webnovel

Chapter 26 : Ujian Tahap Ketiga, Irene vs Jeremy

"Menggunakan panah sepertinya tidak berguna, kalau begitu," kata Chloe.

Chloe berlari menuju ke arah Emily.

~Fire Magic, Create Magic Weapon, Dual Fire Dagger~

Chloe membuat dua belati api di tangannya dan segera berlari menuju Emily.

"Karena serangan jarak jauh tidak berhasil, sekarang kamu mencoba untuk menyerang dari jarak dekat ya, tuan putri ?," kata Emily.

~Earth Shot~

Emily menembakan sihir tanahnya ke arah Chloe. Tapi Chloe bisa menghindarinya.

~Earth Shot~

~Earth Shot~

Emily terus menembakan sihir tanahnya tapi lagi-lagi Chloe bisa menghindarinya. Dan saat jarak menuju Emily sudah dekat, Chloe pun mulai menyerang Emily dengan belatinya.

~Fire Dagger Slash~

Sebuah tebasan api meluncur ke arah Emily. Tapi Emily dengan sigap menghadang tebasan itu.

~Eartu Magic, Earth Wall~

Tebasan api itu gagal mengenai Emily karena tertahan oleh ~Earth Wall~. Tapi Chloe dengan cepat bergerak melewati sisi samping ~Earth Wall~ untuk mendekati Emily dan kemudian menyerang Emily.

"Kalau serangan jarak jauhku tidak bisa mengenaimu, aku tinggal menggunakan serangan jarak dekat. Lagipula memanah bukannya satu-satunya keahlianku," kata Chloe.

Chloe menyerang Emily dengan kedua pisau belatinya, Emily berusaha menghindarinya. Karena serangan Chloe ke Emily sangat cepat dan bertubi-tubi, Emily tidak sempat untuk menggunakan sihirnya dan hanya fokus untuk menghindari serangan Chloe. Walaupun berhasil menghindari sebagian besar serangan Chloe, tapi ada serangan dari belati api Chloe yang mengenai Emily. Tangan, pipi, badan dan kakinya mulai tergores.

"Ughhhh," kata Emily yang kesakitan karena luka dari serangan Chloe.

Meski begitu, Emily masih tetap berusaha menghindari serangan Chloe yang dilancarkan tanpa henti.

"Walaupun Chloe aslinya adalah pemanah, tapi dia jago juga dalam pertarungan jarak dekat. Yah emang harusnya sebagai petarung jarak jauh, sebuah keharusan untuk mempelajari serangan jarak dekat karena kita tidak akan tau kapan musuh tiba-tiba datang menyergap," kataku.

"Ya memang harusnya begitu tapi sebagai anggota kerajaan, Aku dan Chloe sudah dilatih untuk menggunakan banyak tipe senjata," kata Charles.

"Apa itu berarti kamu juga bisa menggunakan senjata selain pedang, Charles ?," tanyaku.

"Iya bisa, tapi tidak semahir saat aku menggunakan pedang. Senjata yang paling mahir digunakan, dijadikan sebagai senjata utama kami. Aku memakai pedang, dan Chloe memakai panah," kata Charles.

"Begitu ya," kataku.

Chloe masih terus menyerang Emily tanpa henti, dan Emily masih terus berusaha menghindari serangan Chloe. Sampai akhirnya Chloe menemukan celah dan berusaha menyerang Emily dengan 2 belatinya secara langsung. Tapi Emily langsung sigap dan menahan kedua belati itu dengan tongkat sihirnya. Keduanya saling beradu siapa yang paling kuat menahannya. Tapi Chloe lebih unggul, dia memenangkan adu senjata itu dan langsung membuka pertahanan Emily dan langsung menendang Emily tepat di perutnya.

"Guohhhh," ucap Emily yang kesakitan.

Emily terpental beberapa meter ke belakang setelah ditendang oleh Chloe.

"Hah, hah, hah, hah, hah," ucap Chloe yang sepertinya mulai kelelahan.

Serangan yang dilancarkan Chloe sudah jelas menghabiskan banyak tenaga, apalagi dilakukan tanpa henti.

"Hah, hah, hah, sepertinya kali ini kamu bisa melukaiku, tuan putri," ucap Emily yang masih terbaring setelah ditendang oleh Chloe.

Nampaknya dia juga kelelahan karena daritadi menghindari serangan dari Chloe.

"Tapi ini masih belum selesai, tuan putri," Emily pun mulai bangun.

"Sepertinya pertandingan ini belum selesai,"

"Lawan tuan putri masih kuat untuk melanjutkan pertarungan," kata peserta yang lain.

