webnovel

Chapter 228 : Hari Pertama Menjadi Murid Tahun Kedua

Keesokan harinya.

Hari ini merupakan hari pertama di bulan Juli dan hari ini juga merupakan hari pertama di tahun ajaran baru ini. Pagi harinya, seperti biasa kami melakukan latihan di tempat latihan. Karena kami belum secara resmi menjadi murid tahun kedua karena belum datang dan menempati kelasnya, maka kami masih melakukan latihan di tempat latihan tahun pertama untuk kelas kami sebelumnya. Bisa dibilang, ini merupakan hari terakhir kami berlatih di tempat latihan ini.

Setelah cukup lama kami berlatih, kami pun memutuskan untuk menyudahi latihan hari ini.

"Ayo kita segera sudahi latihan hari ini, kita harus bersiap-siap untuk pergi ke kelas baru kita. Lagipula hari ini kita sudah menjadi murid tahun kedua," ucapku.

"Kamu benar. Sepertinya ini adalah hari terakhir bagi kita untuk latihan di tempat latihan ini," ucap Charles.

Kami melihat sebentar ke sekeliling tempat latihan itu.

"Ayo kita kembali ke asrama," ucapku.

Setelah melihat ke sekeliling tempat latihan itu, kami pun pergi meninggalkan tempat latihan itu. Sepanjang perjalanan menuju asrama, kami pun saling mengobrol.

"Nanti kamu jangan pergi duluan ke akademi, Rid. Tunggulah kami dan berangkatlah bersama," ucap Noa.

"Aku tidak bisa janji soal itu. Tapi akan aku usahakan," ucapku.

"Kamu ini," ucap Noa.

Setelah itu, kami pun sampai di gedung asrama. Meskipun kami seharusnya sudah menjadi murid tahun kedua, tetapi asrama kami tidak berpindah dan kami tetap menempati asrama kami yang sebelumnya. Kami pun langsung pergi ke asrama kami masing-masing untuk bersiap-siap. Aku memutuskan untuk langsung mandi setelah sampai di asramaku. Setelah mandi, aku pun pergi ke kamarku untuk mengenakan pakaianku. Ketika aku sedang berada di kamarku, aku mendengar suara kunci pintu yang baru saja dibuka. Suara kunci pintu itu berasal dari pintu depan asramaku. Lalu setelah itu, terdengar suara pintu yang dibuka dan suara langkah kaki seseorang yang memasuki asramaku. Tetapi aku tidak khawatir akan hal itu karena aku tahu kalau itu adalah Irene yang baru saja masuk ke asramaku. Aku bisa merasakan itu dari auranya dan aku sudah hafal dengan aura Irene.

Aku pun keluar dari kamarku setelah mengenakan pakaian kasualku. Lalu aku melihat Irene yang bersiap untuk membuat sarapan dan dia juga mengenakan pakaian kasualnya. Sepertinya dia baru saja selesai mandi dan tidak sempat mengeringkan rambutnya karena aku melihat rambutnya masih basah. Aku juga melihat ada 2 buah tas berukuran sedang yang ada di sudut ruang tengah, tas yang satunya aku tahu kalau itu merupakan tas yang dibawa Irene saat belajar di akademi, tapi untuk tas yang satu lagi, aku tidak tahu. Tapi aku yakin kalau tas yang satu lagi juga merupakan milik Irene.

"Kamu sudah selesai mandi ya, Rid ? Tunggu sebentar ya, aku akan segera menyiapkan makanannya," ucap Irene.

"Kamu juga kelihatannya baru saja selesai mandi, Irene. Rambutmu masih kelihatan basah," ucapku.

"Ah soal itu, aku buru-buru kesini jadi aku belum sempat mengeringkan rambutku," ucap Irene.

"Padahal kamu tidak perlu buru-buru seperti itu. Jika kamu merasa tidak enak karena tidak membuatkanku sarapan, aku tidak masalah akan hal itu. Lagipula aku juga bisa membuat sarapan sendiri," ucapku.

"Tapi ini merupakan perjanjian di antara kita. Karena kamu sudah melatihku, maka aku akan membuatkanmu makanan," ucap Irene.

"Ya sudah kalau begitu," ucapku.

Kemudian, aku mengarahkan tangan kananku ke arah Irene.

~Wind Magic : Soft Breeze~

Aku mengeluarkan hembusan angin yang pelan ke arah Irene.

"Aku akan mengeringkan rambutmu, jadi kamu fokus saja untuk membuatkan makanan, Irene," ucapku.

"Baiklah...Terima kasih," ucap Irene.

"Sama-sama," ucapku.

