webnovel

Chapter 433 : Pencarian Informasi di Pelabuhan San Quentine part 3

"Aku dikalahkan dengan telak oleh monster itu tanpa bisa melukai monster itu sedikitpun," ucap nona Laviena.

Remia dan Willa terkejut setelah mendengar perkataan nona Laviena.

"Anda dikalahkan dengan telak oleh Divine Elemental Spirits itu ?," tanya Remia.

"Iya. Aku mengalami luka bakar yang cukup parah akibat melawan monster itu. Bahkan beberapa bekas luka bakar akibat pertarunganku dengan monster itu masih membekas di beberapa bagian tubuhku. Itu sebabnya aku selama ini tidak pernah mengenakan pakaian yang terbuka di depan umum karena aku tidak mau bekas luka bakar yang ada pada tubuhku ini terlihat," ucap nona Laviena.

"Apa bekas luka bakar itu tidak dapat disembuhkan, nona ? Apa para Holy Priest yang ada di gereja Angelica Castitat tidak bisa menyembuhkan bekas luka pada tubuh anda ?," tanya Willa.

"Para Holy Priest tidak bisa menyembuhkan bekas luka bakar pada tubuhku ini. Bahkan nona Maiden sendiri tidak bisa menyembuhkan bekas luka bakar pada tubuhku ini. Nona Maiden berasumsi kalau Magran menyerangku dengan kekuatan sihir apinya dengan sangat kuat sehingga membuat bekas luka bakar yang diakibatkan oleh sihir itu tidak bisa hilang. Apalagi, ada jeda waktu yang cukup lama di antara kejadian ketika aku melawan Magran dengan aku yang baru pertama kali bergabung dengan Holy Knights. Nona Maiden bilang kalau jeda waktu itu sangat berpengaruh, jadi jika misalkan aku mendapatkan bekas luka bakar ini 5 tahun yang lalu dan baru sekarang aku bertemu dengan nona Maiden untuk meminta beliau menyembuhkanku, maka menyembuhkan bekas lukaku akan sangat sulit karena jeda waktunya sudah cukup lama,"

"Meski begitu, nona Maiden bilang kalau di antara para Malaikat, ada beberapa yang bisa menyembuhkan bekas luka meskipun bekas luka itu didapat sangat lama. Tetapi beberapa Malaikat itu belum tentu mau untuk bisa menyembuhkan bekas lukaku. Nona Maiden sepertinya ingin membantu menyembuhkan bekas lukaku dengan meminta bantuan para Malaikat, tetapi aku bilang kepada beliau untuk tidak perlu karena aku tidak ingin merepotkan para Malaikat. Aku sudah bersyukur karena diberikan sedikit kekuatan oleh mereka jadi aku tidak ingin meminta lebih seperti meminta disembuhkan oleh mereka. Lagipula meskipun bekas luka bakar di tubuhku tidak bisa disembuhkan hingga saat ini, aku masih bisa menyembunyikannya di balik pakaian yang aku kenakan," ucap nona Laviena.

"Nona Laviena.....," ucap Remia.

Remia dan Willa terlihat bersimpati kepada nona Laviena. Sementara itu, Alexis yang sedang membuat ramuan atau potion tiba-tiba mulai menanyakan sesuatu kepada nona Laviena.

"Aku baru pertama kali mendengar tentang cerita anda itu. Aku sebenarnya berniat untuk membantu tetapi setelah mendengar cerita anda secara keseluruhan, aku jadi mengurungkan niatku untuk membantu karena nona Maiden saja tidak bisa untuk menyembuhkan anda, apalagi aku," ucap Alexis.

"Hmmmm ? Jadi sejak tadi kamu mendengarkan percakapan kami ya ?," tanya nona Laviena.

"Sudah jelas kalau aku mendengarnya. Jarak kalian bertiga denganku saat ini cukup dekat, apalagi suara kalian juga cukup keras sehingga semua pembicaraan kalian terdengar olehku," ucap Alexis.

"Begitu ya. Ah soal perkataanmu sebelumnya, aku mengucapkan terima kasih karena kamu telah berniat untuk membantuku," ucap nona Laviena.

