webnovel

Chapter 410 : Kebohongan dan Ketidakpercayaan

Komandan Oliver terlihat sangat terkejut begitu melihat lengan kanannya yang sebelum terpotong kini telah tersambung dan dapat digerakkan kembali. Tidak hanya komandan Oliver saja, Elaina pun juga terkejut.

"Ini bukan mimpi kan ? Lengan kananku telah tersambung kembali. Selain itu, aku juga bisa kembali menggerakkan lengan kananku," ucap komandan Oliver seolah tidak percaya.

Komandan Oliver mengatakan itu sambil terus menggerakkan lengan kanannya itu.

"Ini bukanlah mimpi, komandan. Lengan anda memang telah tersambung kembali," ucapku.

Setelah mendengar perkataanku, komandan Oliver yang sebelumnya sedang menggerakkan lengan kanannya, kini langsung berhenti menggerakkan lengan kanannya itu. Setelah itu, komandan Oliver meraih tangan kananku dengan kedua tangannya. Komandan Oliver lalu mengarahkan tangan kananku dengan kedua tangannya untuk mendekat ke wajahnya. Wajah komandan Oliver lalu menyentuh tangan kananku. Aku pun merasa bingung dengan apa yang dilakukan komandan Oliver.

"Apa yang anda lakukan, komandan ?," tanyaku.

"Aku ingin menyampaikan terima kasih yang mendalam, tuan muda Rid. Terima kasih karena telah menyambungkan tangan kananku kembali seperti semula," ucap komandan Oliver.

"Sama-sama, komandan. Tetapi ungkapan terima kasih anda ini terlalu berlebihan, komandan. Aku tidak pantas untuk menerimanya. Selain itu, aku juga merasa tidak nyaman atas perlakuan anda ini. Anda itu adalah komandan tertinggi di kerajaan ini sedangkan aku hanyalah seorang murid akademi. Anda tidak perlu melakukan ini hanya untuk menyampaikan terima kasih," ucapku.

Komandan Oliver secara perlahan mulai melepaskan tanganku setelah mendengar perkataanku.

"Aku minta maaf karena telah membuat anda tidak nyaman, tuan muda Rid. Aku merasa emosional karena lengan kananku yang sebelumnya terpotong telah tersambung kembali. Sekali lagi, aku minta maaf, tuan muda Rid. Selain itu, sekali lagi aku juga mengucapkan terima kasih karena telah menyambungkan kembali lengan kananku," ucap komandan Oliver.

"Sama-sama, komandan. Selain itu, anda tidak perlu meminta maaf," ucapku.

Setelah itu, Elaina juga ikut mengucapkan terima kasih kepadaku.

"Terima kasih karena telah menyambungkan lengan ayahandaku, senior Rid," ucap Elaina.

"Sama-sama, Elaina," ucapku.

Kemudian, kami bertiga pun mulai saling mengobrol. Namun tidak lama setelah kami bertiga mulai saling mengobrol, datang seorang wanita ke tempat kami berada.

"P-permisi," ucap wanita itu.

Kami bertiga yang sedang mengobrol pun langsung menoleh ke arah wanita itu setelah mendengar perkataan wanita itu. Ketika aku melihat wanita itu, wanita itu terlihat mengenakan pakaian biasa. Sepertinya wanita itu merupakan salah satu penonton yang hadir untuk menonton pertandingan turnamen akademi sebelum akhirnya akademi ini diserang.

"Ada apa, nona ?," tanyaku kepada wanita itu.

"Aku minta maaf apabila aku mengganggu kalian. Aku sebelumnya melihat kamu yang berhasil menyambungkan kembali lengan tuan komandan yang telah terpotong. Apa itu berarti kamu bisa menggunakan sihir penyembuhan ?," tanya wanita itu.

Aku tanpa ragu-ragu langsung menjawab pertanyaan wanita itu.

"Iya, saya bisa, nona," ucapku.

Wanita itu terlihat bahagia setelah mendengar perkataanku. Wajah wanita itu terlihat seperti baru saja menemukan sebuah harapan.

