webnovel

Bab 8

Hari-hari berlalu setelah keputusan Alif dan Naya untuk menggali lebih dalam ke dalam diri mereka. Setiap sesi di klinik semakin intens, dan keduanya berkomitmen untuk saling mendukung. Dalam hati mereka, ada rasa harapan baru, tetapi juga ketakutan yang terus membayangi. Bagaimana jika apa yang mereka temukan terlalu menyakitkan untuk ditangani?

Pagi itu, Alif berdiri di depan cermin, menatap pantulan dirinya. Dengan perasaan berdebar, ia mengingat kata-kata Naya tentang menerima semua bagian dari dirinya, termasuk Zeta. "Aku bisa melakukan ini," bisiknya pada diri sendiri. "Aku akan menemukan cara untuk mendengarkan suara dalam keheningan."

Setelah sarapan, Alif berangkat ke klinik. Dia tahu bahwa hari ini adalah sesi penting. Naya sudah menunggu di ruang konseling, dan ada ketegangan di udara. Alif bisa merasakan bahwa mereka akan menjelajahi lebih dalam ke dalam kenangan yang selama ini terpendam.

Ketika mereka duduk berhadapan, Alif berusaha mengatur napas. "Aku merasa semakin siap untuk menghadapi masa laluku," katanya dengan penuh keyakinan. "Aku ingin tahu apa yang membuat Zeta muncul, dan mengapa dia selalu mengendalikan aku."

Naya tersenyum, matanya berbinar. "Itu langkah yang bagus, Alif. Mari kita mulai dari awal. Cobalah untuk mengenang momen-momen yang paling menyakitkan dalam hidupmu. Apa yang muncul di benakmu?"

Alif terdiam sejenak, mencoba menelusuri kembali ingatannya. "Ada satu malam yang selalu membekas di pikiranku. Malam saat aku ditinggal pergi oleh orang yang paling aku cintai."

Dengan lembut, Naya meminta Alif untuk melanjutkan. "Ceritakan lebih banyak tentang malam itu."

"Semua terasa begitu sempurna sebelum itu. Kami sedang merayakan ulang tahun bersama di rumah. Kami tertawa dan saling bercanda. Namun, saat malam berakhir, dia tiba-tiba pergi tanpa memberi penjelasan." Suara Alif bergetar, kenangan itu membanjiri dirinya. "Rasa kehilangan itu membuatku merasa seolah ada bagian dari diriku yang hilang selamanya."

Naya mendengarkan dengan seksama, matanya penuh empati. "Dan bagaimana perasaanmu setelah dia pergi?"

"Sangat hancur," jawab Alif. "Aku merasa seolah-olah aku tidak berharga. Sejak saat itu, Zeta muncul. Dia memberiku kekuatan untuk tidak merasa. Aku bisa bertahan dalam keheningan, tetapi aku juga merasa sendirian."

Naya mengangguk, memahami. "Zeta ada di sana untuk melindungimu dari rasa sakit. Tapi dia juga menutupimu dari kemampuan untuk merasakan kebahagiaan. Kita perlu menemukan cara untuk menyeimbangkan keduanya."

Alif menarik napas dalam-dalam. "Bagaimana cara kita melakukannya?"

"Dengan memberi ruang untuk kesedihanmu," Naya menjelaskan. "Biarkan dirimu merasakannya. Bukan berarti kita tidak bisa bangkit kembali, tetapi kita perlu menghadapi dan mengakui rasa sakit itu."

Kata-kata Naya menggema dalam hati Alif. Dia merasakan dorongan untuk melepaskan beban yang telah lama terpendam. "Tapi bagaimana jika aku tidak mampu?"

"Jika kamu merasa tidak bisa, kita bisa melakukannya bersama. Jangan lupa, kita saling mendukung dalam perjalanan ini," Naya menegaskan.

Mereka melanjutkan diskusi, dan Alif merasakan ketegangan yang perlahan menghilang. Mereka menggali lebih dalam ke dalam kenangan-kenangan yang menyakitkan, menciptakan ruang bagi Alif untuk merasakan kembali. Setiap kata yang diucapkan oleh Naya membantu Alif untuk menggali rasa sakitnya tanpa merasa tertekan.

---

Setelah sesi, Alif dan Naya memutuskan untuk berjalan-jalan di taman. Cuaca cerah dan sinar matahari menyentuh wajah mereka, menciptakan suasana yang tenang. Namun, dalam hati Alif, masih ada rasa cemas.

"Naya," ucap Alif dengan ragu, "apa yang terjadi jika Zeta tidak mau pergi? Apa yang terjadi jika dia tetap mengendalikan hidupku?"

Naya menghentikan langkahnya dan menatap Alif. "Zeta bukanlah musuhmu, Alif. Dia adalah bagian dari dirimu yang berusaha melindungi. Kita perlu mencari cara untuk berkolaborasi dengannya. Mungkin, jika kita memahami mengapa dia ada, kita bisa belajar untuk hidup bersamanya, bukan melawannya."

