webnovel

Chapter 90 : Masa Lalu Leandra

"Kau akan membuat kepalaku berlubang dengan peluru itu ? Jangan bercanda, kalau kau lakukan itu bukannya kau juga akan dihukum oleh akademi ?," tanya Charlos.

"Dihukum ? Sepertinya kamu tidak tau ya ? Salah satu tugas Elevrad yaitu menegakkan peraturan di akademi ini dan Elevrad diberikan izin untuk melakukan tindak kekerasan apabila ketika melakukan penegakkan peraturan terdapat kejadian dimana pelaku yang melanggar peraturan akademi malah berbalik menyerang atau mengancam bahkan bila perlu langsung mengeksekusi pelaku tersebut, seperti yang terjadi saat ini," ucap senior Nadine.

".....," Charlos terdiam dan merasa ketakutan.

"Bagaimana kalau kamu menyerah dan tidak melawan balik, serahkan uang yang kamu ambil dari laki-laki yang terbaring itu," ucap senior Nadine.

Charlos pun menuruti perintah senior Nadine dan menyerahkan kantung uang yang mereka ambil kepada senior Nadine.

"Sekarang lebih baik kamu pergi dari perpustakaan ini dengan teman-temanmu itu dan jangan melawan balik," ucap senior Nadine.

"Tch, baiklah," ucap Charlos.

Senior Nadine melepaskan Charlos tapi dia tetap menodongkan senapan mininya ke arah Charlos untuk berjaga-jaga kalau dia tiba-tiba menyerang lagi. Charlos dan teman-temannya pun perlahan pergi, melewatiku dan Leandra yang tengah bersembunyi di belakangku. Sebelum mereka melewatiku, tatapan mereka selalu mengarah kepadaku. Sebuah tatapan tajam yang menggambarkan orang yang sedang kesal dan ingin membalas dendam. Setelah mereka melewatiku, mereka berjalan terus menuju tangga tanpa sekalipun berbalik untuk menatapku kembali. Dan setelah itu mereka pun pergi dari perpustakaan.

"Permisi, apakah aku boleh meminta tolong kalian untuk membawa murid ini ke ruang perawatan yang berada di lantai 2 ?," ucap senior Nadine kepada sekumpulan murid pria yang sejak tadi melihat keributan yang kami sebabkan.

"Baiklah, kami akan membantu membawa murid itu," ucap salah satu dari murid itu.

"Lalu tolong berikan kantung uang ini kepadanya nanti," ucap senior Nadine.

"Baiklah," ucap murid itu.

"Jangan mencoba untuk mengambil kantung uang ini," ucap senior Nadine.

"Aku tau, aku tidak mau merasakan ditembak oleh senapanmu itu," ucap murid itu.

Senior Nadine pun menyerahkan kantung uang itu. Lalu murid-murid laki-laki itu mulai membopong murid yang terbaring itu untuk dibawa ke lantai 2.

"Kalian semua, aku minta maaf karena telah membuat keributan di perpustakaan ini. Karena masalah sudah selesai, kalian bisa melanjutkan aktifitas kalian di perpustakaan ini tanpa terganggu lagi," ucap senior Nadine sambil membungkuk.

Mendengar perkataan senior Nadine, murid-murid yang awalnya menonton keributan pun mulai pergi melanjutkan aktifitas mereka di perpustakaan ini. Aku melihat ke sekitar dan sudah tidak ada orang lagi yang melihat ke arah kami. Saat aku melihat ke sekitar, aku baru menyadari kalau rak buku yang dihantam oleh Charlos itu tidak rusak atau jatuh sedikitpun, bukunya pun masih berada di dalam rak itu. Entah sebelumnya memang rusak dan sudah diperbaiki oleh semacam Artifact atau memang tidak rusak sama sekali sejak dihantam oleh Charlos itu.

Kemudian senior Nadine menghampiri kami berdua.

"Apa kalian berdua tidak apa-apa, Leandra, Rid ?," tanya senior Nadine.