"Tidak perlu berterima kasih, lagipula aku hanya berniat saja dan kemudian memilih untuk mengurungkan niatku itu," ucap Alexis.

"Tetapi tetap saja kamu berniat untuk membantuku meskipun pada akhirnya kamu malah mengurungkan niatmu itu," ucap nona Laviena.

"Daripada itu, aku masih penasaran dengan cerita anda yang telah bertarung dengan Magran yang merupakan 'Divine Fire Elemental Spirits'. Bagaimana anda bisa bertemu dengan dia ? Mencari atau menemukan Roh tingkat tinggi sepertinya itu sangatlah sulit. Jangankan Roh tingkat tinggi, menemukan Roh yang tingkatnya berada di bawah dari dia pun juga sangat sulit. Mungkin, satu-satunya cara untuk bisa menemukan mereka dengan mudah adalah dengan mengunjungi negeri mereka yaitu Negeri Para Roh 'Geestenland'. Namun, memasuki negeri itu pun juga sangat sulit karena negeri itu tersembunyi di tengah hutan 'Himnaskogur'. Jadi intinya, menemukan para Roh itu sangatlah sulit, tetapi aku tidak menyangka kalau anda bisa bertemu dengan salah satu dari Divine Elemental Spirits," ucap Alexis.

"Dulu, sebelum aku bergabung dengan Holy Knights, aku sering berpetualang ke banyak tempat yang ada di Benua Utara ini. Lalu ketika aku berada di kaki gunung api tertinggi di Benua Utara ini yaitu Gunung Api Vurpieken, disitulah aku bertemu dengan Magran. Saat itu, melihat beberapa bagian tubuhnya disertai dengan beberapa bagian pakaiannya yang diselimuti oleh api yang membara, aku langsung tahu kalau dia itu merupakan Roh tingkat tinggi karena Roh tingkat tinggi merupakan Roh yang mengambil wujud dari ras yang ada di dunia ini. Setelah mengetahui kalau dia adalah Roh, aku tanpa pikir panjang langsung menyerangnya dan berniat untuk membunuhnya. Alasannya karena aku pernah mendengar informasi kalau Inti Mana yang berasal dari Roh yang telah dikalahkan dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat senjata sihir. Saat itu aku berpikir jika aku bisa membunuh dia yang merupakan Roh tingkat tinggi, aku bisa mendapatkan Inti Mananya dan dari Inti Mananya itu pastinya akan menjadi senjata sihir yang hebat,"

"Saat itu, aku hanya berpikir untuk bisa membunuhnya dan mendapatkan Inti Mananya, aku tidak kepikiran tentang hal lain, termasuk tentang apakah ada kemungkinan kalau aku bisa mengalahkannya. Lalu, ketika aku sudah berada dekat dengan Magran dan bersiap untuk menyerangnya, disitulah aku tersadar kalau aku tidak bisa mengalahkannya. Magran langsung membakarku dengan sihir apinya yang kuat begitu aku sudah berada dekat dengannya. Aku pun langsung tergeletak di tanah setelah terbakar oleh sihir api milik Magran. Sebelumnya, aku bilang kalau aku pernah bertarung dengan Magran, tetapi nyatanya ini bukanlah pertarungan karena aku berhasil dikalahkan olehnya tanpa sempat menyerangnya,"

"Setelah terkena sihir api milik Magran, aku tergeletak dalam kondisi masih tersadar sambil merasakan sakit di seluruh tubuhku. Saat itu, aku berpikir kalau saat itu merupakan akhir hidupku. Aku pun hanya bisa pasrah jika memang saat itu merupakan akhir hidupku. Tetapi entah aku beruntung atau tidak, Magran sepertinya tidak berniat untuk membunuhku. Setelah dia membakarku dan membuatku tergeletak di tanah, dia langsung pergi meninggalkanku. Hal itu masih membuatku bertanya-tanya. Entah dia berpikir kalau serangan sihir apinya yang membakar tubuhku telah membuatku tidak bisa diselamatkan atau dia memang tidak berniat untuk membunuhku. Sejak awal, jika aku tidak menyerangnya lebih dulu, mungkin dia juga tidak akan menyerangku. Jika aku hanya lewat di kaki gunung itu tanpa memperdulikannya, dia pastinya juga tetap tidak akan menyerangku. Semua ini dari awal memang merupakan salahku karena tiba-tiba menyerangnya,"

