannya sendiri.

Tentu saja seseorang sekuat aku tak mungkin di kalahkan dengan mudah. Satu-satunya alasan Palya bisa membunuhku dengan mudah adalah dengan menipuku dan memanfaatkan kepercayaanku.

Aku masih ingat bagaimana senyum sedihnya sebelum pedangnya menancap ke atas ubun-ubunku. Ah, setiap ras punya cara masing-masing untuk dibunuh. Ras penyihir baru akan mati jika kau menancapkan pedang ke ubun-ubun mereka.

"Maaf, aku.. terpaksa"

Itulah yang dia ucapkan sebelum pandanganku menjadi gelap.

Hahaha

Terpaksa katanya? Dunia ini selalu menawarkan pilihan! Dan terpaksa bukanlah opsi.

Sebelum menutup mata, aku menyadari bahwa apa yang kakakku katakan adalah benar. Palya tak pernah tulus bersahabat denganku, semua ras manusia yang mendekati ras penyihir selalu mempunya maksud tersembunyi.

Entah mendamba kekuatan, kekuasaan ataupun kekayaan. Dan Palya, mendamba kekuasaan. Mungkin dia ingin mempersembahkan jasadku kepada Raja manusia, mungkin.

Tapi, bagaimana mungkin aku bisa ingat secara detail kehidupanku di tempat lain?.

Aku rasa aku tahu alasannya. Legenda mengatakan bahwa penyihir terkuat dapat mengirim jiwa penyihir yang telah mati ke dimensi lain, jadi mereka tak sepenuhnya mati, mereka akan menjalani kehidupan baru dengan identitas baru.

Tentu saja soal ingatan tergantung masing-masing, semakin tinggi kekuatannya maka semakin jelas ingatannya. Karena kekuatanku tak perlu diraguka lagi, maka aku ingat detail kehidupanku.

Aku yakin, kakakku menggila begitu tahu bahwa aku mati konyol di tangan seseorang yang kusebut sebagai sahabat. Mengingat kakakku yang sangat tempramental, mungkin dalam kemarahannya dia memimpin pasukan dan turun ke medan perang secara langsung untuk menghabisi Palya. Lalu setelah itu dia memulai pengembaraannya mencari Dokpa, penyihir terkuat yang menurut legenda hidup di hutan larangan, sebuah hutan yang sangat berbahaya untuk seluruh ras.

Mengingat aku bisa memasuki tubuh seseorang seperti ini, sudah pasti kakakku berhasil menemuka Dokpa. Ah, sekilas info saja, kakakku satu ini mengidap sister complex, jadi wajar saja kalau dia bisa melakukan hal paling mustahil hanya untukku.

Terkadang, aku menangis sendiri setiap menonton film Frozen, kau tahu? Elsa dan Anna. Aku seperti melihat diriku dan kakakku, begitulah kedekatan hubungan kami.

Sesibuk apapun dirinya saat menjadi ratu, dia akan selalu meluangkan waktunya untukku. Sesibuk apapun dirinya, dia akan tetap berlari menuju kamarku ketika aku sakit.

Ah, aku benar-benar rindu dia sekarang, Terena-ku tersayang.

"Jadi, kita berangkat sore ini kan Sen?"

Suara Joana menghentikan lamunanku. Aku memandang wajahnya sebentar sebelum mengangguk. Dan lagi-lagi, Joana berteriak girang

***

Aku memandangi gedung pencakar langit yang menjulang tinggi di depanku dengan malas. Sore hari akhirnya tiba dan tanpa basa-basi Joana langsung menarikku ke sini.

Kau tahu apa yang Joana inginkan disini?.

Dia ingin bertemu dengan Chrissin, seorang idol pria yang sedang naik daun.

Chrissin adalah idol dengan wajah yang luar biasa tampan, belum lagi kesan dingin di wajahnya, membuat gadis manapun menggila, termasuk Joana.

Tapi, Joana sangat pemalu. Itulah alasannya kenapa dia menyeretku ke sini untuk menemaninya.

"Hari ini Chrissin ulang tahun Sen, jadi kita sebagai fansclubnya pengen ngasih kejutan ke agensi Chrissin"

Itulah yang Joana rengekkan sedari pagi tadi kepadaku, membuatku langsung malas membayangkan betapa sesaknya.

Jika di Ereneiss aku adalah panglima perang yang aktif bergerak, maka disini aku tak lebih dari sekedar manusia malas gerak. Aku tak terlalu suka menghabiskan energiku. Mungkin mantra yang Dokpa ucapkan mengubah kepribadianku 180 derajat berbeda daripada di Ereneiss.

"Ayo masuk, Sen"

Joana menarik tanganku, membuatku mau tak mau mengikuti langkahnya ke dalam.