"Perhatian, karena pertandingan di arena yang lain sudah selesai. Kita akan langsung mulai untuk pertandingan selanjutnya," kata pengawas Nora.

"Pertandingan yang selanjutnya sudah selesai ? Aku tidak sadar, kita terlalu fokus di pertandingan putri Chloe sampai tidak melihat pertandingan di arena yang satunya,"

"Ya aku juga, aku terlalu fokus melihat putri Chloe," kata peserta yang lain.

"Peserta selanjutnya silahkan maju, peserta Jeremy Kunich," kata pengawas Nora.

Jeremy pun mulai maju ke arena.

"Apa kamu kenal dia, Charles ?," tanyaku.

"Hmmm aku tidak kenal dia. Sepertinya dia hanyalah rakyat biasa," kata Charles.

"Aku juga tidak kenal dia, seperti kata Charles sepertinya dia itu adalah rakyat biasa," kata Enzo.

"Dan untuk lawannya, silahkan maju peserta Irene Emerald San Lucia," kata pengawas Nora.

"Apaa ? sekarang giliran Putri Irene ?,"

"Tidak mungkin, Putri dari Ratu dan Putri dari Duke bertarung di saat yang bersamaan,"

"Aku tidak tau aku harus fokus untuk menonton yang mana,"

"Berjuanglah, putri es," kata para peserta yang lain.

"Heeee sekarang giliran Putri Irene juga ya, di arena yang satunya Chloe masih bertanding, dan di arena satunya lagi mau dimulai untuk pertandingan Putri Irene. Kedua pertandingan ini sulit untuk dilewatkan, wajar jika peserta yang lain bingung untuk fokus menonton pertandingan yang mana, ini sangat menarik," pikirku.

"Aku maju duluan, Lea, Lily. Aku akan selesaikan ini dengan cepat," kata Putri Irene yang mulai berjalan ke arena meninggalkan kedua asistennya.

"Baik, semangat Nona," kata Leandra.

"Semangat Nonaaaa, kamu pasti bisa," kata Lily.

Putri Irene berjalan ke arena dengan perlahan meninggalkan kedua asistennya.

"Nona sepertinya sedang percaya diri sekali ya, Lea," kata Lily.

"Tentu saja Lily, jika lawannya bukan dari daftar yang dikhawatirkan Nona, sepertinya Nona bisa menang mudah," kata Leandra.

Putri Irene akhirnya sampai di arena.

"Aku tidak menyangka kalau lawanku adalah putri es, entah ini adalah keberuntungan atau kesialan, di satu sisi aku beruntung bisa melihat putri es dari dekat dan di satu sisinya aku malah sial untuk menjadi lawannya, rakyat biasa seperti ku bisa apa," kata Jeremy.

"...," Putri Irene hanya diam.

-

"Irene....," kata Charles.

"Apa kamu mengenal putri Irene, Charles ?," tanyaku.

"Tentu saja, lagipula dia itu putri dari Duke," kata Charles.

"Maksudku apakah kamu kenal dekat dengan Putri Irene ? sebagai teman atau lainnya," kataku memperjelas.

"Ya kenal dekat mungkin tidak, tapi jika ada acara perkumpulan bangsawan, Irene suka hadir di acara itu. Dia cuma menyendiri saja di perkumpulan itu, dia memberi kesan seperti tidak mau disekati. Tapi aku sering mengajaknya untuk mengobrol dan berkumpul dengan yang lainnya, tapi dia tetap tidak mau," kata Charles.

"Dia itu masih tidak ramah saja, padahal sebentar lagi dia bisa saja menjadi-," kata Enzo

"Cukup Enzo," kata Charles menahannya.

"Informasi tentang itu belum boleh disebarluaskan secara umum," kata Charles.

"Ah iya aku lupa kalau ada Rid disini, Maaf," kata Enzo.

"Tidak apa-apa, jangan kamu ulangi lagi lain kali," kata Charles

"Baik," kata Enzo mengangguk.

Aku tidak tahu apa yang mereka bicarakan, tapi aku jadi tahu setelah membaca pikiran mereka.

"Ternyata begitu ya," pikirku.

-

"Apa peserta Jeremy sudah siap ?," tanya pengawas Nora.

"Siap," kata Jeremy

"Apa peserta Irene sudah siap ?," tanya pengawas Nora.

"Siap," kata Putri Irene.

"Baiklah kalau begitu, pertandingan dimulai!," kata pengawas Nora.

-Bersambung