webnovel

Pangeran Sekolah Adalah Peliharaan Kesayanganku

“Hei cowo cantik! Ambilin jus jeruk dong!” Perintah Gabby pada Michael. Tanpa sepatah katapun Michael segera beranjak dari tempat ia duduk. Awalnya Gabby ilfil banget dengan Michael — bicaranya terlalu halus, badannya terlalu langsing, kulitnya terlalu putih dan wajahnya terlalu cantik. Tidak heran kalo Michael dikejar-kejar cewek-cewek disekolahnya. Amit-amit berteman, apalagi membayangkan dijodohin sama Michael. Tapi entah kenapa Michael selalu mengikuti dan mematuhi semua perintah Gabby. Sedangkan Gabby adalah cewek paling tomboy sedunia. Tidak peduli seberapa cantik atau seberapa popular cewek lain mengejarnya, Michael bagaikan anak kucing mengikuti ibunya kemanapun Gabby pergi. Desas desus bermunculan, spekulasi mengenai sihir apa yang digunakan Gabby untuk menjerat Michael? Bagaimana pangeran sekolah yang tampan rela menjadi peliharaan dan menjalankan semua perintah Gabby?

Renata99 · 都市
レビュー数が足りません
461 Chs

Kita Baik-Baik Saja Kan?

"Lepaskan aku." Gabby mencengkeram tangan Michael, "Kalau kamu nggak melepaskanku, aku akan semakin marah."

"Kalau gitu jangan abaikan aku." Lirih Michael, suaranya terdengar pelan sekali.

Belum sempat membalasnya, tiba-tiba Gabby dapat merasakan pundaknya menjadi basah. Perempuan itu menoleh lalu melihat Michael sedang menangis di pundaknya. Air mata laki-laki itu terus bercucuran, seperti kran yang bocor.

Karena merasa kasihan, akhirnya Gabby membalik badannya. Perempuan itu dapat merasakan Michael melonggarkan pelukannya. Wajah laki-laki itu terlihat pucat, bibirnya bergetar dan rambutnya acak-acakan. Gabby memegang pipi Michael dengan pelan lalu menghapus air matanya.

Gabby menggigit bibir bawahnya lalu menyibak rambut yang menghalangi wajah Michael, "Kamu pasti akan kembali kan?"

"Tentu saja," Michael menutup matanya, "Aku akan kuliah dan bekerja disini."

"Kita pasti akan terus berhubungan kan?" Tanya Gabby tidak percaya diri.

"Pasti!" Michael menganggukan kepalanya, "Aku akan mengirimimu pesan setiap hari."

Gabby tersenyum saat mendengar jawaban Michael, tangannya menghilangkan kerutan di alis laki-laki itu, "Jangan lupa setiap hari kamu harus kirim fotomu."

"Iya, aku pasti akan melakukan itu." Michael membalas senyuman Gabby. Tangannya masih melingkar di pinggang perempuan itu.

"Bagus," Gabby melihat baju Michael dan baru menyadari kalau laki-laki itu masih memakai baju tidur. Perempuan itu mengerutkan keningnya lalu mendorong pelan bahu Michael, "Kamu masih pakai baju tidur?"

Michael melepas tangannya dari pinggang Gabby, mundur selangkah lalu menundukkan kepalanya, "Oh ini," Michael melihat wajah Gabby, "Pantas saja tadi Adam memberikanku tatapan aneh."

"Kalau gitu cepatlah pulang," Gabby tertawa kecil saat melihat ekspresi Michael, "Nanti kamu kedinginan! Cepat pulang dan ganti baju."

Michael melihat mata Gabby lalu kembali memeluk perempuan itu. Laki-laki itu mengeratkan pegangannya lalu menghela nafas lega, "Kita baik-baik saja kan?"

"Tentu saja," Gabby membalas pelukan laki-laki itu, dagunya di taruh di pundak Michael, "Kita baik-baik saja."

--

"Kamu berarti bisa buat manusia salju dong disana." Gabby mengerucutkan bibirnya, merasa sedikit cemburu.

"Hm," Michael menganggukan kepalanya, "Nggak terlalu bagus sih, tapi lumayan."

Semasa kecil Michael selalu bermain salju dengan Adam. Pria itu selalu membantu Michael membuat manusia salju. Bahkan Adam juga yang mengajarinya bermain ski salju. Entah darimana Adam bisa bermain ski salju dengan handal.