"Lalu, setelah Magran pergi meninggalkanku, aku berusaha untuk berdiri kembali. Setelah berhasil berdiri kembali, aku berusaha untuk berjalan ke pemukiman yang dekat dengan kaki gunung itu sambil menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. Sekitar hampir 1 jam berjalan sambil menahan rasa sakit, aku pun tiba di sebuah pemukiman yang ada di dekat gunung itu. Setelah tiba di pemukiman itu, aku pun langsung tidak sadarkan diri. Lalu, begitu aku terbangun, tahu-tahu aku sudah berada di sebuah tempat tidur yang berada di dalam sebuah ruangan. Ruangan itu merupakan ruangan dari salah satu rumah yang ada di pemukiman itu. Setelah terbangun, aku langsung melihat kondisi seluruh tubuhku. Aku pun terkejut ketika melihat tubuhku karena luka yang ada pada tubuhku telah menghilang. Tetapi ada beberapa bekas luka bakar yang masih belum menghilang dan bekas luka bakar itu masih ada di tubuhku hingga saat ini. Itulah cerita tentangku yang bertemu dengan Magran, Alexis," ucap nona Laviena.

"Hmmm begitu ya, anda bertemu dengan Magran ketika anda sedang berada di kaki gunung Vurpieken. Anda mengetahui kalau Magran adalah seorang Roh dan anda pun berniat untuk membunuh Magran untuk mendapatkan Inti Mananya tetapi malah anda yang dikalahkan oleh Magran," ucap Alexis.

"Iya. Semua itu adalah kesalahanku karena tidak memikirkan tentang perbedaan kekuatan di antara kita dan lebih memilih untuk langsung menyerangnya. Hasilnya aku dikalahkan dengan telak hanya dengan satu serangan miliknya," ucap nona Laviena.

"Hmmm aku pikir bukan hanya anda saja yang akan bertindak seperti itu apabila melihat seorang Roh, apalagi Roh tingkat tinggi seperti Divine Elemental Spirits. Orang yang melihat Divine Elemental Spirits pastinya akan berusaha untuk mengalahkan dan membunuhnya untuk mendapatkan Inti Mana miliknya tanpa memikirkan resiko lain ketika berhadapan dengannya," ucap Alexis.

"Terima kasih karena telah membela kesalahanku, Alexis," ucap nona Laviena.

"Aku bukan membela anda, aku hanya mengungkapkan apa yang aku pikirkan," ucap Alexis.

Sementara itu, Remia dan Willa yang juga mendengar cerita nona Laviena mulai mengutarakan pendapatnya.

"Saya tidak percaya anda bisa dikalahkan hanya dengan satu serangan saja, nona. Sepertinya para Divine Elemental Spirits itu memang sangat kuat," ucap Remia.

"Iya, mereka itu memang sangat kuat. Kekuatan mereka mungkin setara dengan para Malaikat atau Iblis tingkat tinggi. Sebenarnya, tanpa aku cerita tentang aku yang kalah dengan 1 serangan pun, kalian seharusnya sudah tahu kalau mereka memang sangat kuat. Kalian tahu kan kalau nona Terra sempat melawan Undine yang menyerang wilayah yang dekat dengan perbatasan Holy Kingdom ? Kalian seharusnya tahu apa yang terjadi dengan wilayah itu akibat pertarungan antara nona Terra dengan Undine," ucap nona Laviena.