"Aku tidak apa-apa, tetapi ngomong-ngomong bagaimana senior Nadine tahu soal namaku ? bukannya kita belum pernah berkenalan sebelumnya ?," tanyaku.

"Aku menanyakan tentang orang yang dilawan ketua di arena tahun pertama ke nona Gretta karena aku mengenal orang yang dilawan ketua. Dan ternyata aku baru tau kalau nama kamu adalah Rid Archie, orang yang mendapatkan nilai sempurna di ketiga ujian masuk. Padahal saat hari pertama tahun ajaran baru, kita pernah bertemu saat pagi hari. Harusnya aku menanyakan namamu saat itu," ucap senior Nadine.

"Yah aku ingat saat kamu menjatuhkan kentangmu itu, memang saat itu adalah awal pertemuan kita," ucapku.

Senior Nadine persis seperti Irene, mereka berdua sama-sama tidak menunjukkan ekspresi ketika berbicara.

"Ngomong-ngomong, senior Nadine, kenapa kamu melepaskan keempat murid tadi ? bukannya kamu bilang ingin menegakkan peraturan akademi ?," tanyaku.

"Aku memang melepaskan mereka tapi tenang saja, aku akan tetap melaporkan kejadian ini ke ketua dan akademi. Kejadian-kejadian seperti ini sering terjadi di tempat-tempat sepi yang tidak akan ada orang lain yang melihat aksi mereka. Kamu juga lebih baik menghindari tempat-tempat seperti itu agar tidak menjadi korban pemerasan seperti murid yang tadi, kamu juga Leandra," ucap senior Nadine.

"I-iya, n-nona," ucap Leandra.

Senior Nadine menyadari ada yang tidak biasa dari sikap Leandra, dia seperti ketakutan akan sesuatu.

"Ada apa Leandra ? kenapa kamu merasa seperti ketakutan ?," ucap senior Nadine.

"Ti-tidak ada apa-apa," ucap Leandra yang masih bersembunyi di belakangku.

"Apa keempat orang itu tadi melakukan sesuatu ke Leandra ?," tanya senior Nadine.

"Aku akan menjelaskan kronologi lebih lengkapnya. Awalnya aku ingin menghentikan perbuatan mereka berempat, lalu mereka berempat datang menghampiriku. Setelah itu Lea datang dan memintaku untuk jangan ikut campur dengan urusan mereka karena mungkin Lea takut aku akan diapa-apakan mengingat mereka bertiga merupakan murid tahun ketiga sedangkan aku merupakan murid tahun pertama. Lalu mereka menyadari kalau Lea adalah elf dan mereka bilang kalau Lea adalah budakku dan menganggap Lea setiap malam selalu melayaniku. Setelah menganggap Lea sebagai budak, mereka ingin meminjam Lea dan berkata akan mengabaikan perbuatanku yang melihat mereka melakukan pemerasan. Tapi aku langsung menendang salah satu dari mereka dan setelah itu dimulailah keributan itu," ucapku.

"Begitu ya, selain pemerasan, mereka juga melakukan diskriminasi kepada ras lain. Hukuman mereka akan tambah lebih berat jika aku melaporkan ini," ucap senior Nadine.

Sementara itu senior Nadine masih menatap ke Leandra.

"Kamu tidak perlu khawatir, Leandra. Aku akan mengurus murid-murid itu dan sebagai jaga-jaga agar tidak mengalami hal seperti itu, lebih baik kamu jangan berpergian sendiri dan menghindari tempat-tempat sepi," ucap senior Nadine.

"Ba-baiklah, nona Nadine," ucap Leandra.

"Kalau begitu, aku mau melaporkan tentang ini dulu ke ketua lalu melaporkan ke akademi. Rid, tolong antar dia ke Lily atau ke Irene," ucap senior Nadine.

"Baiklah, lagipula dia adalah temanku," ucapku.

"Kalau begitu aku pamit," ucap senior Nadine.

Senior Nadine pun pergi menuju tangga dan meninggalkan perpustakaan.