Aku mencampurkan sedikit sihir api ke dalam hembusan angin itu agar hembusan angin itu menjadi hangat dan membuat rambut Irene cepat kering. Setelah beberapa saat, rambut Irene pun sudah berhasil dikeringkan di saat yang sama Irene juga sudah menyiapkan makanannya. Setelah itu, kami pun sarapan bersama.

-

Setelah beberapa menit, kami pun sudah menyelesaikan sarapan kami.

"Rid, apa boleh aku meminjam kamar tidur atau kamar mandimu ? Aku mau memakai seragamku, kebetulan aku membawanya di tas. Aku membawa seragamku karena aku berniat untuk langsung pergi ke akademi setelah ini," ucap Irene.

"Silahkan pakai saja. Tapi kamu lebih baik memakai kamar tidurku saja daripada memakai kamar mandi. Takutnya saat kamu mengganti seragam dan seragammu itu jatuh ke lantai kamar mandi, seragam itu akan basah. Yah meskipun bisa dikeringkan dengan sihir, tapi bisa saja seragam itu akan menjadi kotor. Jadi lebih baik gunakan kamar tidurku saja. Lagipula saat di asramamu, kamu selalu menggunakan kamar tidurmu kan untuk mengganti pakaian ?," tanyaku.

"Yah itu benar. Aku lebih nyaman mengganti pakaian di kamar tidur daripada di kamar mandi. Baiklah, kalau begitu aku pinjam dulu kamar tidurmu," ucap Irene.

Irene pun mengambil salah satu tasnya yang berisi seragam akademi lalu membawanya masuk ke kamar tidurku.

Setelah Irene selesai memakai seragamnya, kali ini giliranku masuk ke kamarku untuk mengenakan seragam. Setelah beberapa saat kemudian, aku pun selesai mengenakan seragam. Tidak lupa juga aku memasang lencana perak di seragamku sebagai bukti kalau aku sekarang sudah menjadi murid tahun kedua. Setelah selesai mengenakan seragam dan memasang lencana, aku pun keluar dari kamarku. Terlihat Irene masih berada di ruang tengah, dia sedang mengecek barang-barangnya di tas yang dia bawa.

"Kamu sudah selesai, Rid ? Apa kamu mau langsung ke akademi setelah ini ?," tanya Irene.

"Iya, aku akan langsung pergi ke akademi," ucapku.

"Kalau begitu, aku ikut. Tunggu sebentar," ucap Irene.

Irene masih mengecek barang-barangnya di tas. Beberapa detik kemudian, dia pun sudah selesai mengecek barang-barangnya.

"Aku titip tasku yang ini di asramamu ya, Rid. Tas ini berisi pakaian yang aku pakai tadi. Aku akan memakainya lagi nanti saat menyiapkan makan malam disini," ucap Irene.

"Baiklah. Kalau begitu, ayo berangkat," ucapku.

Aku dan Irene pun berjalan menuju pintu depan asrama lalu membukanya. Ketika aku sudah berada di luar asrama, aku melihat ke sekeliling dan kondisi di luar asrama tampak sepi.

"Sepertinya Charles, Chloe dan Noa belum bersiap," pikirku.

Karena mereka belum terlihat di depan asrama mereka, aku memutuskan untuk langsung pergi ke akademi. Irene pun hanya mengikutiku tanpa bilang sesuatu tentang mereka.

Kami terus berjalan meninggalkan asrama dan akhirnya sampai di gedung lobi akademi. Ketika sampai di gedung lobi akademi, terlihat ada cukup banyak murid yang ada disana. Mereka semua kebanyakan merupakan murid tahun pertama karena aku tidak melihat lencana pada seragam mereka. Mereka belum mengenakan lencana karena lencana mereka baru dibagikan nanti saat kelas di hari pertama. Ketika aku dan Irene berjalan di antara murid-murid itu, murid-murid itu pun langsung heboh.

"Bukannya itu Rid Archie ? Dia yang muncul di surat kabar waktu itu kan ?,"

"Dia terlihat lebih keren dibandingkan dengan di foto yang ada di surat kabar,"

"Perempuan di sampingnya itu, bukannya itu putri es ?,"

"Jadi berita yang tercantum di surat kabar itu benar kalau Rid Archie dan putri es saat ini tengah menjalin hubungan," ucap murid-murid itu.

Mereka terus menatapku dan membicarakanku ketika aku berjalan di tengah-tengah mereka.

"Sepertinya kamu sangat populer di kalangan tahun pertama, Rid," ucap Irene.

"Itu semua gara-gara surat kabar yang memuat tentang diriku. Bahkan surat kabar itu juga memuat tentang hubungan kita," ucapku.

"Kamu benar. Aku tidak menyangka kalau hubungan kita akan tercantum di surat kabar itu. Darimana mereka mendapatkan informasi tentang itu ?," tanya Irene.