"Kalau begitu, bolehkah aku meminta tolong kepadamu untuk menyembuhkan suamiku ? Suamiku terluka akibat diserang oleh tuan Duke Remy dan para anak buahnya ketika kami masih berada di arena turneman akademi," ucap wanita itu.

Aku sedikit terkejut setelah mendengar perkataan wanita itu karena aku merasa kalau aku sudah menyembuhkan semua orang yang ada di dalam gedung tengah, termasuk dengan yang ada di arena turnamen akademi sebelum aku menghadapi Duke Remy satu lawan satu.

"Ini aneh. Aku yakin kalau aku sudah menyembuhkan semua orang termasuk dengan yang ada di arena turnamen. Lebih baik aku pastikan terlebih dahulu," pikirku.

Setelah itu, aku lalu menanggapi perkataan wanita itu.

"Baiklah, nona. Tolong antarkan saya ke tempat suami anda berada, saya akan menyembuhkannya," ucapku.

"Terima kasih. Kalau begitu mari saya antar ke tempat suami saya," ucap wanita itu dengan wajah yang terlihat lega.

Sebelum aku mengikuti wanita itu, aku meminta izin terlebih dahulu kepada komandan Oliver dan Elaina untuk pergi meninggaokan mereka.

"Komandan Oliver, Elaina, aku izin pergi dulu untuk membantu nona ini," ucapku.

"Kalau begitu, aku ikut juga, tuan muda Rid. Aku saat ini sudah sembuh total, lengan kananku pun juga sudah pulih dan dapat digerakkan kembali. Mungkin aku bisa sedikit membantu," ucap komandan Oliver.

"Aku ikut juga," ucap Elaina.

"Baiklah kalau begitu, kalian berdua boleh ikut," ucapku.

Setelah itu, kami pun langsung pergi ke tempat suami dari wanita itu berada. Tidak lama kemudian, kami pun sampai di tempat yang kami tuju.

"Kita sampai, ini suamiku yang sedang terbaring," ucap wanita itu sambil mengarahkan tangannya ke seorang pria yang sedang terbaring.

Ketika melihat ke arah pria yang terbaring itu, aku sedikit terkejut. Itu karena kondisi pria itu terlihat cukup parah, bahkan mungkin sangat parah. Seluruh tubuh pria itu terlihat dipenuhi oleh banyak luka. Darah pun masih terus mengalir dari luka di seluruh tubuhnya itu. Lalu, disaat aku sedang melihat dan memperhatikan pria yang terbaring itu, wanita itu lalu mengatakan sesuatu kepadaku.

"Tolong sembuhkan suamiku," ucap wanita itu.

Setelah mendengar perkataan wanita itu, aku pun langsung mengarahkan tangan kananku ke arah pria yang terbaring itu.

~Full Healing~

Aku melancarkan sihir penyembuhan milikku ke arah pria itu. Tetapi luka pada seluruh tubuh pria itu tetap tidak pulih. Meski begitu, aku terus melancarkan sihir penyembuhanku ke arah pria itu. Namun luka pada tubuh pria itu masih tetap tidak kunjung pulih. Melihat luka pada pria itu yang tidak kunjung pulih meskipun aku sudah melancarkan sihir penyembuhanku, aku jadi tahu apa yang sebenarnya terjadi.

"Pria ini....dia sudah tewas. Sihir penyembuhanku hanya bisa menyembuhkan luka pada orang yang masih hidup, jika orang itu sudah mati maka luka-luka pada tubuh orang itu tidak akan bisa disembuhkan oleh sihir penyembuhanku. Ini menjadi masuk akal kenapa pria ini tidak ikut pulih bersama dengan orang yang lainnya yang ada di gedung tengah, padahal aku sudah yakin kalau semua orang yang ada di gedung tengah sudah aku sembuhkan. Itu karena saat aku sedang melancarkan sihir penyembuhanku ke seluruh gedung tengah, pria ini telah tewas terlebih dahulu," pikirku.

Setelah memikirkan itu, aku pun langsung berhenti untuk menggunakan sihir penyembuhanku kepada pria itu. Wanita itu terlihat bingung ketika melihatku yang sudah tidak lagi menggunakan sihir penyembuhan kepada suaminya.