Melihat perubahan ekspresi Gabby membuat Michael merasa canggung. Dia memegang tangan Gabby lalu mengayunkan tangan mereka, "Kenapa? Cemburu ya?" Goda Michael.

"Enak saja! Nggak lah!" Gabby melihat wajah Michael, "Ngapain aku harus cemburu sama kamu?"

"Ya mungkin saja kamu belum pernah lihat salju sebelumnya." Michael mengangkat bahunya. Tidak lama kemudian dia kehilangan keseimbangannya saat Gabby mendorong badannya ke samping.

"Aku memang nggak pernah lihat salju!" Gabby dapat merasakan tangan hangat Michael kembali menggenggam tangannya.

"Nanti mau aku bawakan salju?" Michael tersenyum saat melihat Gabby mengerutkan keningnya, "Ok, aku nggak bisa membawanya pulang. Tapi aku bisa mengambil video yang banyak."

"Ya! Jangan lupa kirim ke aku ya!" Gabby mengayunkan tangan mereka.

"Aduh, calon istriku norak sekali." Goda Michael.

"Ha ha ha," Gabby tertawa dengan sarkastik, "Biarin aja norak." Perempuan itu mengeluarkan lidahnya.

Setelah Michael berganti pakaian yang lebih hangat mereka memutuskan untuk berjalan mengelilingi kompleks perumahan. Meskipun langit sudah gelap karena mendung, salah satu dari mereka tidak ada yang membawa payung.

"Kamu tahu," Michael melihat wajah Gabby, "Kapan-kapan aku akan membawamu jalan-jalan ke luar negeri."

"Kalau aku nggak mau?" Goda Gabby.

"Ya pastinya kamu mau lah," Michael mengalihkan pandangannya, "Seperti yang aku bilang tadi, kamu kan norak."

Michael tertawa dengan keras saat melihat wajah Gabby yang memerah. Perempuan itu melepas pegangan tangan Michael lalu melipat tangannya. Keningnya berkerut dan bibirnya dikerucutkan.

"Aku tarik kata-kata ku tadi yang kita sudah baikan." Gabby mendengus kesal.

"Hahaha," Michael menghentikan langkahnya lalu membalik badan Gabby, "Jangan marah, aku hanya bercanda."

Gabby memutar bola matanya lalu meringis kesakitan saat Michael mencubit pipinya, "Aduh sakit!"

Tiba-tiba air hujan turun dengan deras saat Gabby menangkap tangan Michael. Dengan cepat mereka menutupi kepala mereka dan berlari ke tempat teduh. Michael berlari mendahului Gabby lalu menoleh dan tersenyum mengejeknya.

"Aduh!" Teriak Michael.

Karena Michael terlalu sibuk menggoda Gabby, laki-laki itu tidak melihat batu di depannya. Kaki Michael tersandung batu yang mengakibatkannya terjatuh ke depan. Dengan refleks tangan laki-laki itu menahan badannya.

Gabby tertawa keras saat melihat Michael terjatuh. Perempuan itu berlari menghampiri Michael lalu membantunya berdiri. Gabby menarik tangan Michael dan melihatnya, saat tidak ada luka atau goresan perempuan itu mengejek Michael.

"Makanya jangan sombong." Gabby mendorong pelan bahu Michael.

"Biarin," Michael kembali berlari, "Ayo cepat pulang, hujannya semakin deras!"

--

Tidak terasa hari keberangkatan Michael ke Amerika telah tiba. Michael yang tidak membawa baju banyak hanya membawa satu koper kecil. Hampir semua baju musim dinginnya ada di rumah orangtuanya yang di Amerika.

"Tuan muda." Adam mengetuk pelan kamar Michael.

"Ya, masuk saja," Michael menutup kopernya, "Aku sudah selesai."

Michael dapat mendengar langkah kaki Adam mendekat, laki-laki itu menoleh lalu menyerahkan kopernya ke Adam. Setelah Adam memastikan kalau koper Michael sudah terkunci dia mengangkatnya.

"Sudah semua tuan muda?" Tanya Adam.

Mata Michael mengelilingi kamarnya lalu matanya tertuju ke meja dekat tempat tidurnya. Laki-laki itu berjalan mendekat, mengambil sarung tangan pemberian Gabby lalu memakainya.

"Sudah semua." Balas Michael.

Adam menganggukan kepalanya, memutar badannya lalu berjalan meninggalkan Michael. Sekali lagi mata laki-laki itu mengelilingi kamarnya, memastikan agar tidak ada barang yang tertinggal. Michael memutar badannya lalu berjalan keluar mengikuti Adam.