Alif mengangguk, mulai mengerti. "Jadi, aku perlu mendengarkan Zeta, bukan melawannya?"

"Benar sekali," jawab Naya. "Mari kita coba membuat ruang untuknya. Jika kita bisa berbicara dengan Zeta, mungkin kita bisa menemukan cara untuk berkompromi."

---

Malam itu, Alif duduk di ruangnya, menyalakan lilin dan menyiapkan atmosfer yang tenang. Dengan napas dalam-dalam, ia memanggil Zeta dalam pikirannya. "Zeta, aku ingin berbicara. Aku ingin tahu mengapa kamu selalu ada dan apa yang kamu inginkan dariku."

Awalnya, tidak ada jawaban. Alif menunggu, merasakan ketegangan di dalam dirinya. Namun, seiring waktu berlalu, ia merasakan kehadiran Zeta. Suara dalam kepalanya mulai terngiang. "Alif, aku di sini untuk melindungimu. Aku tidak bisa membiarkanmu merasa terluka lagi."

"Namun, aku juga tidak bisa hidup dalam bayang-bayangmu selamanya. Aku ingin merasakan semua emosi, termasuk kebahagiaan," kata Alif, berusaha berbicara dengan tenang.

Zeta terdiam sejenak, seolah berpikir. "Kamu mungkin tidak mengerti, tetapi aku melakukan ini untukmu. Aku tidak ingin kamu merasakan sakit seperti yang pernah kamu alami."

"Tapi aku juga ingin hidup. Aku ingin menemukan diriku lagi. Aku ingin merasakan cinta, bahagia, dan semua yang membuat hidupku berarti. Tanpa kamu, aku bisa merasakannya," Alif mengungkapkan harapannya dengan suara penuh perasaan.

Dengan perlahan, Alif merasakan ketegangan di dalam dirinya mulai mereda. Ia tahu bahwa berbicara dengan Zeta adalah langkah pertama untuk menjalin hubungan yang lebih baik. "Zeta, maukah kamu memberi aku kesempatan untuk merasakannya? Kita bisa bekerja sama."

Dalam keheningan malam itu, Alif merasa Zeta mulai menerima permintaannya. Ada kehangatan yang mengalir, seolah ada jembatan yang terbentuk antara mereka.

---

Keesokan harinya, Alif kembali ke klinik dengan perasaan baru. Ada harapan dan keinginan untuk melanjutkan perjalanan ini. Dia dan Naya sepakat untuk berbagi pengalaman mereka dalam sesi berikutnya. Alif ingin menunjukkan betapa pentingnya memahami Zeta, dan bagaimana mereka bisa berkolaborasi untuk menemukan kekuatan dalam diri mereka.

Ketika Alif memasuki ruang konseling, Naya sudah menunggunya dengan senyuman hangat. "Bagaimana harimu?" tanyanya.

"Aku berbicara dengan Zeta," jawab Alif, senyum mengembang di wajahnya. "Aku merasa ada kemajuan."

Naya terperangah, matanya berbinar. "Itu luar biasa, Alif! Apa yang kamu rasakan?"

"Aku merasa seolah aku bisa mendengarkan suaranya tanpa rasa takut. Aku ingin memulai perjalanan baru, dan aku percaya Zeta bisa menjadi bagian dari itu," kata Alif dengan keyakinan.

Sesi mereka dimulai, dan Alif dengan penuh semangat membagikan pengalamannya. Dia menceritakan bagaimana dia merasa mendekat dengan Zeta, bagaimana dia ingin bekerja sama dengan bagian dirinya yang selama ini mengendalikan.

Mendengar Alif berbicara dengan penuh emosi dan kejujuran, Naya merasa bangga. "Kamu melakukan pekerjaan yang hebat, Alif. Ini adalah langkah besar menuju penyembuhan."

Mereka terus berbagi, dan Alif merasakan semakin banyak beban yang terangkat dari pundaknya. Setiap kata yang diucapkannya menguatkan janjinya untuk terus melawan bayangan dan menemukan keindahan dalam keheningan.

---

Bab ini tidak hanya mengisahkan tentang perjalanan penyembuhan Alif, tetapi juga tentang hubungan antara diri dan bayangan. Ini adalah perjalanan di mana setiap langkah membawa harapan dan keberanian. Alif dan Naya saling mendukung, menemukan kekuatan dalam kerentanan mereka.

Alif merasa langkah-langkah kecil yang diambilnya adalah awal dari perjalanan panjang menuju kebebasan. Dalam hati, ia tahu bahwa meskipun perjalanan ini tidak akan mudah, bersama Naya dan dengan pemahaman baru tentang Zeta, dia bisa melangkah lebih jauh.

---