"Ya, saya sudah tahu tentang wilayah itu karena informasi itu tersebar di surat kabar yang terbit di Holy Kingdom. Lingkungan dan area yang ada di wilayah itu berubah total setelah pertarungan antara nona Terra dengan Undine. Wilayah itu kini berubah menjadi danau yang sangat besar yang dikelilingi oleh bebatuan besar yang tiba-tiba muncul. Selain itu, di sekitar danau besar itu ada beberapa retakan di tanah yang ukurannya sangat besar. Wilayah itu dulunya adalah kota yang mempunyai penduduk yang cukup banyak dan sekarang wilayah itu telah berubah menjadi danau besar yang dikelilingi oleh bebatuan," ucap Remia.

"Itulah yang terjadi apabila Divine Elemental Spirits saling bertarung. Pertarungan mereka bisa merubah lingkungan dan area yang menjadi tempat bertarung mereka. Danau besar itu merupakan perbuatan Undine. Danau itu bisa saja berukuran lebih besar dari sekarang, tetapi nona Terra dengan sigap memunculkan bebatuan besar yang mengelilingi danau itu agar danau itu tidak semakin membesar dan menggelamkan kota atau desa yang ada di sekitarnya. Nona Terra juga membuat retakan di tanah yang berukuran besar di sekitar danau itu untuk mencegah apabila air di danau itu bisa menembus bebatuan yang dia buat. Jika air di danau itu menembus keluar dari bebatuan itu, air itu akan langsung masuk ke tanah lewat retakan besar yang dia buat," ucap nona Laviena.

"Pertarungan di antara mereka berdua sampai merubah lingkungan dan area yang menjadi tempat mereka bertarung. Saya tidak bisa membayangkan apabila mereka bertarung tepat di ibukota Holy Kingdom. Mungkin ibukota akan berubah menjadi seperti wilayah itu," ucap Remia.

"Sebenarnya tidak harus ada pertarungan antara Divine Elemental Spirits saja untuk bisa merubah lingkungan di tempat itu karena seorang Divine Elemental Spirits saja sudah cukup untuk merubah lingkungan di tempat itu. Sebagai contoh, jika Undine tiba-tiba muncul di ibukota Holy Kingdom, dia bisa langsung menenggelamkan ibukota itu dengan kekuatannya. Tetapi sebelum Undine melakukan itu, aku yakin kalau tuan Dragia dan nona Maiden akan langsung menghentikannya, karena mereka berdua adalah benteng pertahanan terakhir di Holy Kingdom," ucap nona Laviena.

"Anda pun juga sama, nona. Anda merupakan salah satu komandan Holy Knights, jadi anda juga merupakan benteng pertahanan terakhir di Holy Kingdom," ucap Willa.

"Memang aku yang merupakan salah satu komandan Holy Knights juga merupakan benteng pertahanan terakhir di Holy Kingdom, tetapi apabila yang menyerang ibukota Holy Kingdom adalah Undine, aku tidak yakin kalau aku dapat mengalahkannya. Jangankan mengalahkannya, aku bahkan tidak yakin kalau aku mampu untuk menghentikannya. Sebelumnya aku sudah cerita kalau aku bahkan dikalahkan oleh Magran yang merupakan salah satu dari Divine Elemental Spirits dengan 1 serangan. Jika melawan Magran saja aku kalah, apalagi melawan Undine," ucap nona Laviena.

"Tetapi, anda saat itu kalah karena anda belum menjadi salah satu komandan Holy Knights, nona. Sekarang anda merupakan salah satu komandan Holy Knights dan anda pun juga diberikan sedikit tambahan kekuatan oleh para Malaikat. Jika anda bertarung dengan salah satu dari Divine Elemental Spirits lagi, saya yakin hasilnya akan berbeda," ucap Willa.

"Hmmm entahlah, mungkin saja hasilnya akan berbeda sesuai dengan perkataanmu atau mungkin saja hasilnya akan tetap sama. Setelah menjadi salah satu komandan Holy Knights, aku belum pernah bertarung dengan salah satu Divine Elemental Spirits lagi. Bahkan aku tidak pernah meminta bertarung dengan nona Terra, padahal bisa saja aku memintanya melakukan latihan tanding denganku untuk mengetahui apakah aku yang sekarang sudah mampu untuk mengalahkan salah satu dari Divine Elemental Spirits atau tidak. Tetapi hal itu tidak pernah aku lakukan. Sepertinya kekalahan telakku dari Magran membuatku tersadar kalau aku lebih baik tidak seenaknya menantang makhluk seperti mereka. Tetapi apabila nanti ada kondisi atau situasi yang mengharuskanku untuk melawan salah satu dari mereka lagi, maka aku akan mengeluarkan seluruh kekuatan yang aku miliki saat ini untuk berusaha mengalahkan mereka," ucap nona Laviena.