"Kenapa kamu berhenti ? Apakah suamiku sudah kamu sembuhkan ? Tetapi melihat luka-lukanya yang masih ada itu, itu berarti suamiku belum disembuhkan. Jadi kenapa kamu berhenti ?," tanya wanita itu.

Aku pun langsung menjawab pertanyaan wanita itu tanpa ragu-ragu.

"Saya minta maaf, nona. Saya tidak bisa menyembuhkan suami anda," ucapku.

Wanita itu terlihat terkejut setelah mendengar perkataanku.

"Tidak bisa menyembuhkan suamiku ? Kenapa ? Bukannya kamu bisa menggunakan sihir penyembuhan ? Kamu bahkan bisa menyambungkan lengan tuan komandan yang sebelumnya telah terpotong," ucap wanita itu.

"Iya, saya memang bisa menggunakan sihir penyembuhan. Tetapi sihir penyembuhan milik saya hanya berefek kepada mereka yang masih hidup. Sihir penyembuhan milik saya tidak berefek kepada mereka yang sudah mati. Dengan penjelasan ini, seharusnya anda jadi mengetahui kenapa suami anda tidak bisa saya sembuhkan," ucapku.

Wanita itu terlihat terkejut setelah mendengar perkataanku.

"J-jangan bilang.....," ucap wanita itu.

"Iya, saya tidak bisa menyembuhkan suami anda karena suami anda telah tewas," ucapku.

Kali ini, wanita itu terlihat sangat terkejut. Air mata pun mulai keluar dari kedua matanya.

"T-tidak, Tidak! Kamu jangan berbohong!. Tidak mungkin suamiku sudah mati!," ucap wanita itu seolah tidak percaya.

"Saya minta maaf, nona. Tetapi apa yang saya katakan barusan bukanlah kebohongan," ucapku.

"Aku tidak mempercayainya!. Kamu berbohong!, Suamiku belum mati!," ucap wanita itu.

Wanita itu kemudian langsung menghampiriku. Tetapi sebelum wanita itu menghampiriku, komandan Oliver dengan sigap langsung menghentikan wanita itu.

"Tenanglah, nona," ucap komandan Oliver.

"Bagaimana aku bisa tenang ?! Suamiku dibilang sudah mati padahal suamiku belumlah mati!. Pasti itu hanya alasanmu saja agar kamu tidak mau menyembuhkan suamiku!. Dari awal, seharusnya kamu diam saja jika kamu tidak mau menyembuhkan suamiku!," ucap wanita itu.

Setelah mendengar perkataan wanita itu, Elaina yang sejak tadi hanya diam mulai berbicara.

"Tolong dijaga perkataan anda, senior Rid tidak mu-," ucap Elaina.

Tetapi sebelum Elaina menyelesaikan perkataannya, aku langsung memotong perkataan Elaina.

"Cukup, Elaina. Kamu tidak perlu mengatakan apapun," ucapku.

"Tetapi senior Rid, dia sampai mengatakan hal yang tidak-tidak kepada senior Rid, tidak mungkin aku hanya diam saja," ucapku.

"Sudah, tidak apa-apa. Nona itu tidak salah apa-apa. Dia hanya masih belum menerima kalau suaminya telah tewas. Yah itu wajar saja, karena orang yang dicintai dan disayanginya telah tewas, pasti ada rasa tidak percaya di diri nona itu. Jika hal yang saat ini sedang dialami oleh nona itu dialami olehmu, apa kamu akan menerima begitu saja apabila orang yang kamu sayangi tiba-tiba dibilang sudah tewas ?," tanyaku.

Elaina terdiam sejenak setelah mendengar perkataanku. Tidak lama kemudian, Elaina mulai berbicara kembali.

"Mungkin aku akan bereaksi sama dengan dia. Aku tidak terima kalau orang yang aku sayangi telah mati. Aku akan terus berusaha untuk menyembuhkan orang yang aku sayangi meskipun orang lain sudah memberitahu kalau orang yang aku sayangi itu telah mati," ucap Elaina.

