webnovel

Pelangi Tak Selalu Muncul Setelah Hujan

"Aku sudah bertekad untuk mencari ridho suamiku, karena ridho Alloh ada pada ridho suamiku. Karena jika seorang muslimah menjalankan sholat lima waktu, berpuasa Ramadhan, menjaga kehormatannya, dan mendapatkan ridho suaminya, maka ia akan dapat masuk ke dalam Surga melalui pintu mana saja yang dia inginkan" (Rumaisha Azzahra, seorang wanita karir modern yang baru berhijrah ) "Istri itu ibarat pakaianan bagi suaminya. Sejak awal, Abang memang tidak ingin mencari 'pakaian' jadi. Abang ingin 'menjahit sendiri' sendiri pakaian Abang. Oleh karena itu, Abang menikahimu, Dek. Karena Abang ingin mendidik, membina, dan membimbingmu hingga menjadi seorang perempuan sekaligus istri yang sholehah" (Muhammad Rosikh Abdurrahman, seorang hafidz Qur'an) .............................. Rumaisha Azzahra.. adalah seorang wanita karir cerminan perempuan modern masa kini. Ia hanyalah perempuan biasa, dari keluarga biasa, dan menempuh perjalanan hidupnya dengan biasa-biasa saja. Hingga suatu ketika, 'sebuah hal' besar mengubah hidupnya. Ia pun berniat total untuk berhijrah di jalan Alloh Subhanahu Wata'ala. Ia pun berdoa kepada Alloh agar diberikan jodoh yang dapat membimbingnya dunia akhirat. Bak durian runtuh. Rumaisha ternyata menikah dengan seorang ustadz hafidz Qur'an yang menjadi idola para akhwat. Muhammad Rosikh Abdurrahman namanya. Rumaisha yang merupakan produk pendidikan umum dan tak pernah mengenyam sama sekali pendidikan pesantren, bagaikan mengalami "shock culture". Bahkan banyak pula yang menganggap bahwa pernikahan mereka tak sekufu. Lali bagaimanakah kehidupan rumah tangga Rumaisha dengan ustadz Rosikh? Lalu bagaimana pula ketika Rumaisha harus menghadapi kenyataan bahwa atasannya, Aditya Mandala Putra yang seorang 'don juan', ternyata menaruh hati padanya? Silakan baca bagaimana seluk beluk romantika Rumaisha dan Rosikh serta perjalanan hijrah Rumaisha di novel "Pelangi tak Selalu Muncul Setelah Hujan".

Melati Putri Pertiwi · 都市
レビュー数が足りません
23 Chs

BAB 20 Perpisahan

Satu bulan terasa begitu lama. Selama satu bulan itu, aku tetap ngantor seperti biasanya. Aku melalui hari-hariku dengan biasa saja. Tak ada yang istimewa. Aku hanya selalu menunggu-nunggu saat tiba waktunya aku untuk keluar dari perusahaan ini. Aku benar-benar menantikan saat itu. Selama aku bekerja, rumor bahwa aku akan resign sudah berhembus dengan keras di dalam kantor.

Kawan-kawanku satu persatu tahu kalau aku akan resign. Semua sangat menyayangkan keputusanku tersebut. Tapi aku sudah bertekad bulat dengan pilihanku itu. Pilihanku sudah final, tidak dapat diganggu gugat. Aku ingin segera mengakhiri masa karirku yang memang baru menanjak di perusahaan ini. Walaupun kawan-kawanku banyak yang menyayangkan, tetap aku kekeuh dengan keputusanku.