"Saya tidak sabar untuk melihatnya apabila nona bertarung dengan salah satu dari Divine Elemental Spirits lagi," ucap Willa.

"Lebih baik kamu tidak menantikannya karena mungkin nanti kamu akan menyesal kalau hasilnya tidak sesuai dengan apa yang kamu harapkan," ucap nona Laviena.

"Hehehe baiklah, nona. Ngomong-ngomong, saya penasaran dengan Magran yang sejak tadi anda bicarakan, nona. Saya penasaran dengan wujud dari Divine Elemental Spirits itu. Saya sudah mengetahui wujud nona Terra karena saya sudah sering melihatnya. Saya juga sudah mengetahui wujud Undine dari deskripsi yang ada pada surat kabar yang terbit di Holy Kingdom. Meskipun saya belum pernah melihatnya langsung, tetapi dari deskripsi tersebut setidaknya saya sudah mempunyai gambaran tentang wujudnya. Saya penasaran dengan wujud Magran. Tidak hanya Magran saja, saya penasaran dengan wujud dari Divine Elemental Spirits lainnya. Jika anda pernah bertemu dengan Divine Elemental Spirits lainnya, tolong beritahu wujudnya kepada saya," ucap Willa.

"Saya juga sedikit penasaran, nona," ucap Remia.

"Kalian penasaran dengan wujud Magran ya. Baiklah, aku akan beritahu bagaimana wujudnya. Tetapi yang kuberitahu ini adalah wujud Magran ketika aku bertemu dengannya waktu dulu. Sekarang aku tidak tahu bagaimana wujudnya. Bisa saja wujudnya tetap sama atau wujudnya bisa juga berbeda karena Magran awalnya adalah sekumpulan elemen, jadi dia bisa merubah wujudnya sesuka hati," ucap nona Laviena.

"Tidak masalah, nona. Tolong beritahu wujudnya," ucap Willa.

"Baiklah. Saat itu, Magran memiliki wujud yang mirip dengan wanita manusia dewasa. Magran mempunyai rambut panjang yang berwarna merah terang. Kedua bola mata Magran juga memiliki warna yang sama dengan warna rambutnya itu. Magran mengenakan pakaian yang berwarna dominan merah, tetapi ada beberapa bagian dari pakaiannya yang berwarna putih. Di beberapa bagian pakaian yang dikenakan oleh Magran, terdapat api yang menyelimuti bagian pakaiannya itu. Selain itu, Magran juga mengenakan selendang yang terbuat dari api. Itulah wujud dan penampilan Magran yang aku lihat waktu dulu,"

"Hanya wujud Magran saja yang bisa aku beritahu kepada kalian karena aku hanya pernah bertemu dengan dia saja. Aku belum pernah bertemu dengan Divine Elemental Spirits lainnya selain Magran dan tentu saja nona Terra. Untuk Undine, aku pun juga sama dengan kalian yang hanya bisa menggambarkan wujudnya dari deskripsi di surat kabar karena aku belum pernah bertemu secara langsung dengannya," ucap nona Laviena.

"Tidak apa-apa, nona. Terima kasih karena telah memberitahu wujudnya," ucap Willa.

"Terima kasih, nona," ucap Remia.

"Sama-sama," ucap nona Laviena.

Setelah itu, Willa terlihat terdiam sambil memikirkan sesuatu. Tidak lama kemudian, Willa mulai menggumamkan sesuatu.