Senyum di wajah Michael mengembang saat dia melihat sosok yang familiar sedang duduk di sofanya. Laki-laki itu berjalan mendekat lalu memegang pundak Gabby. Saat Gabby menoleh Michael dapat melihat bibir perempuan itu bergetar.

"Oh," Gabby menghapus air matanya, "Hai."

"Hai." Michael melangkahkan kakinya lalu duduk di sebelah Gabby.

"Cie yang sedih karena aku tinggal." Goda Michael, laki-laki itu berusaha membuat Gabby tersenyum.

Namun Gabby tidak tersenyum. Justru, saat mendengar godaan Michael air mata Gabby kembali bercucuran. Gabby mengalihkan wajahnya lalu menghapus air matanya dengan cepat.

"Aduh," Gabby melihat wajah Michael, "Rumahmu kotor sekali, sampai-sampai aku kelilipan."

Michael tersenyum kecil lalu menarik badan Gabby mendekat. Tanpa berpikir panjang laki-laki itu memeluk Gabby dengan erat. Michael mengelus-elus punggung Gabby saat merasakan badan perempuan itu bergetar.

"Berhenti menangis," Bisik Michael, "Kamu tahu gak kalau kamu nangis wajahmu mirip seperti monyet."

Gabby mendengus lalu mengeratkan pelukannya, "Jangan berisik! Aku ini lagi sedih."

Tiba-tiba ada tangan yang melepas pelukan mereka dengan paksa. Michael menengadahkan wajahnya dan disambut oleh mimpi buruknya, Ayahnya Gabby. Dengan cepat Michael berdiri lalu mengusap-usap tangannya di celana jeansnya.

"Selamat pagi." Michael tersenyum dengan gugup.

"Kamu ngapain peluk-peluk anak saya?" Ayah Gabby mengerutkan keningnya.

Belum sempat membalasnya, tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara Ibu Gabby, "Daniel! Apa yang sedang kamu lakukan?!"

"Mereka sedang berpelukan!" Ayah Gabby menghela nafasnya, "Tentu saja aku memisahkan mereka!"

Ibu Gabby berdiri di samping Michael lalu melipat tangannya, "Kamu itu selalu saja! Gabby itu sudah besar!" Ibu Gabby melihat Michael, "Dan juga Michael ini calon suaminya!"

"Selalu saja tentang calon suami." Gerutu Ayah Gabby. Pria itu berjalan lalu duduk di sebelah Gabby.

"Ah, permisi." Adam membenarkan jasnya, "Maaf mengganggu, tapi ini sudah saatnya tuan muda berangkat."

Mendengar itu membuat Ibu Gabby membalik badannya lalu memeluk calon menantunya dengan erat, "Hati-hati di jalan ya." Wanita itu menepuk-nepuk punggung Michael, "Dan jangan lupakan kami."

"Tentu saja tante." Michael kembali membalas pelukan Ibu Gabby.

Ibu Gabby melepas pelukannya lalu melihat suaminya, "Biarkan Gabby memeluk Michael."

Tanpa menunggu persetujuan ayahnya, Gabby berjalan mendekat. Perempuan itu berusaha tersenyum lalu memeluk Michael dengan erat. Gabby melepas pelukannya saat mendengar ayahnya batuk dengan kecil.

"Jangan lupa kirim pesan ke aku." Perintah Gabby.

"Ya, aku pasti akan melakukannya," Michael menganggukan kepalanya, "Kalau perlu aku akan mengirimimu gambar wajahku setiap hari."

Bukannya Gabby yang tertawa, tapi justru Ibu Gabby yang tertawa dengan keras. Dia menepuk kedua tangannya lalu menggelengkan kepalanya.

"Ah, cinta remaja." Goda Ibu Gabby.

"Sudahlah," Sahut Ayah Gabby, "Michael sudah di tunggu Adam dari tadi."

Michael menganggukan kepalanya sekali lagi lalu membenarkan jaketnya, "Kalau gitu, saya berangkat dulu ya."

"Baiklah," Ibu Gabby menyentuh pundaknya, "Hati-hati ya."

Michael menganggukan kepalanya lalu mengalihkan pandangannya ke Gabby. Perempuan itu sedari tadi berusaha keras menahan air matanya. Michael tersenyum lalu memeluk perempuan itu sekali lagi.

"Tunggu aku ya." Bisik Michael, "Aku akan segera kembali."