"Tenanglah Lea, tidak perlu takut begitu lagipula mereka sudah pergi, ayo aku temani untuk menemui Lily atau Irene," ucapku.

"Rid, aku sekali lagi minta maaf karena telah menertawakan impianmu," ucap Leandra.

"Sudah kubilang kalau aku sudah memaafkan tentang itu," ucapku.

"Alasan aku menertawakan impianmu adalah karena ini. Kamu tadi dengar kan apa yang mereka bilang ? Mereka bilang aku adalah budak, yah itu tidak salah. Ras Elf dan ras apapun selain manusia adalah budak di kerajaan ini, tidak hanya ras lain bahkan manusia sendiri ada yang menjadi budak di kerajaan ini. Sebenarnya awalnya aku juga merupakan budak. Aku berasal dari suatu desa di negeri Elf, Seleria, yang berada di sebelah selatan kerajaan San Fulgen. Raja baru dari negeri itu tiba-tiba menetapkan pajak yang tinggi kepada rakyatnya. Rakyat yang tidak bisa membayar pajak itu akan dijual sebagai budak ke kerajaan lain. Keluargaku merupakan salah satu yang tidak bisa membayar pajak itu. Dan akhirnya kami dijual sebagai budak. Beruntungnya, keluargaku dibeli oleh keluarga Duke San Lucia. Kami dibebaskan menjadi budak dan diberikan pekerjaan yang layak serta kami juga dibayar atas pekerjaan kami. Ayah dan Ibuku juga bekerja di kediaman Duke. Tidak hanya keluargaku saja, tapi keluarga Duke San Lucia juga mempekerjakan ras lain dengan layak. Tapi saat mereka bilang kalau aku adalah budak untuk melayani, aku jadi takut. Aku membayangkan bagaimana jika keluargaku tidak dibeli oleh keluarga Duke San Lucia. Mungkin aku akan berakhir sebagai budak yang mereka bilang tadi. Aku terus membayangkan hal itu dan karena itulah aku ketakutan," ucap Leandra.

"Aku baru tahu tentang ini," ucapku

"Kerajaan ini adalah kerajaan manusia, jadi wajar kalau mereka memandang rendah ras lain sebagai budak atau sebagainya. Kerajaan lain pun seperti kerajaan Elf dan Demi-Human juga memandang rendah ras lain yang bukan dari ras mereka. Terus kamu bilang kalau impianmu itu adalah untuk membuat dunia menjadi satu dan membawa kedamaian ke dunia ini ? Abaikan soal malaikat dan iblis terlebih dahulu, menyatukan dunia berarti kamu ingin membuat banyak kerajaan seperti itu bersatu ? Makanya aku tertawa dan bilang kalau itu tidak mungkin, sikap mereka terhadap ras lain saja seperti itu. Yah meskipun tidak semua bersikap seperti mereka," ucap Leandra.

"Untuk itulah aku membutuhkan jabatan penting di kerajaan ini. Jika aku mempunyai jabatan penting, aku mempunyai pengaruh untuk merubah peraturan di kerajaan ini atau setidaknya aku bisa merubah pandangan masyarakat yang memandang rendah ras lain. Setelah merubah kerajaan ini, aku bisa menerapkannya ke kerajaan lain sebagai diplomasi dari kerajaan ini," ucapku.

"Mungkin kamu bisa melakukan itu, tapi tentu tidak mudah melakukan itu dan pasti ada yang tidak setuju dengan impianmu itu. Bagaimana kamu menangani mereka yang tidak setuju dengan impianmu itu ?," tanya Leandra.

"Kamu benar, pasti ada dari mereka yang tidak setuju dengan impianku yang ingin menyatukan dunia ini. Sebenarnya aku lebih memilih cara halus yaitu melakukan pendekatan ke mereka tapi jika cara halus tidak bisa dilakukan,..... sepertinya satu-satunya cara yang tersisa adalah dengan menyingkirkan mereka yang tidak setuju dengan impianku," ucapku

-Bersambung