"Jadi wujud Magran adalah wanita dewasa ya, sama seperti Undine yang dideskripsikan di surat kabar. Saya pikir wujud Magran akan seperti dengan nona Terra. Sepertinya sejauh ini hanya nona Terra saja yang mempunyai wujud yang imut dan menggemaskan," ucap Willa.

"Jika nona Terra tahu kalau kamu berbicara begitu, nona Terra pasti akan memarahimu," ucap nona Laviena.

Setelah nona Laviena mengatakan itu, nona Laviena kembali membaca surat kabar yang dia pegang. Remia dan Willa pun juga ikut membaca surat kabar bersama dengan nona Laviena.

Beberapa menit kemudian, Alexis terlihat sudah menyelesaikan pekerjaannya dalam membuat ramuan.

"Aku sudah selesai membuat beberapa ramuan, bagaimana dengan kalian ? Apa kalian sudah selesai membaca surat kabar itu ?," tanya Alexis.

"Iya, kami sudah selesai membacanya," nona Laviena.

"Kalau begitu, ayo kita segera pergi untuk menuju gereja Sancta Lux yang ada di kota ini. Kita akan beristirahat di gereja itu untuk malam ini," ucap Alexis.

"Baiklah. Karena kita susah mendapatkan informasi yang cukup dari orang-orang dan juga surat kabar yang ada di kerajaan ini, sepertinya besok kita harus menemui pemimpin kerajaan ini untuk mendapatkan informasi lainnya," ucap nona Laviena.

-

Sementara itu, disaat yang sama, di gereja Sancta Lux yang ada di kota San Lucia.

Di sebuah ruangan yang ada di gereja itu, terlihat High Priest Julian sedang berbicara dengan beberapa oranf yang ada di ruangan itu. Beberapa orang itu adalah orang-orang yang sebelumnya berada di sekitar gerbang belakang kediaman Duke Louis.

"Jadi, kalian melihat ada orang mencurigakan yang mengenakan jubah yang masuk ke dalam kediaman tuan Duke Louis lewat gerbang belakang kediamannya ?," tanya High Priest Julian.

"Benar, tuan," ucap salah satu dari orang itu.

"Hmmmm....., besok kalian ikuti orang itu apabila orang itu keluar dari kediaman tuan Duke Louis lewat gerbang belakang," ucap High Priest Julian.

"Baik, tuan," ucap orang-orang itu.

"Elsie, besok kamu ikut pergi bersama dengan orang-orang itu. Kemampuan Stealth Magicmu pastinya berguna untuk membuntuti orang itu," ucap High Priest Julian sambil menoleh ke arah seorang biarawati.

Biarawati itu merupakan biarawati yang sebelumnya melihat Rid yang telah menyembuhkan senior Gretta dan senior Nadine. Nama biarawati itu adalah Elsie.

"Baik, tuan," ucap Elsie.

"Jika orang mencurigakan yang mengenakan jubah itu adalah Rid Archie, kalian harus menangkap orang itu hidup-hidup dan bawa dia kemari. Jika dia memberikan perlawanan, kalian boleh melumpuhkannya dengan cara apapun seperti memotong anggota tubuhnya atau lainnya, tetapi pastikan jangan sampai membunuhnya. Tidak peduli apabila kalian membawanya dengan kondisi sedang terluka parah atau kehilangan anggota tubuhnya, asalkan dia masih hidup, kita bisa menyembuhkannya,"

"Kita harus membuat Rid Archie menjadi bagian dari gereja Sancta Lux. Kita harus menggunakan cara apapun untuk membuatnya menjadi bagian dari gereja Sancta Lux. Apabila dia menolaknya, kita tidak boleh langsung menghabisinya karena perintah dari tuan Theodor adalah untuk terus membuatnya menjadi bagian dari gereja Sancta Lux apapun caranya. Tetapi jika nanti tuan Theodor kehilangan kesabarannya karena Rid Archie terus menolak untuk menjadi bagian dari gereja Sancta Lux dan memberikan perintah untuk menghabisi Rid Archie, maka kita harus menuruti perintah itu. Kita harus membunuh Rid Archie dengan seluruh kekuatan kita," ucap High Priest Julian.

-Bersambung