"Tidak hanya kamu saja, aku pasti juga akan melakukan hal yang sama jika itu terjadi kepadaku. Maka dari itu, nona itu tidak salah sama sekali. Jadi kamu tidak perlu mengatakan hal yang tidak perlu kepada nona itu, Elaina. Lebih baik kamu diam saja dan biarkan nona itu tenang dengan sendirinya. Nona itu butuh waktu untuk menerima semua ini," ucapku sambil melihat ke arah wanita itu yang saat ini sedang ditenangkan oleh komandan Oliver.

"Baik, senior Rid," ucap Elaina.

Setelah itu, aku terus melihat ke arah wanita itu yang saat ini sedang ditenangkan oleh komandan Oliver. Tidak lama kemudian, aku mulai beranjak pergi untuk meninggalkan tempat itu. Elaina terlihat bingung ketika melihatku yang tiba-tiba berjalan pergi.

"Kamu mau kemana, senior Rid ?," tanya Elaina.

"Aku ingin pergi untuk mengelilingi akademi ini. Mungkin saja di akademi ini masih ada orang-orang yang terluka akibat penyerangan yang dilakukan oleh tuan Duke Remy. Aku harus segera menyembuhkan orang-orang yang terluka itu. Aku tidak akan membiarkan ada orang yang tewas lagi akibat penyerangan ini," ucapku.

-

Sementara itu, di tempat nona Leirion berada.

Nona Leirion terlihat sedang terbang melesat dengan cepat di sebuah padang rumput yang ada di suatu tempat. Ketika nona Leirion sedang terbang, tiba-tiba dia langsung mendarat di padang rumput itu. Setelah nona Leirion telah mendarat di padang rumput itu, nona Leirion tiba-tiba langsung berbicara.

"Ada apa, Agaris ?," tanya nona Leirion.

Nona Leirion terlihat seperti sedang berbicara sendiri. Tetapi setelah nona Leirion menanyakan itu, tiba-tiba terdengar suara seseorang di tempat itu.

"Kapan anda akan kembali, Yang Mulia Ratu ?," ucap suara seseorang yang bernama Agaris.

Suara itu terdengar seperti suara seorang pria.

"Saat ini aku sedang dalam perjalanan untuk kembali. Mungkin dalam 1-2 hari ini aku akan sampai di tepi pantai lautan 'Sangu Mare'. Begitu aku sampai disana, segera siapkan portal di titik koordinat di tempat yang biasanya agar aku bisa langsung sampai di kerajaanku," ucap nona Leirion.

"Baiklah, Yang Mulia Ratu. Usahakan anda jangan sampai terlambat karena anda harus segera memberikan laporan rutin kepada Yang Mulia Raja Iblis, Yang Mulia Ratu," ucap Agaris.

"Tenang saja, aku tidak akan terlambat. Lagipula selama ini aku juga tidak pernah terlambat dalam memberikan laporan rutin kepada Yang Mulia Raja Iblis," ucap nona Leirion.

"Baiklah kalau begitu. Selain itu, saya ingin memberikan laporan lain, Yang Mulia Ratu," ucap Agaris.

"Laporan apa itu ?," tanya nona Leirion.

"'Demon Sovereign Commanders' yang lain sepertinya juga akan memberikan laporan rutin kepada Yang Mulia Raja Iblis dalam beberapa hari ke depan. Jadi ada kemungkinan kalau anda akan bertemu dengan salah satu dari mereka saat anda akan memberikan laporan rutin," ucap Agaris.

"Biasanya aku tidak pernah bertemu dengan salah satu dari mereka ketika aku sedang memberikan laporan rutin. Hmmm ini benar-benar sungguh merepotkan. Aku berharap aku tidak bertemu dengan beberapa dari mereka yang tidak aku sukai ketika aku sedang memberikan laporan rutin nanti, terutama dengan putri Riena. Aku berharap aku tidak bertemu dengannya meskipun dia adalah adik dari tuan muda yang dulu pernah aku layani," ucap nona Leirion.

Kedua tangan nona Leirion tiba-tiba terlihat gemetar setelah dia mengatakan itu.

-Bersambung