"Entahlah," ucapku.

Setelah melewati bagian dalam lobi akademi, kami pun berhasil masuk ke wilayah dalam akademi. Biasanya kami pergi ke gedung yang berada di sebelah kiri dari lobi, tapi karena saat ini kami sudah menjadi murid tahun kedua, maka kami pergi ke gedung sebelah kanan dari lobi. Kami pun masuk ke gedung itu dan mencari kelas kami. Kelas A tahun kedua yang merupakan kelas kami ternyata berada di ujung gedung ini, sama seperti di gedung tahun pertama. Lalu kami pun masuk ke kelas itu. Kelas itu masih sepi dan hanya ada beberapa murid saja yang sudah datang.

"Selamat pagi, wakil ketua," ucap murid-murid teman sekelasku.

"Selamat pagi juga," ucapku.

Sepertinya informasi tentang aku yang saat ini menjadi wakil ketua Elevrad sudah tersebar di antara murid tahun kedua hingga tahun keempat. Tapi aku tidak terlalu memikirkannya.

Aku pun mencari tempat duduk yang akan aku duduki selama tahun kedua ini. Seperti biasa aku mengambil tempat duduk yang berada di paling belakang. Irene juga mengambil tempat duduk yang paling belakang dan tempat duduk dia berada di sampingku. Aku tidak tahu kenapa dia memilih untuk duduk di sampingku, padahal saat tahun pertama, dia duduk di bangku yang berada di bagian tengah. Tapi aku memilih untuk tidak menanyakan alasannya. Lalu aku pun terus duduk di bangku itu sampai jam belajar dimulai.

Murid-murid yang berada di kelas ini pun mulai berdatangan seiring jam belajar yang sebentar lagi mau dimulai. Pertama ada Julie, Lily, Leandra dan Kotaro yang datang ke kelas.

"Selamat pagi, nona. Aku tidak menyangka kalau nona sudah berada di kelas. Pantas saja saat aku memanggil nona di asrama, aku tidak mendapatkan jawaban," ucap Leandra.

"Iya. Maaf ya kalau tidak memberitahumu terlebih dahulu kalau aku datang ke kelas duluan," ucap Irene.

"Tidak apa-apa, nona. Tidak usah dipikirkan," ucap Leandra.

"Hmmm, tumben sekali kamu duduk di belakang, nona. Biasanya kamu duduk di bangku bagian depan atau tengah," ucap Lily.

"Mau duduk dimanapun juga sama saja, Lily," ucap Irene.

"Apa mungkin kamu memilih duduk di belakang karena kamu ingin duduk di samping Rid yang juga berada di belakang. Ya ampun, jangan bilang kalau kamu ingin terus berduaan dengan Rid bahkan saat berada di kelas," ucap Lily.

"Aku tidak tahu apa yang kamu bicarakan, Lily," ucap Irene.

Wajah Irene tampak datar saat mengatakan itu. Setelah itu, Lily berbisik ke telinga Leandra.

"Aku berniat menggodanya, tapi dia tidak menunjukkan ekspresi sama sekali. Padahal aku ingin melihat ekspresi malunya," ucap Lily.

"Ahahaha, kamu salah jika ingin menggoda nona. Lagipula nona itu merupakan putri es," ucap Leandra.

"Kamu benar juga," ucap Lily.

Lalu mereka pun pergi menuju bangku yang ingin mereka tempati. Setelah itu, giliran Charles dan Chloe yang datang.

"Kamu sudah datang ya, Rid," ucap Charles.

"Iya. Maaf kalau aku datang duluan soalnya tadi saat aku sudah selesai bersiap, aku tidak melihat kalian di depan asrama kalian," ucapku.

"Tidak apa-apa, santai saja," ucap Charles.

"Dimana Noa ?," tanyaku.

"Memangnya dia belum datang ? Aku kira dia sudah datang ke kelas ini," ucap Charles.

"Belum, dia belum datang. Sepertinya sebentar lagi dia akan datang sambil marah-marah karena sebelumnya dia ingin kita berangkat bersama tapi pada akhirnya dia malah berangkat sendiri," ucapku.

Tidak lama kemudian, Noa pun datang.

"Hei kalian, kenapa kalian pergi meninggalkanku ? Bukankah aku sudah bilang untuk datang ke kelas ini bersama-sama ?," ucap Noa yang tampak kesal.

"Tuh kan," ucapku.

"Sepertinya kamu bisa melihat masa depan, Rid," ucap Charles.

Lalu setelah itu, tuan Alan pun memasuki kelas ini. Dan pelajaran pertama di tahun kedua ini pun dimulai.

-Bersambung