webnovel

Maafkan Aku

Mendengar perkataan Alvin Ana terdiam, dan melirik Alvin dengan sinis seraya berkata,

"Maaf kamu bilang? jika maaf itu mudah maka penjara akan kosong, tapi kamu jangan khawatir aku tidak membencimu, jadi biarkan aku pergi sekarang!".

Alvin mengabaikan perkataan Ana, dia malah menarik tangan Ana lagi dan membawa Ana kepelukannya. "Tolong jangan pergi!". pinta Alvin.

Untuk sesaat Ana terdiam. Setelah itu dia sadar dan langsung meronta-ronta sambil memukul tubuh Alvin dengan kesal. "Alvin lepasin Aku!".

Alvin semakin mempererat pelukannya menahan pukulan Ana seraya berkata, "Tolong tenanglah, aku janji akan melepaskanmu setelah kamu tenang". ucap Alvin.

Mendengar perkataan Alvin, Ana langsung tenang, dan Alvin segera melepaskan nya.

Setelah Alvin melepaskan nya , Ana menyeka air matanya sambil menunduk dan bertanya". "Berapa hari aku di sini?".

"Dua hari". jawab Alvin dengan suara yang lemah.

"Apa? dua hari? gak mungkin aku harus bekerja, Aaa .... Aakuu harus segera pergi".

Setelah mengatakan itu, Ana melanjutkan untuk melepas infusnya, akan tetapi telapak tangan besar putih itu menghentikan tangannya sambil berkata, " Jangan khawatir, aku sudah memintakanmu izin, jadi hari ini istirahatlah!".

Entah mengapa melihat wajah itu membuat Ana terdiam dan menurut begitu saja. Beberapa saat kemudian dia melihat seseorang masuk ke ruangan nya.

Alvin melirik ke arah pintu masuk, dan melihat Dimas dan Zian sudah berdiri berdampingan.

"Bos, tadi Ny besar membawa tuan muda ke kantor karena tuan muda ingin bertemu bos, makanya saya langsung bawa kesini". jelas Dimas sambil menenteng Zian di tangannya.

Alvin menjepit alisnya dan merasa heran dengan kedatangan Zian tiba-tiba. Alvin pun menoleh ke arah Dimas dan bertanya, "Sejak kapan ibu dan keponakanku kembali ke Indonesia? apakah kakak dan Ayah ku juga ikut?".

"Beliau tiba di Indonesia kemarin, dan tuan kecil hanya datang dengan Ny besar. Ny besar sudah menelpon tapi handphon bos mati, akhirnya saya yang menjemput di Bandara". lanjut Dimas.

Alvin langsung mengangguk, dan menarik Zian ke sampingnya. Setelah itu Alvin berjongkok menyamakan tingginya dengan Zian sambil tersenyum dan bertanya, "Kenapa tidak datang sama Ibu dan Ayah mu? apa kamu merindukanku?".

"Mereka lagi sibuk, makanya aku ngotot ingin ikut sama Oma". jawab Zian sambil mengangguk, dan tersenyum ke arah Alvin.

"Baiklah". sahut Alvin.

Setelah itu Alvin membawa Zian ke samping Ana dan memperkenalkan nya. " Sayang kenalin ini tante Ana!".

"Hi, tante". sapa Zian.

Melihat bocah lucu itu, Ana langsung tersenyum kearah Zian. " Hi... salam kenal".

Zian juga memberikan senyum termanisnya untuk Ana yang baru dia temui, spontan dia langsung memberi Ana pelukan, dan menepuk-nepuk punggung Ana dengan tangan mungilnya, Ana terkejut dan berpikir kalau Zian begitu imut dan mengerti kondisinya sehingga dia melakukan itu untuk menenangkannya.

Ana tersenyum semakin lebar, dia merasa jatuh hati pada kelembutan Zian, dia melepas pelukan Zian dan memberi ciuman manis di pipi Zian, dia merasakan hatinya begitu tenang dan damai ketika melihat senyuman Zian.

"Sayang nama kamu siapa?". Zian hanya terdiam sejenak, kemudian dia tersenyum melihat Ana. "Zian Mahendra itu namaku". jawab Zian.

"Ohh namamu bagus sekali sayang, kalau begitu mulai sekarang kita berteman, Zian dan tante akan menjadi teman!". kata Ana dengan gembira.

Setelah mengatakan itu, Ana merasa bingung melihat sikapnya terhadap Zian, hanya dengan menatap Zian, dia merasa semua beban di hatinya menghilang.

Mendengar perkataan Ana, Zian langsung tersenyum riang setelah itu dia memeluk Ana lagi, Ana pun langsung membalas pelukan Zian dan tersenyum.

"Tuhan senyum itu, senyum yang selalu ku peluk dalam mimpiku selama 8 tahun, aku bisa melihatnya lagi, meskipun alasan di balik senyumnya bukan aku". Batin Alvin seraya menatap sendu ke arah keponakan nya dan wanita yang sangat dia cintai.

Setelah melepas pelukan Ana, Zian duduk sejajar di samping Alvin. Ana mulai memperhatikan kedua nya dan merasa ada yang salah, dia menatap Zian dengan lekat setelah itu muncul kebingungan dalam benaknya, beberapa kali dia mencuri pandang ke arah Alvin dan Zian begitulah selama beberapa detik.

"Setelah ku lihat lihat, anak ini memiliki wajah yang sama dengan Alvin bahkan dia terlihat seperti cetakan Alvin Mungkinkah dia?". Batin Ana dengan hati yang deg-degan.

Tepat saat Ana termenung dengan pikirannya, Alvin diam-diam memperhatikannya. "Kenapa wajahmu tampak cemas ada apa?". Tanya Alvin.

"Apakah Zian anakmu?". tanya Ana sedikit terbata-bata. Alvin tersenyum licik, dia pun berpikir untuk mengetes perasaan Ana padanya. "Iya". balas Alvin.

Mendengar pengakuan Alvin, awan gelap menyelimuti hatinya, nafasnya tidak beraturan dan dengan susah payah dia kembali kepikiran dan bertanya. "Berapa umur Anak ini?".

"7 Tahun". jawab Alvin singkat. Ana langsung terdiam dan mematung fikirannya jauh ke masa lalu ketika mendengar pengakuan Alvin lagi.

"Jika anak ini berumur 7 tahun itu artinya dia meninggalkanku pada hari itu tanpa kabar, taunya dia menikah lagi dan memiliki seorang putra, ya Allah dadaku sakit, ya Allah kuatkan aku!, aku tidak boleh menangis di depannya". Batin Ana.

Setelah bergelut dengan pikirannya, Ana kembali pada kesadarannya. "Oh, selamat.. anakmu tampan, kalau begitu aku harus pergi". kata Ana dengan salah tingkah.

Ana bergegas melepas infusnya dan turun dari tempat tidur namun bajunya ditarik oleh Anak kecil itu. Ana merasa frustasi tapi tetap berbalik. Meskipun hatinya sakit tapi melihat mata anak itu entah kenapa hatinya langsung melembut.

"Sayang, tante harus pergi bekerja dulu ya, nanti kalau ada waktu kita ketemu lagi!". kata Ana dengan nada lembut sambil memeluk dan mencium Zian.

"Dimas bawa Zian Keluar!". perintah Alvin pada Dimas yang masih berdiri patuh di belakangnya. "Baik bos". sahut DImas seraya membawa Zian keluar.