Wajahku langsung berubah masam begitu melihat kerumunan fans Chrissin yang sudah memegang berbagai spanduk warna-warni.

Aku menghela nafas berat lagi, ikut bergabung bersama kerumunan yang terlihat sumringah.

Kadang aku tak paham kebahagiaan menjadi seorang fangirl. Tapi Joana dengan menggebu-gebu menjelaskan kepadaku betapa menjadi seorang fangirl bisa menyelamatkannya dari dunia yang membosankan dan kejam ini. Memang Joana, lebay sekali menurutku.

Setelah beberapa jam menunggu, Chrissin belum juga muncul batang hidungnya, membuat kerumunan sedikit lebih ribut. Kali ini bukan ribut dengan kata-kata kagum, tapi lebih ke khawatir kenapa Chrissin belum juga muncul.

Aku hanya berdecih di dalam hati. Sepertinya para gadis muda ini tertipu oleh topeng Chrissin. Menurutku Chrissin hanyalah pria brengsek yang bersembunyi di balik kedok idolnya yang polos.

Membiarkan fans menunggu berjam-jam di kondisi cuaca seperti ini? Halah, bullshit jika dia bilang bahwa dia terpaksa mengabaikan fansnya karena jadwal padat, alasan klasik yang selalu dilontarkan orang terkenal seperti Chriss.

Aku mengalihkan pandangan ke arah Joana yang mulai terlihat murung. Tangannya masih memeluk erat berbagai kue yang khusus dia buat hanya untuk Chriss. Bahkan kantung mata menggantung di mata cantik Joana.

Rasanya hatiku ikut kesal mengingat bagaimana Joana begadang hanya untuk memberikan hadiah spesial untuk Chrissin. Mengecek jadwalnya agar kehadiran mereka tak mengganggu Chriss. Tapi, justru ini yang mereka dapatkan? Ah, Chrissin sialan itu harus diberi pelajaran sesekali.

"Ayo, ke toilet"

Ucapku sembari menarik tangan Joana, bahkan sebelum dia sempat setuju atau tidak.

Sekalipun aku manusia sekarang, aku masih punya sisa-sisa kekuatan penyihir di dalam diriku, jadi aku bisa melacak keberadaan Chrissin. Pria sialan itu sedang berada di sebuah lokasi yang aku yakini tempat bersantai di gedung agensi ini.

"L..Lho, tanda toiletnya ke situ, Sen"

Joana terlihat kebingungan saat aku berjalan lurus, melewati plang tanda toilet.

Tentu saja tujuanku bukan toilet. Lagian aku sudah susah payah mengeluarkan kemampuan manipulasiku agar para penjaga keamanan tak menghentikan kami. Bagaimana mungkin aku menyia-nyiakan kesempatan ini?. Jadi, sebagai seorang sahabat yang baik aku akan menunjukkan wajah sebenarnya Chriss kepada Joana.

Ruangan bertuliskan 'ruang istirahat' itu terlihat setengah terbuka, menyebabkan percakapan yang sedang terjadi di dalam terdengar hingga keluar.

"Jadi Chriss, bukankah kau harus menemui para fansmu?"

"Ssshh, diamlah Hans. Menemui mereka sangat merepotkan"

Tubuh Joana membeku begitu mendengar suara seseorang yang baru saja berbicara. Sebagai fans fanatik, tentu saja Joana hapal bagaimana suara Chriss.

Lagi-lagi aku menghela nafas berat saat melihat kekecewaan semakin menjadi-jadi di wajah Joana. Dengan kesal aku membanting pintu itu dan berjalan masuk, membuat dua orang pria yang sedang menikmati minumannya terkejut.

"Kau luar biasa sekali tuan Chriss. Fansmu menunggu dan kau malah bersantai di sini"

Sindirku sambil melipat tangan di depan dada.

"Sadarlah tuan Chriss yang tak tahu terima kasih. Kau berhasil seterkenal ini karena fansmu!"

Joana yang ada di sampingku sepertinya mulai tersadar dari rasa syoknya. Tangannya kini menarik ujung bajuku pelan, kedua matanya mengisyaratkan agar kami meninggalkan ruangan ini.

Sebenarnya aku ingin mengomeli tuan tak tau diri itu dengan kalimat lain yang lebih pedas. Tapi, wajah sedih Joana mencegahku. Lebih baik sekarang aku mengajak Joana pulang atau ke karaoke untuk menghiburnya.

Saat aku dan Joana baru saja berbalik, tiba-tiba suara Chriss kembali terdengar.

"Yang mulia, Clean"

Suaranya terdengar bergetar.

Tubuhku sontak memutar begitu mendengar ucapan Chrissin. Tiba-tiba, Chrissin dan Hans mulai berlutut sambil berkali-kali berkata

"Yang mulia Clean"

"Yang mulia Clean"

"Akhirnya kami menemukanmu"